Nurul Khotimah

Inspirasi Sukses Petani Bawang Merah Probolinggo

Reporter : -
Inspirasi Sukses Petani Bawang Merah Probolinggo
Husnul Khotimah sedang berada di Galeri Oleh Oleh Khas Probolinggo Hunay yang dikelolanya

Nurul Khotimah, ibu rumah tangga, miliarder yang sukses mengembangkan industri kecil menengah (IKM) bawang merah olahan, mulai berpikir serius menggarap pasar ekspor, disamping terus mengembangkan oleh-oleh khas daerah Probolinggo, Jawa Timut, berbasis tanaman hortikultura.

Pemilik CV Dua Putri Sholehah itu, berpendapat petani bawang merah di Probolinggo perlu bergerak lebih maju, dengan mengolah hasil pertaniannya agar memperoleh nilai tambah tinggi dan meningkatkan kesejahteraan melalui IKM bawang merah olahan. “Saya sering menjadi narasumber, memberi motivasi, pelatihan untuk menularkan semangat wirausaha, entrepreneurship agar petani tergerak mengembangkan industri rumah tangga,” ujar Nurul Khotimah, pekan lalu. 

Nurul Khotimah sering diminta Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Probolinggo menjadi narasumber melatih pengusaha IKM baru. Undangan yang sama disampaikan Kelompok Wanita Tani Binaan Bank Indonesia (BI) Kabupaten Probolinggo hingga pondok pesantren dan sekolah-sekolah. Tidak heran jika mulai bermunculan petani yang membangun IKM bawang merah olahan.

Tidak khawatir tersaingi? “Tak masalah karena niat saya membangun usaha dan berbagi  pengalaman adalah ingin bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Nurul.

Dipengaruhi spekulasi

Nurul Khotimah tinggal di daerah terpencil, Desa Tegal Rejo, Kecamatan Dringu, perbatasan kota dan kabupaten Probolinggo. Iklim daerah panas dan kering cocok untuk tanaman bawang merah. Tidak heran jika sebagian besar mata pencaharian penduduknya dari  bertani, termasuk suami Nurul Khotimah. Dringu dikenal pula sebagai sentra produksi bawang merah di Probolinggo. “Sekitar 90 persen penduduk di daerah kami adalah petani dan buruh tani bawang merah,”ujar Nurul Khotimah, lulusan D3 jurusan komputer.

Sebagai istri petani, Nurul merasakan betul suka duka menjadi petani. Maklum, harga bawang merah sangat fluktuatif. “Fluktuasi harga banyak dipengaruhi oleh spekulan. Harga cenderung murah saat produksi melimpah, panen raya antara bulan April hingga September,” tambahnya.

Sekitar 10 tahun lalu, hasil pertanian khususnya bawang merah masih belum dimanfaatkan optimal. Banyak bawang terbuang. Bawang yang laku di pasar hanya bawang yang bagus saja.  Bargaining position, posisi tawar petani lemah. Kesejahteraan petani rendah.

Di tengah situasi tersebut, muncullah inisiatif Nurul Khotimah untuk mengembangkan IKM bawang merah olahan. Mengolah bahan mentah dan menjadikannya produk unggulan khas Probolinggo adalah strategi yang pas untuk meningkatkan nilai tambah.  Bisnis bawang merah Nurul bisa berkembang sekaligus dapat membantu petani meningkatkan kesejahteraannya dan menjauhkannya dari jeratan rentenir.

Dipandang Sebelah Mata

Rumah keluarga Nurul Khotimah adalah  tempat tinggal sekaligus rumah usaha “CV Dua Putri Sholehah”. Lokasinya di Desa Tegal Rejo tampak ramai. Siang hari, warga sekitar bergantian datang mengambil bawang merah. Keesokan harinya, bawang merah yang sudah dikupas kulitnya dibawa kembali ke rumah Nurul -- untuk diolah lebih lanjut menjadi bawang goreng dan berbagai produk jadi lainnya.

