Catatan Mas AAS

Memungut Sebuah Prespektif Tentang Melayani Kehidupan

Reporter : -
Memungut Sebuah Prespektif Tentang Melayani Kehidupan
Mas AAS

Alhamdulilah tepat pukul 07 pagi, diri ini telah sampai di markas kampus UB Malang. Pagi-pagi benar tepat pukul 03 dinihari gerobak tua itu, mengantarkan perjalanan dari kota pahlawan ke Malang.

Sekujur tubuh terasa segar menghirup udara fajar, di _kelangenan_ saat menikmati jalan bebas hambatan Surabaya-Malang yang lengang! Sempurna.

Baca Juga: Sesederhana Itu Cara Menikmati Hidup Yang Paling Epik!

Tibalah di markas UB di kopi tani, sepi, dan itu *suasana* yang benar-benar diharapkan. Menyerap udara pagi beserta aura dan frekwensi suasana pendidikan di dalam kampus.

Satu demi satu tampak para *anak bangsa* sedang berjalan santai, sedikit berlari, bahkan ada juga yang terlihat berjalan tanpa pemulas wajah, santai sekali berada di dalam kampus. Yang terburu-buru mungkin sedang ada kuliah pagi dan *dosen* nya _killer_ terlambat masuk kelas, meratap lah si mahasiswa di luar ruangan, tak bisa ikut kuliah, dan tak bisa absen, boro-boro bisa titip absen, tak bisa itu!

Kasihan deh lho, tapi itu kejadian dan cerita yang suatu saat setelah si mahasiswa itu *lulus* jadi orang, ia akan berterima kasih!

Masih di suasana pagi: suguhan berbagai menu kehidupan sudah di incipi penulis dengan penuh hasrat menelannya. Menjadi bahan amunisi untuk terus melanjutkan kehidupan seharian ini nanti di UB.

Dan semua fenomena yang berada di luar diri, bukankah sebuah *konfirmasi* nyata apa yang sedang terjadi di dalam diri, begitu kata para *pesuluh* pejalan kehidupan. Menarik bukan?

Bertemu dengan kehidupan, bertemu dengan orang, tidak sedikit sudah terjadi. Selama beberapa menit singgah dan menyeruput kopi saat sedang di markas. 

Dan diskusi pagi pun berlangsung, dalam suasana rilek, senda gurau bersama kawan, mengeja tentang aktivitas kehidupan yang sudah, tengah, dan akan dijalani.

Dalam posisi dan tanggung jawab masing-masing. Kami pun saling menyemangati untuk terus *melayani* kehidupan melalui peran kami masing-masing. Yang sedang jadi mahasiswa kudu bertekun meneruskan tugasnya hingga selesai. Yang menjadi pejabat kudu rela untuk *turba* melihat rakyat yang dipimpinnya.

Baca Juga: Challenge Dari Kolega

Soal keberadaan diri terselip tidak atau kurang *diperhatikan* meski jadi pejabat, atau pemimpin, kenapa mesti gusar! Bukankah yang benar-benar jadi *pemimpin* tak silap serta silau akan tepuk tangan serta pengakuan.

Sudah dicontohkan oleh siapa coba? Oleh presiden kita yang sekarang, yaitu bapak Jokowi.

Terima kasih bapak Jokowi, itu tagline yang selalu dilantunkan oleh seorang _konco lawas_ dalam setiap statusnya.

Ah, sudahlah. Pagi-pagi yang sudah bagus vibe nya. Nanti pembaca menduga penulis akan ngomongin politik jadinya.

Demikian saja, cerita pagi ini saat sedang menikmati segelas kopi, ketika sedang berada di markas UB Malang.

Baca Juga: UB Berencana Mengundang Mahasiswa untuk Klarifikasi Kasus Penerima KIP Kuliah yang Viral

Dan segera melanjutkan langkah berikutnya.

Mengajak kedua kaki ini untuk segera marak sowan menemui tim promotor, untuk meneruskan lakon hidup berikutnya.

Selamat pagi semuanya.

AAS, 24 Mei 2023

Cafe Kopi Tani FP UB Malang

Editor : Nasirudin