Terserang DBD,Pria Bernama Razzaq Semangat Ikuti Test UTBK di Unesa

Reporter : -
Terserang DBD,Pria Bernama Razzaq Semangat Ikuti Test UTBK di Unesa
Ket.Foto : Razzaq (kiri) didampingi perawat Fathurrahman (kanan).

Surabaya,JatimUPdate.id,- Salah satu peserta test Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) bernama Muhammad Aimanur Razzaq patut diacungi jempol.Pasalnya,saat melakukan test UTBK sesi siang hadir dengan memakai selang dan botol infus yang diletakan ditangan sebelah kiri sembari didampingi perawat.

Pria yang kerab disapa Razzaq tersebut terlihat gigih dan tetap semangat saat menjalani tes,meskipun saat itu sedang menderita demam berdarah dengue (DBD).

Baca Juga: 14.516 calon mahasiswa Ikuti UTBK Di Unair

Menurut Razzaq,dirinya terkena BDB sejak hari Rabu lalu,saat itu lagi menjalani latihan soal-soal untuk persiapan menjelang UTBK.

“Saat latihan soal itu saya merasa badan mulai panas, dan terpaksa menghentikan latihan karena badan rasanya sudah mulai tidak stabil. Saya dibawa ke rumah sakit, setelah cek di lab, ternyata kena DBD dan harus dirawat intensif di RS Semen Gresik,” kata pria asal Gresik.

Menurutnya,dalam kondisi seperti ini awalnya sempat bingung.Sebab, apakah nanti tetap ikut UTBK atau fokus untuk penyembuhan.Namun,berkat kesempatan yang tidak ingin terlewatkan,pihaknya memilih tetap ikut tes agar bisa diterima di kampus pilihannya, yakni ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) dan UB (Universitas Brawijaya).

“Dari awal saya sudah mempersiapkan UTBK ini dengan mengikuti bimbel. Awalnya mau fokus penyembuhan, karena waktu UTBK sudah mepet jadi saya paksakan untuk tetap belajar,” tandasnya.

Dia mengungkapkan,saat jelang UTBK suhu tubuhnya masih tinggi,namun semangat untuk mengikuti tes tidak kalah tingginya.Bahkan,tekadnya dan cita-citanya terlalu besar, sehingga langkahnya tidak terhentikan, meski dengan kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan.

“Saya ingin membanggakan orang. Di belakang saya ada banyak dukungan dari guru, teman dan pastinya dari orang tua. Masa mau nyerah? Harapannya semoga tes ini bisa maksimal dan bisa diterima di prodi pilihan saya,” ujar Razzaq.

Sementara perawat yang mendampingi, Muhammad Fathurrahman menyampaikan, rasa salutnya terhadap perjuangan pasiennya.Meskipun saat itu kondisi badanya belum stabil dan masih harus di infus.

Baca Juga: Diikuti 20.775 Orang, Pelaksanaan UTBK 2024 di UB: Fokus pada Keamanan dan Kenyamanan Peserta

Kata Fathurrahman,sebelumnya Dokter yang menangani pasien tersebut tidak menyarankan pasiennya itu untuk beraktivitas yang berat, termasuk melakukan perjalanan dari Gresik ke Surabaya.

Oleh karena permintaannya,imbuh Fathurrahman,untuk ikut UTBK, akhirnya dokter mengizinkannya untuk berangkat dengan pendampingan.

“Saya ditugaskan untuk mendampingi karena takutnya ada apa-apa dengan pasien. Jujur, saya salut perjuangan dia yang meski sakit, tetapi tetap harus mau berjuang untuk tes masuk perguruan tinggi,” terangnya.

Dia menambahkan, bahwa pasien yang masih dalam kondisi lemah tersebut hanya memerlukan cairan infus untuk memenuhi kebutuhan elektrolit pada pasien akibat peningkatan metabolisme tubuh.

Baca Juga: Tes UBTK di Unesa diikuti sejumlah Disabilitas

" Agar tubuh pasien tidak dehidrasi. Apabila demam tiba-tiba muncul, dia juga bisa segera memberikan obat untuk menurunkan panas," ungkapnya.

Ditempat yang sama, Rektor UNESA Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., mengapresiasi perjuangan peserta untuk mengikuti UTBK di UNESA. Ada yang berjuang datang dari daerah terjauh hingga ada yang hadir dengan kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan seperti peserta bernama Rezzaq.

Cak Hasan menegaskan, bahwa setiap perjuangan tidak akan sia-sia. Siapa yang berjuang dengan sungguh-sungguh, maka hasil yang diperolehnya nanti tidak akan menghianati prosesnya.

“Ada banyak sekali cerita perjuangan peserta UTBK, semoga hasilnya nanti bisa membawa peserta di prodi dan kampus tujuannya masing-masing,” tutur Cak Hasan.

Rektor juga menyampaikan, bahwa Unesq melalui Fakultas Kedokteran (FK) menyediakan tim medis khusus yang standby saat tes UTBK. Tim tersebut disiapkan untuk mengantisipasi dan memberikan penanganan medis kepada peserta yang membutuhkan.

“Selain tim medis, kita juga ada relawan khusus dari SMCC yang selalu standby di setiap lokasi tes. Tim kami ini ada yang dosen dan ada mahasiswa. Ketika misalnya ada yang pingsan, atau kurang sehat ada tim kami yang siap menangani,” demikian Cak Hasan. (dji)

Editor : Nasirudin