Menurut Nurul, usahanya didirikan pada akhir 2010, tapi mulai berproduksi tahun 2011. Sejak awal, usahanya diniatkan tak sekadar untuk mencari untung, tapi juga membawa misi sosial, seperti memberdayakan masyarakat sekitar, menampung kelebihan produksi saat panen serta menjadikan bawang merah olahan sebagai ikon baru Probolinggo. “Awalnya tak mudah memasarkan bawang goreng. Orang hanya memandang sebelah mata,”ujar Nurul saat menceritakan pengalaman merintis bisnisnya itu.

Dengan ketekunan, kerja keras dan semangat pantang menyerah, lambat laun produknya dapat diterima pasar, bahkan menembus pasar modern dan sekarang sudah mengekspornya ke berbagai negara, seperti Kanada, Jepang dan Singapura. Omsetnya pernah mencapai sekitar Rp 2 miliar per tahun. “Alhamdulillah setelah 11 tahun berproses telah banyak yang dilalui. Berawal dari memberdayakan empat orang terus berkembang menjadi 60 orang. Bahkan pada 2019-2020 sempat mencapai 80 orang,” ujarnya.

Selain sukses membesarkan bisnisnya, Nurul aktif membina pengusaha IKM lainnya agar bisa berkembang dan maju seperti dirinya. Nurul membina puluhan IKM. Namun, saat ini IKM yang aktif hanya sekitar 12 pengusaha IKM. Produk-produk yang sudah lolos seleksi dibantu pemasarannya lewat Galeri Oleh Oleh Hunay milik Nurul.

Galeri itu menjual aneka macam produk bawang merah olahan, juga terdapat produk unggulan produksi IKM binaannya, seperti kripik singkong milik IKM Apud; Abon Ikan Tuna produksi IKM Asniyati dan kripik pisang cokelat serta kripik jamur kancing. “Galeri Oleh Oleh Hunay membeli produk-produk IKM dengan cash, kontan. Tak ada return. Bukan konsinyasi. Harganya terjangkau. Itulah keistimewaan Hunay,”ujar Nurul.

Terus bergerak

Salah satu kunci sukses Nurul Khotimah, yaitu terus bergerak, melakukan inovasi dengan melakukan diversifikasi produk. Hampir setiap tahun, Nurul selalu mengeluarkan produk baru berbasis bawang merah.

Tahun 2011, Nurul hanya memiliki produk bawang goreng. Tapi, dari waktu ke waktu, produknya bertambah terus. Ada snack (camilan bawang); kemudian sambel bawang; krupuk bawang hingga kue bawang. Tahun 2020, Nurul memperkenalkan lagi produk baru berupa bawang kering dan bawang bubuk yang dibutuhkan industri makanan. ”Tujuannya, konsumen yang butuh bawang rajang untuk bumbu tak perlu repot mengupas dan mengiris. Cukup beli bawang kering---direndam sebentar jadi bawang rajang segar,”ujar Nurul.

Nurul juga melakukan perbaikan kemasan produk agar bisa bersaing dan diterima pasar. Mulainya kemasannya hanya menggunakan plastik biasa dan tipis, tapi kemudian berevolusi menjadi plastik PP dengan ketebalan 10 mm. Bentuk kemasannya juga disesuaikan dengan tuntutan pasar, sudah menggunakan standing pouch dan toples.

Ditambahkan, untuk legalitas perizinan, produk Hunay sudah dilengkapi sertifikat Halal MUI; terdaftar punya hak merek di Kemenkumham; memiliki barcode; sertifikat Good Manucturing Practises serta lolos HACCP. “Makanya, produk kami sudah bisa masuk pasar modern dan menembus pasar ekspor,” ungkap Nurul.

Nurul Khotimah sukses mengembangkan usahanya. “Usaha Nurul Khotimah menjadi inspirasi bagi petani untuk mengolah bawang. Sehingga saat ini tak ada bawang yang dibuang. Semua bisa diolah,”ujar Anung Widiarto, Kadis Koperasi dan UMKM Kabupaten Probolinggo memberi testimoni. (Herry Sinamarata)

Editor : Redaksi