Imlek 2023, Politisi PSI Urai Makna Filosofi, Kenang Mendiang Gus Dur

Reporter : -
Imlek 2023, Politisi PSI Urai Makna Filosofi, Kenang Mendiang Gus Dur
Alfian Limardi

Jatimupdate.id - Momen Imlek 2023, Legislator Partai Soliditas Indonesia (PSI) Surabaya, Alfian Limardi menyampaikan sejumlah pesan.

Pertama, ia mengucapkan rasa syukur dan berterima kasih kepada mendiang KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang telah membantu, dan melindungi hak-hak warga dan budaya Thionghoa. Salah satunya membolehkan budaya Thionghoa saat Imlek.

"Kami warga Thionghoa bersyukur dan berterima kasih kepada mendiang Gus Dur," ungkap anggota Komisi B DPRD Surabaya ini.

Ia memaparkan, Imlek bagian dari tradisi bukan agama. Sebagai bangsa yang baik, budaya tersebut harus dirawat. Sebab, prosesnya terbentuk sejak lama, lahir dari pemikiran yang sangat bijak, dengan filosofi yang mendalam.

"Misalnya, di Imlek, kita selalu pakai baju warna merah, itu melambangkan ceria dan semangat," kata Alfian.

Kemudian, sambung dia, juga ada kue keranjang, yang bentuknya lengket dan manis, yang mana filosofinya diharapkan,  dapat menciptakan kerukunan keluarga, terjalin hangat dan guyub. "Itu yang kita pelajari dari budaya," ujarnya.

Budaya Imlek di Jawa, tambah Alfian,  tiap tanggal 15 dirayakan dengan lontong cap gomeh. Menurutnya, masakan ini merupakan budaya peranakan, yang bercampur dengan budaya Jawa. Dan jarang ditemukan di luar Pulau Jawa,

"Di Jawa kan ada ketupat, kalau teman-teman Thionghoa di Jawa, adanya lontong cap gomeh, komposisinya ada ayam, yang dibikin mirip opor." terangnya

Filosofi Bambu

Kemudian, ada juga rebung, ia menjelaskan, rebung ini, di dalamnya ada filosofi bambu. Di budaya Thionghoa, dipakai pada ornamen bangunan. Sebab, bambu, kalau tumbuh (naik), tidak akan ada satu tinggi lebih dulu. Dari sudut pandang Alfian, naiknya secara bersamaan.

Artinya, papar Alfian, jika maju, dilakukan bersama-sama atau bersatu. Makna maju bagi dia, tidak harus berada di atas penderitaan orang lain. "Harus ada  solidaritas, satu team work atau kerjasama (gotong royong)," jelasnya.

Menurut Alfian, ini sebenarnya sudah diterapkan sejak dulu, karena orang terdahulu, selalu suka dengan permainan simbol. Maka, ia mengajak generasi milenial, mencari tahu terkait simbol-simbol yang banyak mengandung filosofi tersebut.

Dengan begitu, ia yakin budaya atau tradisi nenek moyang bangsa ini, bisa terjaga dan terawat. Namun, ia menekankan, harus diiringi dengan sikap bijaksana. "Sehingga, kalau kita mau maju bersama-sama, itu sangat memungkinkan," tegasnya.

Tahun Politik

Alfian memaparkan, Imlek pada saat ini, merupakan tahunnya kelinci. Tahun ini, juga disebut mepet dengan tahun politik. Ia menjabarkan, sosok kelinci merupakan simbol kelembutan, imut tapi juga lincah.

Maka, ia berharap, di tahun yang dekat dengan momen politik, semua pihak bisa menerapkan politik yang hangat, tapi disertai dengan kelembutan. "Untuk menciptakan politik yang santun," pesannya.

Di tahun baru Imlek ini pula, dia juga mengajak warga Surabaya, memulai lembaran baru, bahu-memabahu membikin Surabaya lebih maju lagi, agar Indonesia lebih Jaya.

Mengingat, kota Pahlawan merupakan kota yang tingkat toleransi cukup tinggi, dan layak jadi miniatur Bhinneka Tunggal Ika dan miniatur Pancasila. "Seyogianya Indonesia seperti (Surabaya) ini, meskipun beda adat, beda keyakinan, suku, kita tetap bisa bersatu," ungkapnya.

"Kita tetap guyub bisa maju bersama," demikian pungkas Alfian. (roy).

Baca Juga: Jelang Perayaan Imlek, KAI Daop 8 Surabaya Hadirkan Hiasan Lampion dan Ornamen Imlek

Editor : Ibrahim

Catatan Mas AAS

Ibu Bumi

Sadar bahwa asal muasal raga ini dari tanah. Kembali pun pada suatu ketika juga ke sana. Demikian para tetua dahulu mengajarkan, dan para anak-anak duduk