Oleh : M. Yazid

Keseleo

Reporter : -
Keseleo

Makna harfiah "keseleo" adalah terkilir, salah urat, hingga berakibat seseorang sulit menggerakkan anggota tubuhnya. Namun belakangan frame Jawa "keseleo" lebih digunakan pada suatu keadaan dimana seseorang salah ucap sebagai akibat "grusa-grusu" dalam berucap tampa pertimbangan mendalam. Peribahasa Jawa menyebut "sak dawa-dawane tampar, isih dawa lambe".

Era digital, ucapan memiliki wilayah lebih luas yang tidak hanya sebatas ucapan, melainkan tulisan dengan wilayah yang tanpa batas. FB, Twiter, instagram, dan berbagai aplikasi bawaan dan yang sengaja diinstal para pemilik smart phone. Maka tidak terlalu salah jika jauh hari teknologi bersifat determinisme.

Baca Juga: Polres Ngawi Ajarkan Generasi Muda Cerdas Bermedos

Menurut Marshall Mcluhan (1962) penemu teori determinisme dalam tulisannya "The Guttenberg Galaxy : The Making of Typographic Man", menyebut bahwa setiap kejadian atau tindakan yang dilakukan manusia akibat pengaruh perkembangan teknologi tidak jarang membuat manusia bertindak di luar kemauan sendiri. Meski awalnya, manusialah yang membuat teknologi, tetapi lambat laun teknologilah yang justru memengaruhi setiap apa yang dilakukan manusia. Hand Phone dan internet, disadari dan tidak telah merubah manusia yang awalnya biasa saja, bergeser menjadi sangat tergantung pada teknologi. Perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi telah membentuk keberadaan manusia itu sendiri, membentuk cara berpikir, berperilaku, dan bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi selanjutnya di dalam kehidupan manusia.

Dengan begitu kembalinya kepada manusia sendiri, apakah teknologi menjadikan manfaat baginya atau menjadikannya terbelenggu dengan teknologi atau bahkan dipenjarakan teknologi, hingga masuk kedalam jerusi besi dengan dalih UU ITE.

Maka jauh hari maqokah Arab mengingatkan "fafakkir Qabla an ta'mala min al khota", betfikirlah sebelum berbuat agar terhindar dari kesalahan.

Realitas membuktikan "Keseleo" ternyata dapat menghampiri siapapun tanpa pandang kelas sosial. Keseleo dalam konteks akademisi lebih dikarenakan terjadi ketidakseimbangan antara tingginya akal dan mata batin "kekuatan hati" seseorang.

Karenanya para sesepuh sering mengingatkan, berbicaralah dengan hati, menulislah dengan hati, berbuatlah dengan hati. Hati yang bening yang penuh cinta dan kasih sayang, yang diasah sepanjang waktu, dibersihkan setiap detik waktu. Hingga memancarkan sinar keabadian dan jauh dari kemunafikan.

Kopi malam Pandawa land, 6 November 2022

M. Yazid, aktivis pro demokrasi Bojonegoro

Editor : Redaksi