Refleksi Kudatuli, PDIP Surabaya Hadirkan Pelaku Sejarah

Reporter : -
Refleksi Kudatuli, PDIP Surabaya Hadirkan Pelaku Sejarah
Refleksi Kudatuli yang digelar PDIP Surabaya

Surabaya,JatimUPdate.id - PDI Perjuangan Kota Surabaya menggelar peringatan tragedi kerusuhan 27 Juli 1996 atau Kudatuli.

Peringatan Kudatuli digelar di Kantor DPC PDIP Surabaya Jalan Setail Nomor 8, Darmo, Kec. Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (27/7) malam, menghadirkan para pelaku sejarah gerakan arus bawah  PDI Pro Mega atau Promeg, yang pada tahun 1999 berubah PDI Perjuangan.

Peringatan diisi doa dari pemuka lintas agama, yang dipersembahkan untuk semua korban peristiwa 27 Juli 1996, pejuang demokrasi dan pejuang PDI Perjuangan, yang telah gugur dan meninggal dunia.

Baca Juga: Eri Cahyadi-Armuji Daftar 2 Mei, PDIP Surabaya: Jaga Keberlanjutan Pembangunan

Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya, Adi Sutarwijono, mengatakan, peristiwa 27 Juli 1996 adalah puncak pengambilalihan PDI di bawah Megawati Soekarnoputri, yang sah dan konstitusional, oleh kelompok PDI Soerjadi yang di back up kekuatan keamanan dan aparatur negara.

Pengambilalihan kekuasaan itu ditandai kongres ilegal di Medan, Juni 1996, yang dilakukan Soerjadi, Fatimah Ahmad, Buttu Hatapua dkk, yang disokong rezim Orde Baru.

Berpuncak pada penyerbuan Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat,  pada Sabtu 27 Juli 1996 subuh.

“Peristiwa 27 Juli 1996 menyulut  kerusuhan dengan banyak korban luka-luka dan meninggal dunia, korban hilang dan tidak ditemukan. Peringatan ini untuk merawat ingatan dan kesadaran untuk senantiasa menegakkan kedaulatan PDI Perjuangan,” kata Adi.

“Bahwa PDI Perjuangan di bawah komando Ibu Megawati telah melewati berbagai babakan sejarah yang sulit dan pahit. Telah melampaui peristiwa-peristiwa kelam akibat penindasan penguasa di masa lalu. Sekarang PDI Perjuangan tegak berkibar dan mengakar di hati rakyat,” kata Adi, yang juga Ketua DPRD Kota Surabaya.

Baca Juga: PDIP Surabaya Segera Buka Pendaftaran Pilkada 2024, Eri Cahyadi-Armuji Pastikan Daftar Pertama

Beberapa pelaku sejarah dihadirkan dalam peringatan di Kantor DPC PDIP Surabaya. Para kader banteng memberikan penghargaan pada para pelaku sejarah atas dedikadi dan pengorbanan di masa lalu.

Di antaranya Pak Solikin, tukang becak yang dipukul aparat hingga jatuh di selokan. Juga kakek  Mat Dolah, loyalis Megawati.

“PDI Perjuangan didirikan dengan perjuangan hebat oleh kader banteng, yang dipenuhi keringat, darah dan air mata, pengorbanan harta benda dan nyawa. Partai ini tidak sekadar didirikan dengan akta notaris,” kata Adi.

Dalam kesempatan itu, Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya Baktiono, yang juga pelaku sejarah, didapuk memberikan refleksi peristiwa.

Baca Juga: DPC Gerindra dan PDI-Perjuangan Bersatu dalam Mewujudkan Kabupaten Pasuruan yang Lebih Baik

Ditampilkan koleksi foto-foto sejarah dan pemutaran video  peristiwa 27 Juli 1996. Baktiono mengingatkan perjuangan arus bawah rakyat yang setia kepada Megawati dan Bung Karno.

“Tragedi 27 Juli 1996 adalah peristiwa kelam anti demokrasi. Tidak ada gerakan reformasi yang menjatuhkan rezim Orde Baru, jika tidak ada Kudatuli. Tidak ada demokrasi, jika tidak ada reformasi,” kata Baktiono.
Peringatan 27 Juli 1996 dihadiri kader-kader muda milenial dan gen-Z, sehingga terjadi pewarisan sejarah.

“Kesadaran sejarah terus kita rawat dan dedikasikan kepada rakyat. Dengan terus turun di masyarakat, tiada henti, untuk membuat PDI Perjuangan semakin dicintai rakyat,” kata Adi. (roy)

Editor : Ibrahim