Oleh : Zikrillah

Seonggok Daging Meugang, Mengembalikan Marwah Pemimpin Aceh

Reporter : -
Seonggok Daging Meugang, Mengembalikan Marwah Pemimpin Aceh
Zikrillah

Sudah menjadi Tradisi masyarakat Aceh saat menjelang Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha memasak daging, atau dalam istilah masyarakat Aceh di sebut Makmugang. Meugang (istilah sekarang) sendiri biasanya berlaku selama dua hari, pertama disebut Meugang Chek (Meugang Kecil), kedua disebut Meugang Rayeuk (Meugang Besar).

Pada hari Madmeugang masyarakat Aceh memasak daging, dan ada juga dengan melaksanakan khanduri kepada fakir miskin, anak yatim dan janda-janda. Sesungguh ini merupakan tradisi yang sangat mulia yang patut dipertahankan dari generasi ke generasi.

Baca Juga: PJ Bupati Pidie: Atasi Konflik Gajah-Manusia dengan Filosofi Silaturrahim

Tradisi ini sebenarnya jauh sudah ada sejak masa 1607, saat Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam di tabalkan sebagai Sultan ke-XII Kesultanan Aceh Darussalam, Alhamdulillah Tradisi ini masih berlaku sampai sekarang.

Dalam Qanun Meukuta Alam Bab II ayat 47 disebutkan bahwa "jika datang sampai tahun hampir hari Madmeugang, Madmeugang Puasa dan Madmeugang hari raya Fitrah dan Madmeugang hari raya Haji. Maka sebelumnya Madmeugang kira-kira satu bulan lagi jauh Madmeugang, maka hendaklah Geuchik-Geuchik dan wakil dan Imam Meunasah serta Tuha Peut menilik dan memeriksa pada tiap-tiap kampung sendiri masing-masing Geuchik dan masing-masing Mukim yaitu berapa banyak orang fakir miskin dan inong balee dan yatim piatu dan yang sakit lasa dan buta dan barang sebagainya"

"Maka dibuka oleh Qadhi Mu’azzam khazanah Balai Silaturrahmi yaitu mengambil dirham dan kain dan dibeli kerbau atau sapi hendak dipotong hari Makmeugang. Maka dibagi-bagikanlah daging kepada sekalian mereka itu yang tersebut. Yaitu pada tiap-tiap satu orang maka yaitu seemas daging dan dapat uang lima mas dan dapat kain enam hasta. Maka pada sekalian yang tersebut semua diserah kepada Geuchik-nya masing-masing gampong daerahnya. Sebab karena sekalian mereka itu yang tersebut hidup melarat lagi tiada mampu membelikannya, maka itulah sebab pemerintah Aceh memberi tolongannya dengan perintah Sultan atau Rais Jumhuriyyah" (Qanun Meukuta Alam).

Berdasarkan Napak tilas sejarah Makmeugang di Aceh, dalam hal ini Penjabat Bupati Pidie Ir Wahyudi Adisiswanto M.Si., mengumpulkan kepala SKPK dan Donatur untuk bermusyawarah bagaimana melestarikan dan mengembalikan adat dan budaya tersebut sebagai tupoksinya.

Menurut penulis, langkah tepat Pj. Bupati Pidie menghimbau kepada para Donatur untuk menyumbang sapi, yang dagingnya diberikan kepada fakir miskin, anak yatim dan janda-janda. Karena hal ini mengembalikan Makna Sejarah Makmeugang sebagaimana yang tertuang dalam Qanun Meukuta Alam.

Penulis mencoba mempertegas kembali bahwa Sumbangan yang di minta oleh Pj. Bupati adalah sapi bukan uang. Menurut penulis arahan ini untuk mengantisipasi niat-niat jahat. Langkah tepat yang di ambil oleh seorang pemimpin untuk menghindari fitnah-fitnah.

Sejatinya Pj. Bupati Pidie Wahyudi Adisiswanto sudah mengembalikan Marwah Pemimpin Aceh lewat
Seonggok Daging Meugang untuk masyarakat miskin.

