Catatan Mas AAS

Kebingungan Juga

Reporter : -
Kebingungan Juga
Mas AAS bersama Kolega

Baca Juga: Melarung Rindu Kepada Mandala di Gunung Arjuna Batu Malang!

Beberapa hari tidak membuat tulisan. Membuat nafasku terengah-engah. Dan pikiran ku auto ter-distrak saat perintah kan jemari ini menulis di papan keypad HP.
 
Memilih tema apa yang sebaiknya aku tulis pada pagi ini. Di saat puluhan, ratusan, bahkan ribuan pikiran itu berserakan, berkecamuk, di dalam kepalaku. Hasil menyerap semua informasi yang saling susul menyusul tanpa henti beberapa pekan ini, yang hinggap di kepala.
 
"Bukankah, pikiran ini layaknya spon yang menyerap beragam: informasi, pengetahuan, dan juga fenomena yang tak pernah berhenti disuguhkan dalam adonan yang legit dari setiap aktivitas manusia!" Dan selayaknya itu didokumentasikan setiap harinya lewat sebuah tulisan.
 
Apakah aku harus menulis dengan men-deskripsi kan ulang dengan gaya bertutur.  Kisahnya pak Brengos, pak Edi, dan bolo-bolo lawas lainya. Yang mana pagi ini aku dapat kabar tentang mereka semua sudah berpulang kepadaNya, dari kolega di tempat tongkrongan lawas di kota pahlawan Surabaya!
 
Di kota ini lah aku bisa mengaplikasikan ilmu lawas para sesepuh dahulu. "Manjing Ajur Ajer". Hidup berkumpul dan melebur dengan banyak latar manusia: mulai kaum jetset hingga kaum bentor becak motor, kaum sosialita hingga kaum pegiat malam, kaum pendeta, ulama, hingga kaum dunia hitam, semua aku kumpulin hidup bersamanya dengan perangainya yang unik juga epik, dengan cara guyon maton parikeno!
 
Atau ingin merajut kisah beberapa kolega yang sedang berjuang hidup dan mati. Untuk merampungkan kuliah S3 yang tengah dijalaninya. Disaat masalah keluarga tengah menerpanya, dan membuat si promovendus kawakan itu terhuyung-huyung raga juga jiwanya, gamang untuk teruskan pendidikannya. "Yok opo Iki Gus, lanjut opo ora kuliah e?" Dan GPL gak pakai lama, aku pun hanya bisa membalas pesan WhatsApp nya: "Tak tunggu di markas besar ku Taman Bungkul siang ini, kita ngopi saja ya!"
 
Fenomena lainya yang tak pernah absen aku lihat adalah, para die hard pendukung Paslon Capres. Menyebarkan tulisan orang lain ke grup WhatsApp, aku berharap tulisannya sendiri yang diunggah perihal opininya tentang calon, share gambar meme, upload video. Serta beragam serangan udara berupa balas kata dan balas pantun yang tak lekang oleh kesibukan hariannya. Yang penting jagoku kudu di up terus ke grup agar lebih dikenal dan terkenal. Dan notifikasi dari pesan WhatsApp itu tak berkesudahan aku terima masuk ke smartphone, kadang bising juga, sudah seperti mendengarkan lagu cadas saja. Sayang, ini bukan mendengar lagu rock  roll ala lagunya Elvis Presley tapi notifikasi pesan HP, oalah!
 
Atau kembali fokus menjalani profesi utama. Sebagai kawan seiring para tunas muda harapan bangsa di ruang kelas kuliah saja. Dan mulai memahatnya menjadi sebuah tulisan tema serius yang segera dikerjakan. Luarannya: bisa buku ajar mata kuliah yang diampu, atau tulisan lainnya yang selaras dan senafas dengan kebutuhan para mahasiswa tersebut.
 
Begitulah, yang terjadi pada diriku pagi ini.  Mengalami kebingungan yang cukup akut. "Mau menulis tentang apa? Dan dari mana menulisnya!"
 
Sehingga mohon dimaklumi saja, apabila ada tanya dari pembaca, "Ini tulisan tentang apa sih mas AAS?" 
 
"Tulisan tentang kebingungan mau menulis apa! Itu yang ditulis pada tulisan ini." Tapi bukan bingung memilih Capres lho ya, upps!
 
Endingnya apa? Ternyata kebiasaan yang sudah dilakukan secara Istiqomah, saat ditinggalkan beberapa saat meski hanya terhitung harian saja, habit itu akan memanggil pelakunya, untuk melakukan hal yang sama. 
 
Tidak melakukannya, terasa layaknya mengalami rasa sakau yang sedemikian menyakitkan.
 
Demikian.
 
 
AAS, 20 Desember 2023
Taman Bungkul Surabaya

Editor : Nasirudin