Webinar DPP Pengajian Al-Hidayah Tekankan Pentingnya Kesetaraan Gender di STEM
Jakarta, JatimUPdate.id – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Pengajian Al-Hidayah dan Gerakan Usaha Pembaruan Pendidikan Islam (GUPPI) menyelenggarakan Webinar Pendidikan bertajuk Strategi Mengatasi Disparitas Gender di Bidang Pendidikan untuk Mewujudkan Generasi Emas 2045 secara daring pada Sabtu (28/9/24).
Endah Cahya Immawati, Ketua Panitia Webinar, melaporkan bahwa kegiatan ini diikuti oleh 637 peserta yang tersebar dari seluruh Indonesia, termasuk dari kalangan anggota Pengajian Al-Hidayah, GUPPI, KOWANI, BMIWI, hingga civitas akademika dari berbagai kampus.
"Webinar ini diselenggarakan secara daring melalui Zoom dan YouTube. Harapan kami, seluruh komponen, khususnya perempuan, dapat berkolaborasi untuk mendorong peningkatan kualitas dan kesetaraan gender di bidang pendidikan serta sektor lainnya," ujar Endah.
Webinar ini dihadiri oleh tokoh pendidikan seperti Fasli Jalal (Ketua Umum GUPPI), Amich Alhumami (Deputi Bappenas Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan), dan Iin Kandedes (Sekjen DPP Pengajian Al-Hidayah) dan dimoderatori oleh Dr. (c) Marnarita Yarsi. Fokus utama diskusi adalah ketimpangan gender, terutama dalam bidang STEM (Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika).
Fasli Jalal, dalam paparannya, menyoroti rendahnya jumlah perempuan yang bekerja di bidang STEM dibandingkan laki-laki.
"Hanya kurang dari separuh perempuan yang bekerja di bidang ini. Ini menunjukkan perlunya beasiswa dan dukungan untuk menarik minat perempuan ke bidang STEM," ujar Fasli. Ia juga menyatakan, dengan kemajuan teknologi seperti AI dan big data, kebutuhan akan perempuan ahli dalam bidang ini sangat mendesak.
Amich Alhumami menambahkan bahwa walaupun capaian pendidikan antara laki-laki dan perempuan hampir setara, ada tantangan dalam penyelesaian pendidikan menengah, terutama bagi anak perempuan.
“Banyak keluarga yang memilih anak perempuan berhenti sekolah untuk membantu ekonomi keluarga,” ujarnya. Ini, kata Amich, berimbas pada partisipasi perempuan di sektor formal yang masih tertinggal.
Adapun Iin Kandedes menekankan bahwa meskipun Indonesia memiliki peluang besar dengan bonus demografi, keterlibatan perempuan di angkatan kerja masih jauh tertinggal dari laki-laki.
“Partisipasi perempuan hanya mencapai 53,41%, sementara laki-laki mencapai 83%,” ungkapnya. Menurut Iin, ini merupakan tantangan besar dalam mewujudkan kesetaraan gender.
Sementara Hetifah Sjaifudian, Ketua DPP Pengajian Al-Hidayah, dalam sambutannya di akhir seminar menyoroti perlunya kebijakan yang mendukung perempuan untuk tetap berkarir, termasuk penyediaan fasilitas kerja yang memadai. Ia juga menyinggung soal batasan usia 35 tahun dalam beasiswa, yang dinilai menghambat perempuan yang baru bisa melanjutkan pendidikan setelah usia 40-an. "Batasan ini harus dikaji ulang demi memberikan kesempatan bagi perempuan yang ingin kembali belajar," pungkas Hetifah.
Dengan 637 peserta dari seluruh Indonesia, webinar ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi untuk mendorong kesetaraan gender, khususnya dalam bidang pendidikan dan STEM (*).
Editor : Redaksi