Konco, Juga Senior Yang Kurang Ajar Sekolah

Reporter : -
Konco, Juga Senior Yang Kurang Ajar Sekolah
Catatan MAS AAS

Catatan MAS AAS

Apa mungkin karena bulan Agustus ya, seharian ini rasanya aku di aliri semangat dan spirit berlebih, untuk menulis sesuatu. Tetapi, hanya tulisan-tulisan sederhana  pengusir lelah juga penat saat di depan laptop membaca sesuatu, tak mungkin laku untuk publish di indek jurnal nasional yaitu Jurnal Sinta, maupun  internasional bereputasi seperti Scopus apalagi WOS. Tapi suatu saat aku akan menulis tulisan-tulisan yang bisa diterima oleh beberapa pengindek bereputasi itu, amin. Yang penting sekarang dan seterusnya  belajar terus untuk bisa  memahat sebuah aksara! Dan terus tuk mau membaca. Membaca apapun saja, khususnya bidang yang terkait keilmuan di prodi ku! Ilmu manajemen.

Baca Juga: Buku Baru Warisan Baru

Nah, kalau sekarang aku hanya mau berbicara tentang tema lain. Ya, bisa jadi tema biasa-biasa saja, janjian ketemu teman, juga senior, tapi kurang ajar sekali konco juga senior satu ini. Tak perlulah aku sebut namanya ya, ia nanti tambah terkenal, aku yang makin tambah tercela, enak di dia, gak enak diaku, upps! Bercanda, kakak, jangan langsung di reject, aku sebagai yunior mu, ya!

Maklum, aku hanyalah seorang ojek online juga tukang sego goreng saja. Hidup dan keseharianku, telah lama profesi itu aku jalani, selama hidup dan tinggal di Surabaya, sudah bilangan tahun berjalan, bahkan hingga kini. Soal nama-nama kampus terbaik di dunia, aku sekadar tahu saja tidak pasti kebenarannya dan peringkatnya. Itu pun aku masih lamat-lamat mengingatnya waktu dahulu di beritahu oleh guruku di SMA. Meski saja sekolahku di desa, untung saja guruku itu rada melek informasi dan sukanya berpetualang dan seorang pembaca yang rakus, aku sebut manusia kutu buku yang begitu maniak, sayangnya satu saja beliau tidak menuliskan ilmu dan pengetahuannya. Jadi, nama-nama kampus terhebat di muka bumi ini, aku diberitahu oleh beliau.

Suatu ketika, konco juga senior yang kurang ajar ini ingin bertemu denganku di Surabaya. Aku sanggup menemuinya asal ontime, kalau telat aku tinggal, dan tak mau menemuinya, kapan lagi bisa rada berani dengar senior, kalau tidak saat itu. Semoga beliau kalau sempat baca tulisanku ini tidak kebakaran jenggot untung saja ia tidak punya jenggot, wajahnya mulus-mulus saja tidak ada kumis, cambang, dan jenggot, aman deh!

Oh, iya tadi rada ada logika penulisan di paragraf yang terputus. Universitas di muka bumi yang terbaik, yang aku tahu dan ingat namanya apa saja dan dari negara mana saja, menurut informasi yang disampaikan guru SMA ku itu. Yang aku ingat dari negara Amerika, Eropa, dan Asia! Terus dari Amerika, kampus apa saja, langsung yang paling ku ingat adalah Columbia University lainya kayak Massachusetts Institute of Technology, juga Stanford University, dan Harvard University meski itu kampus langganan juara, pokoknya kalau di Amerika ya, kampus Columbia yang paling ciamik menurutku, dan itu aku meneruskan, menurut informasi yang disampaikan oleh Guru SMA ku, titik! Bisa jadi karena omnya guru ku itu pernah ada yang kuliah di Amerika juga, kali ya.

Nah, kalau di Eropa, utamanya hanya ada dua negara yang disampaikan oleh guruku itu juga: Inggris dan Jerman. Dan kalau di Inggris yang langsung ku ingat adalah; University of Cambridge dan University of Oxford. Sedang di Jerman hanya LMU atau Ludwig Maximillans University, dan University of Gottingen, yang kata guruku, universitas Gottingen ini langganan dapat hadiah Nobel, terbanyak di Jerman.

Baca Juga: Hidup adalah Mengenai Menerima dan Memberi!

Nah, kalau di Asia, malahan ada di ASEAN, tetangga dekat dari Indonesia. Negeri Singapura, dan kampus terbaik di dunia, salah satunya malahan ada di wilayah yang dahulunya masuk wilayah Malaysia ini, yaitu National University of Singapore (NUS).

Dan, kekurangajaran konco juga senior ku itu: ia salah satu alumni dari UB yang pernah mangan baku sekolahan di dua kampus hebat di dunia sekaligus. Satu, di Columbia University, Amerika Serikat. Dua, di National University of Singapore. "Apa gak kurang ajar sekali itu, lha aku yang pernah bermimpi, bisalah, minimal main saja tidak harus kuliah di kedua kampus itu!" Agar bahasa yang aku kuasai tidak hanya bahasa Indonesia dan bahasa Jawa saja: Kromo inggil, kromo, ngoko, lan sak panunggalane. Ya, minimal bisa ngomong bahasa internasional cas cis cus layaknya senior saya yang kurang ajar itu, upps!

Meski lakon hidup yang aku alami sekarang seperti apa. Tak pernah aku risaukan dan surutkan nyaliku raih mimpi-mimpi ku di masa depan. Dan bertemu dengan senior yang dahulu juga mantan Ketua Senat Mahasiswa paling Legendaris itu, jadi membuka kotak pandora yang masih terselimuti awan selama ini.

Baca Juga: Kanim Perak Terus Gelorakan Layanan Inovasi Papi Ira di bulan Ramadhan

Singkat kata, aku dan senior itu bertemu di Hotel Majapahit yang mewah di kota pahlawan. Dan kita berdua pun berbincang dengan cengkok guyon maton parikeno bagaimana kehidupan berjalan dan terjadi di negara-negara maju. Dan utamanya bagaimana kampus-kampus terbaik di planet bumi itu, para dosen-dosennya, mendidik dan mengajari para mahasiswanya di dalam belajar dan memahami ilmu pengetahuan, dan ini sekali lagi adalah bentuk kurang ajar yang kebablasan alias kasih iming-iming saja senior itu kepadaku. Dan kabar baiknya aku senang sekali dengar cerita banyak hal dari beliau, serta tak lupa dapat informasi dan ilmu daging dari konco lawas tersebut, yang juga seniorku itu.

Malam itu, aku cancel  jualan sego goreng, dan siangnya aku tunda juga buat ngojek online karena ada janjian sama senior tersebut. Aku cukupkan istirahat pada hari itu. Tapi sepadan lah, yang aku dapatkan. Siapa tahu, itu cara dari semesta memberi kabar kepadaku, bahwa suatu saat aku bisa keliling dunia, dan bisa berkunjung ke dua kampus hebat itu, satu Columbia University, Amerika dan kedua di NUS Singapura.

Terima kasih senior! Telah mengingatkan kembali mimpi saya sekolah yang sempat saya kubur dahulu...

Editor : Redaksi