Tidak ada dasar menuduh adanya indikasi korupsi yang dilakukan oleh bawahannya, karena semua ini dilakukan dengan kesucian hati, niat yang lurus untuk membantu masyarakat miskin. Agar masyarakat miskin yang ada di Pidie menikmati renyahnya daging Meugang.

Baca Juga: Meugang Akbar Mengawali Ramadhan Tradisi Sultan Iskandar Muda Kini Dilanjutkan Pj Bupati Pidie

Terkadang kita latah dengan program-program yang Pj. Bupati Pidie lakukan. Program nya simple, mudah dan gak ribet, kenapa tidak dilakukan oleh kami-kami dahulu. Disinilah bukti ketulusan dan niat suci pemimpin, tentu Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa tidak akan diam, akan ada saja ide-ide cemerlang yang dikaruniakan Allah.

Data sebenarnya sapi yang terkumpul ada 34 ekor sapi bukan 27 ekor. Para donatur sendirilah yang mengantar sapi untuk diserahkan kepada Panitia Akbar Meugang, bukan kasih duit, terus dimana letak unsur niat jahat. Toh panitia Akbar Meugang hanya bekerja dan mendistribusikan daging Meugang tersebut kepada Fakir miskin. Untuk biaya distribusi pun tidak ada, karena jalur ini hanya memanfaatkan seluruh unsur Pemerintah, baik TNI maupun Polri.

Dan berdasarkan pengakuan dari salah satu babinkantibmas yang bertugas mengatarkan daging Meugang, Alhamdulillah masyarakat miskin yang menerima daging Meugang, terharu dan sangat bersyukur atas kepedulian Bapak Penjabat Bupati Pidie. Tidak ada dalam sejarah Pemimpin Pidie peduli kepada kami masyarakat miskin.

Bukan hanya masyarakat sebagai penerima, seorang Guru Honor pun di Geumpang juga bersyukur adanya program Sapi Meugang untuk Masyarakat miskin. Walaupun yang bersangkutan bukan termasuk penerima. Dalam hal ini Masyarakat Pidie butuh sosok Pemimpin yang peduli dan peka dengan kehidupan rakyat.

Lagi-lagi karena Seonggok Daging Meugang tersebut membawa kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat miskin.

Pj. Bupati Pidie Wahyudi Adisiswanto telah mengedukasi para dermawan untuk tidak menghargai kepala masyarakat miskin dengan Rupiah. Yang masyarakat mau adalah keikhlasan dalam berbuat. Dimana para pemimpin di tiap Kecamatan dan Gampong terlibat bekerja menyembelih sapi untuk dibagikan kepada masyarakat miskin.

Baca Juga: Kick-off Uji Kompetensi Wartawan PWI Bantuan BUMN Dimulai Dari Aceh, NTT Dan Sulut

Berkaitan dengan Niat para Donatur yang memanfaatkan momen untuk kedekatan dengan pemerintah dalam hal ini loby-loby proyek tentu ini tuduhan yang tidak mendasar. Orang ingin berbuat baik jangan dituduh yang bukan-bukan, tetapi apresiasi kedermawanan mereka yang ingin membantu masyarakat miskin. Toh kita pun tidak sanggup memberikan daging meugang buat masyarakat miskin, pastinya ucapkan terima kasih kepada donatur tersebut.

Tentu ini merupakan tindakan mulia yang patut kita apresiasi kepada Pj. Bupati Pidie Ir. Wahyudi Adisiswanto M.Si., yang mencoba mengembalikan tujuan Madmeugang sebagaimana mestinya.

Luruskan niat dalam setiap perbuatan, apapun kebaikan yang dilakukan oleh pemimpin, tentu akan ada yang mengejek, inilah demokrasi. Lihatlah positifnya, jangan lihat negatifnya, karena kita di ajarkan untuk berbaik sangka.

Selamat menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1444 Hijriah. Bersihkan hati sucikan jiwa menuju Pidie Mulia.

Penulis (Zikrillah, Aktivis Gerakan Pemuda Islam Indonesia GPII).

Editor : Nasirudin