Jelang Bulan Ramadhan, Pedagang Pasar Porong Lesu

jatimupdate.id
Pedagang Pasar Porong

Sidoarjo, JatimUPdate.id,- Fenomena terbalik dengan kondisi budaya yang sedang berlangsung secara turun temurun jelang bulan Ramadhan dimasyarakat Porong khususnya Sidoarjo pada umumnya.

Jelang Ramadhan banyak sekali ritual budaya yang dilakukan masyarakat. Mulai megengan , ruwatan, bersih musholla serta masjid. Semua itu harusnya bisa meningkatkan penjualan barang khususnya sembako, namun itu semua tidak terjadi di pasar porong.

Baca juga: Tradisi Megengan Jelang Ramadhan

Pedagang sayur didepan musholla pasar porong saat ditemui awak media jatimupdate.id Jum'at (17/3) menyatakan bahwa paling besar hanya bisa menjual cabe 5 kg perhari, “Dibilang sudah lepas dari Corona, tapi kenyataannya tidak ada perkembangan kenaikan penjualan.” Jelasnya.

Bergeser pada Gunawan, pedagang daging ayam dipasar porong, terlihat tumpukan barang dagangannya. Gunawan bercerita bahwa menjelang bulan Ramadhan ini juga mengalami justru mengalami penurunan penjualan hampir 20-30 kg perhari, dimana biasanya bisa menjual perhari 60-70 kg, kini dagannya hanya terjual paling banyak 30 - 40 kg saja. “Mungkin dikarenakan harga daging ayam yang  terus mengalami kenaikan,” Keluhnya. 

Baca juga: Seminggu Gratis, Bus TransJatim Layani Terminal Porong Sidoarjo hingga Terminal Bunder Gresik

Pengurus paguyupan pedagang pasar porong, Ipul, menilai fenomena ini dipengaruhi banyak factor. “Mulai dari management pengelolaan pasar,  Fluktuasi harga, dan juga dari situasi pendapatan warga yang mana bulan ini bersamaan dengan kebutuhan sekolah, Ramadhan dan Hari Raya.” Ungkapnya.

Ipul juga menunjukkan fakta bahwa harga sembako yang masuk pasar porong jauh lebih mahal di banding dengan daerah lain semisal beras, minyak. “ saya bingung mas, kenapa harga kita kalah jauh dengan harga dari pasar Gempol Pasuruan, padahal kita ini masuk pasar grosir juga,” tandasnya.

“Coba mas minta tolong dibantu kami kami ini bagaimana khususnya dinas perdagangan bisa mengendalikan kondisi ini,” imbuh cak Ipul.

“Jika usaha dagangan sepi, lantas apa yang digunakan untuk mengembalikan uang pinjaman dari bank,” keluh ipul. (MS) 

Editor : Nasirudin

Politik Dan Pemerintahan
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru