Singgung Raja Jawa, Pengamat : Raja Jawa yang dimaksud Bahlil itu Jokowi
Jakarta, JatimUPdate.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, resmi ditetapkan oleh forum sidang Munas XI Partai Golkar sebagai Ketua Umum partai berlambangkan pohon beringin itu untuk masa periode 2024-2029.
Dalam sambutannya saat menyampaikan visi misinya di hadapan para peserta munas, Bahlil sempat menyebut frasa Raja Jawa.
Baca Juga: Begini Kata Airin Setelah Resmi Diusung Partai Golkar Sebagai Cagub Banten
Direktur Eksekutif Citra Institute, Yusak Farchan menilai tidak ada bagian pidato Bahlil yang paling menarik perhatian publik kecuali pada saat menyinggung Raja Jawa.
"Jadi ada beberapa penafsiran yang bisa kita tangkap. Pertama, siapa yang dimaksud dengan Raja Jawa. Kalau menurut saya ya tidak ada lagi selain Jokowi. Karena kalau yang dimaksud Bahlil adalah Prabowo, hari ini Prabowo belum dilantik menjadi Presiden,"ujar Yusak kepada Jatim Update Kamis (22/8)
Kedua, tambah Yusak, ada frasa atau kalimat dalam pidato Bahlil yang berbunyi "Kita harus lebih paten".
"Maknanya yang bisa ditangkap adalah bentuk komitmen atau kepatuhan dari Ketua Umum Golkar terpilih, yakni Bahlil, terhadap kepentingan-kepentingan Sang Raja Jawa itu,"ucap Yusak.
Baca Juga: Beri B1-KWK ke Airin- Ade, Bahlil : Pak Ade, Kami Tidak Akan Meminta Warna Baju Anda Berubah Kuning
"Bisa jadi kepentingan electoral ke depan, dalam hal ini karena Gibran sudah menjadi Wapres terpilih. Atau kepentingan politik yang lebih luas, yakni kepentingan Jokowi pasca lengser dari Presiden,"imbuhnya.
Yang lebih menarik lagi, tambah Yusak menerangkan, adalah keluarnya bahasa,"Jangan coba main-main dengan barang ini. Bisa celaka kita".
"Ini merefleksikan adanya sebuah ancaman, dalam tanda kutip, kalau tidak berkomitmen atau tidak mematuhi atau memusuhi Raja Jawa, bisa berakibat fatal,"kata Yusak
Baca Juga: Kenang Kekalahannya saat Munas AMPI, Bahlil : Suatu Saat Saya akan Kembali Memimpin Golkar!
Yusak juga menilai, bahasa yang demikian itu sekaligus mengafirmasi konteks mundurnya Airlangga dari Ketua Umum Golkar di mana spekulasi publik mengarah pada adanya tangan-tangan kekuasaan yang turut bermain dan melengserkan Airlangga.
"Jadi ini penegasan atau afirmasi bahwa Bahlil adalah representasi dari Istana dan Raja Jawa yang dimaksud,"tutup Yusak (*).
Editor : Redaksi