Ngabuburit Senja

Nabi Syu'aib dan Orang-orang Curang

Reporter : -
Nabi Syu'aib dan Orang-orang Curang
Dr M Subhan SD

JAKARTA(JATIMUPDATE.ID)-Bangsa Madyan tinggal di jalur strategis. Diperkirakan terletak di bagian paling barat Arab Saudi (sebelah barat Tabuk) dan Yordania selatan (Aqabah dan Ma’an). Jalur ini di masa silam merupakan bagian dari rute perdagangan klasik, titik persimpangan di pantai dari Laut Merah, antara Yaman dan Suriah (selatan-utara) dan antara Irak dan Mesir (timur-barat).  Mereka mengontrol rute perdagangan klasik itu. Karena itu, bangsa ini mayoritas berprofesi pedagang. Tetapi sebagai pedagang mereka bertindak curang. Setiap transaksi jual-beli, mereka mengurangi kadar takaran dan timbangan. Mereka dicap orang-orang curang (al-mutaffifin). Al-Mutaffifin adalah surat ke-83 dalam Al-Quran. “Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)! (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi” (QS. Al-Mutaffifin: 1-3).

Karena banyak kabilah pedagang yang melintas, penduduk Madyan juga memajaki, meneror, dan merampok. “…Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah dan ingin membelokkannya. Ingatlah ketika kamu dahulunya sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS. Al-Araf: 86).

Bangsa Madyan diidentifikasi sebagai keturunan Madyan (Midian), putra Nabi Ibrahim dari istri bernama Qanthur binti Yaqhtin Al-Kan’aniyah (Ketura). Untuk menyadarkan penduduk Madyan yang juga menyembah pohon aikah (sehingga disebut penduduk Aikah), Allah mengutus nabi dari kalangan mereka, yaitu Nabi Syu’aib. Makanya, nasab Syu’aib disebutkan Syu’aib bin Shaifur bin Aifa bin Tsabit bin Madyan bin Ibrahim. Sedangkan dari pihak ibu, Syu’aib disebutkan keturunan Nabi Lut. Syu’aib punya sifat lembut dalam bertutur kata dan tidak reaktif. Cara penyampaiannya pun bertahap: sopan, lalu beradu argumentasi, hingga memberi ancaman.

Namun, Syu’aib malah diancam balik. “Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri dari kaum Syu’aib berkata, Wahai Syu’aib! Pasti kami usir engkau bersama orang-orang yang beriman dari negeri kami, kecuali engkau kembali kepada agama kami.” Syu’aib berkata, “Apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak suka?” (QS. Al-Araf: 88). Akhirnya Syu’aib memberi peringatan terakhir kepada kaumnya. “Dan wahai kaumku! Berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah! Sesungguhnya aku bersamamu adalah orang yang menunggu” (QS. Hud: 93). Allah pun menurunkan azab: suara mengguntur dan gempa. Penduduk Madyan pun mati bergelimpangan.

Bangsa Madyan pun binasa akibat perbuatan tercela, curang, keji, dan kufur. Inilah pelajaran penting bahwa mereka yang tidak memberikan sesuatu yang menjadi hak orang lain sehingga sangat merugikan orang tersebut, maka termasuklah orang-orang curang. Ancamannya sudah jelas: dibinasakah Allah. Dr M Subhan SD, Director PolEtik Strategic

Editor : Redaksi