Sakno Bakule Kopi Durung Turu

Reporter : -
Sakno Bakule Kopi Durung Turu
warrung kopi

Tulisan adalah pikiran yang bergerak. Ia tak lekang oleh waktu, tak lapuk oleh jaman!

Menghubungkan imajinasi dengan realita. Di situlah seninya sebuah tulisan saat dianyam oleh penulisnya!

Baca Juga: Kampung Halaman

Bagaimana sebuah fakta-fakta empiris serta fenomena keseharian. Mau diapain, apakah dibiarkan menguap begitu saja tanpa arti!

Sebaiknya memang lah ditulis saja. Agar menjadi saksi sejarah hidup pada hari ini!

Setidaknya bagi si penulisnya sendiri.

Dan waktu yang sejenak. Senyampang diri ini antar istri ke pasar. Aku pun duduk di warkop di depan Pasar Paing Rungkut, untuk menunggunya. Dan kemudian sang juru jaga warkop berseloroh kepadaku," Ket mau bengi aku durung turu, sampai esuk Iki, mas Agus! Karena orang yang buat gantian jaga, pagi ini, masih di kampung, belum ada kabar, mau kembali atau tidak," katanya begitu kepadaku!

Dan kemudian pandangan mataku tertuju kepada kursi-kursi yang ada di warkop. Tak beraturan tampak tidak tertata, seperti biasanya.

Aku tetap diam namun sangat aktif aku memperhatikan yang bergerak di dalam pikiranku. Aku benar-benar menjadi observer sejati pagi ini!

Apa saja yang terlintas di kepalaku! Aku lihat obyek yang dipikirnya, aku amati satu demi satu. Sekali-kali pikiran itu tak pernah diam, ia membaca, ia memaknai, dan itu terus menerus.

Dan seperangkat pengetahuan lawas yang sudah tertancap di dalam benak satu demi satu akhirnya keluar. Oh, kalau perihal ini, itu terkait perilaku. Oh, kalau soal si Jupri yang sedang mengeluh, itu terkait soal manajemen, baik manajemen uang juga orang. Dan tulislah dari enjel itu saja.

Ah, jadi pusing sendiri menuruti ombaknya pikiran pada pagi ini. Meski hanya duduk sebentar saja di warkop ini, karena hanya tunggu istri, belanja.

Tapi pikiran ini benar-benar karya Tuhan yang sangat luar biasa. Bak komputer paling canggih adanya. Ia men-scanning semua peristiwa. Tanpa jeda sedetik pun.

Sudut pandang keluar satu demi satu, dari pikiranku. Harusnya diapain melihat semua fenomena pada pagi ini, diantaranya: istri sedang di dalam pasar beli semua kebutuhan dapur kita, sang juru jaga warkop sedang kepayahan ingin istirahat, tapi sang pengganti shif tidak datang, dan tampak meja kursi di warkop masih berantakan. Sedangkan biasanya rapi mengundang siapapun buat duduk singgah di sini sambil ngopi ngudud serta makan camilan yang ada! Terus lalu lalang manusia hilir mudik di dalam pasar itu mau ngapain saja, dlsb.

Sawang-sinawang saja. Hidup demikian layaknya yang terjadi. Aku lihat Anda enak, demikian juga sebaliknya. "Jupri, tak sawang urip mu wis penak kan? Duit tinggal ngambil, dan dapatnya pun mudah. Siapapun yang duduk ngopi, makan di warungmu ini, pasti selalu bayar. Usai hajatnya untuk nyangkruk di sini kelar!"

"Jare sopo, mas Agus?"

Baca Juga: Buku Baru Warisan Baru

"Yo, jareku, ta, Jupri!"

"Buka warung ngene ora gampang mas Agus! Masalah'e okeh. Siji, piye gawe karyawan sing jogo warkop betah. Loro, piye modal kulakan tetap lancar, meski okeh pelanggan sing nyatet utowo utang sik! Telu, juga model tamu sing polahe mangan 5 ngomong 3 bayar 1, lan iku ora sithek mas Agus!"

"Jiangkrik, awakmu, nyindir awakku Jupri?..."Hora, mas Agus." Dan kita berdua aku dan si Jupri pun tertawa ngakak pagi ini!"

Sekali lagi pikiran ini saat tidak dihentikan. Ia akan bergerak terus ke mana-mana.

Dan kebiasaan menulis yang sudah dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama. Kadang ia akan memanggil perhatian diriku guna menuliskannya lagi, dan lagi.

Salah satu aktivitas paling efektif untuk membuat pikiranku diam secara spontan adalah dengan menuliskan apa yang dipikirkannya.

Belum sempat tulisan ini aku edit kembali, flow serta fluitnya. Namun istri sudah tampak berjalan ke arahku, dari kejauhan.

Baca Juga: Hidup adalah Mengenai Menerima dan Memberi!

Bagaimanapun aku harus segera close kisah di tulisan ini.

"Jupri, aku pamit mulih sik, yo. Iku bojoku wis teko. Piye nek warkop mu tak jogo sedino ae, awakmu kan esoh turu?"

"Ngono yo mas Agus?"

"Iyolah, siapa takut! Asal bayarane sumbut ae, hahaha!"

"Per jam, njogo warkop, pirang ngewu, duite?"

"Waduh, mas Agus!" Dan si Jupri jadi tidak mengantuk sekarang.


AAS, 08 Januari 2023
Warkop Pasar Paing Rungkut Surabaya

Editor : Redaksi