Pelecehan Seksual Verbal Warnai Survei Mahasiswa di Buleleng

Reporter : -
Pelecehan Seksual Verbal Warnai Survei Mahasiswa di Buleleng

Singaraja, JatimUPdate.id - Seorang mahasiswa di Singaraja, E, mengungkapkan pengalaman pahitnya saat menjalankan tugas survei di dua kelurahan di Buleleng, Bali. Kejadian tersebut terjadi pada Kamis, 12 September 2024, saat E yang tengah mengikuti survei untuk sebuah lembaga di Kelurahan KK dan Kelurahan KB, mengalami pelecehan seksual verbal dari perangkat desa setempat.

E menceritakan, di awal survei di Kelurahan KK, semuanya berjalan baik dan ia disambut dengan hangat oleh perangkat desa. Namun, situasi berubah drastis ketika ia melanjutkan survei di Kelurahan KB. Awalnya, E menerima candaan yang dianggap masih wajar, seperti pertanyaan tentang status pernikahan atau pacar. Akan tetapi, semakin lama, candaan tersebut berubah menjadi pelecehan yang melampaui batas.

"Saat aku meminta cap untuk berkas survei, salah satu dari mereka berujar, 'Ada lagi yang mau dicap? Atau mau dicap di dadanya?'," ungkap E, masih dalam keadaan trauma. E mengaku terpaku, merasa terintimidasi, dan tak mampu merespon saat ruangan tersebut dipenuhi dengan gelak tawa.

E bahkan mengalami pelecehan verbal lebih lanjut ketika salah satu dari perangkat desa mengajaknya untuk duduk di pangkuannya sambil menunjuk ke pahanya, menambah deretan perilaku tak pantas yang diterimanya selama menjalankan tugas tersebut.

Meski merasa marah dan kecewa, E tetap menyelesaikan tugasnya dan berusaha menjaga profesionalitas. Namun, perasaan bersalah menghantui sepanjang perjalanan pulang karena ia merasa tidak bisa melawan secara langsung saat kejadian berlangsung.

"Bali, khususnya Singaraja, dikenal sebagai Kota Pendidikan dengan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan toleransi. Namun, dengan adanya oknum-oknum yang melecehkan perempuan, citra itu bisa berubah," kata E. Ia berharap agar pelecehan terhadap perempuan tidak menjadi hal yang lumrah dan terus dibiarkan.

Menurut E, kejadian seperti ini tidak boleh dianggap remeh. Jika tidak ditindak tegas, pelecehan verbal dapat berkembang menjadi tindakan fisik yang lebih parah. Ia mendesak pemerintah Buleleng untuk bertindak tegas terhadap pelaku pelecehan seksual, agar para korban merasa aman dan mendapatkan keadilan.

"Jika kita memilih diam, maka pelecehan seperti ini akan terus terjadi. Perempuan harus berani melawan dan menyuarakan ketidakadilan," tutup E. Ia berharap agar suara para perempuan didengar dan pelaku pelecehan dapat diberi sanksi tegas (*).

Editor : Redaksi