Obat-obatan Tidak Cukup, PPSDS Jatim: Sapi Positif PMK Butuh Treatment

Reporter : -
Obat-obatan Tidak Cukup, PPSDS Jatim: Sapi Positif PMK Butuh Treatment
Ketua PPSDS Jatim, Muthowif

Jatimupdate.id - Sapi terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK) di Jawa Timur semakin banyak. Ketua paguyuban pedagang sapi dan daging segar (PPSDS) Jatim, Muthowif menilai, kondisi ini sangat menghawatirkan keberlangsungan peternak di massa mendatang.

"Sapi atau kambing yang positif PMK, tidak cukup hanya diberikan vitamin atau obat-obat untuk daya tahan tubuh," tegasnya.

Baca Juga: PPSDS Jatim Tantang DKPP Surabaya Sidak Kelengkapan Dokumen Daging di Pasar Modern

Muthowif menyatakan, saat ini yang lebih dibutuhkan peternak adalah treatment penanganan proses penyembuhan hewan yang positif PMK. Yakni, penanganan kuku yang mengelupas, serta bagaimana caranya kuku yang mengelupas cepat tumbuh.

"Sehingga sapi bisa jalan dengan normal." ujar dosen Unipra Surabaya ini

Baca Juga: Ini Penyebab Beredarnya Daging Sapi Gelonggongan Menurut PPDS Jatim

Di samping itu, Muthowif menekankan pihak berwenang melakukan penanganan luka di mulut sapi yang positif PMK. Dengan sembuhnya mulut sapi tersebut, Muthowif menyebut, dapat memulihkan nafsu makannya.

Muthowif menjelaskan, tindakan pihak berwenang menyampaikan kepada peternak melalui seruan 'tenang jangan panik' dinilai tidak cukup. "Harus ada tindakan treatment mempercepat kesembuhan sapi-sapi yang positif PMK, dan lingkungan hewan yang sehat." jelasnya.

Baca Juga: PPSDS Jatim Sebut Pengiriman Daging Gelonggongan ke Surabaya Sebulan yang Lalu

Maka, lanjut Muthowif perlu pernyataan secara resmi dari pemerintah, bahwa PMK yang berawal dari Gresik, berasal dari daging kerbau yang masuk ke Jatim, berasal dari hewan import ilegal seperti yang disampaikan Guubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa.

Biar masyarakat mengetahui dan memahami kalau PMK yang ada di Jawa Timur (Gresik) berawal dari daging kerbau eksimport, atau hewan kecil yang masuk ke Jatim. Sehingga harus ditangani sesuai dengan kaidah akademik dan siberi vaksin sesuai tipenya." demikian Muthowif

Editor : Ibrahim