Catatan Mas AAS

Diremehkan Dalam Kadar Tertentu Itu Penting Bagi Manusia

Reporter : -
Diremehkan Dalam Kadar Tertentu Itu Penting Bagi Manusia

"Upaya terus menerus, bukan kekuatan atau kecerdasan, itu adalah kunci untuk membuka potensi kita!" (Wiston Churchill)

Sebelum pulang ke rumah Rungkut Surabaya. Aku menyengaja mampir sejenak di Warkop Giras Beji malam ini. Untuk apa? Melepaskan semuanya yang sudah dilakukan, dikerjakan, biarkan semesta yang mengantarkan pesanan sesuai yang aku pesan. Tepat pada waktunya!

Baca Juga: Tidak Ada Mimpi yang Terlalu Besar Untuk di Kejar!

Cara yang paling tepat untuk mendokumentasikan itu semua? Ya, biasa dengan memahat huruf menuliskannya. Dengan cara ini, aku merasa ringan, plong saja! Usai beraktivitas yang cukup berat selama dua malam dan satu hari ini! Dalam rangka apa sih? Ya, biasa melaksanakan dan menikmati sebuah proses yang sudah dipilih! Mau jadi pelajar dan pengajar yang biasa-biasa saja! Jangan salah duga dulu, hal yang biasa dan sederhana itu adalah sebuah puncak pencapaian, so sweet!

Secangkir kopi giras yang aku seruput, dan beberapa batang rokok garpit yang aku sulut. Cukuplah semua itu, membuat diriku menjadi versi otentik diriku sendiri, jadi diriku sendiri, tak sempat lagi aku pusing berpikir tentang dirimu atau dirinya. Dan merisaukan pikiran yang berkelebatan tak tentu arahnya.  Menuangkan rasa yang aku alami dalam perjumpaan dengan banyak orang dengan beragam latar juga watak selama dua hari satu malam ini, di Malang dan Pasuruan menjadi sebuah kisah yang bisa aku maknai setiap jengkalnya dan itu adalah sesuatu. Aku laksana membaca sebuah informasi buku pengetahuan yang begitu tebal! Aku banyak meneguk pelajaran darinya.

Bertemu para guru yang menjadi tim promotor ku. Lalu berjumpa para anak muda yang tengah mendesain  master piece portofolio yang bisa dilakukan selagi ada momentum, dan menemui mahasiswaku yang ingin merubah nasibnya agar tidak ada lagi kisah diremehkan oleh orang-orang terdekatnya, adalah penegasan sebuah hidup urip yo ngono kui Eksistensi mu sebagai manusia bergantung seberapa keras dirimu mendidik diri sendiri! Jangan salahkan sikap dunia ini yang kasar kepada kita, akibat diri kita terlalu lembek dan lemah memproses diri sendiri secara berkualitas!

Definisi dan pengertian itu, justeru aku dapatkan dari kisah mahasiswa ku, saat ia menyampaikan testimoni dalam forum diskusi kuliah tadi malam! "Pak Andi, saya itu mau kuliah sambil bekerja, untuk dan agar tidak diremehkan lagi oleh keluarga besar saya!" "Woaowww, oh ya?"
Saya ingin buktikan sesuatu, bahwa saya dan keluarga saya tak layak untuk diremehkan, ujar si mahasiswa, calon pemimpin masa depan itu!

Baca Juga: Guyon Maton Parikeno Wayah Sore

Cerita si mahasiswa di dalam kelas kuliah di ITB Yadika Pasuruan tadi, mengkonfirmasi satu hal:  diremehkan bisa menjadikan manusia melambung setinggi-tingginya, pun demikian juga sebaliknya!

Jadi ingat sama sikapnya Kaisar Jepang Hirohito, saat negaranya di bom atom oleh Amerika! Ia tidak sedih. Bisa jadi itu sebuah penghinaan yang dirasakan oleh Sang Kaisar di satu sisi. Dan bukan mengasihani diri terlalu berlebihan, Sang Kaisar membalasnya memberi semangat kepada warga negerinya. Terbukti dengan bangkitnya negeri sakura itu menjadi negara yang maju sedemikian cepatnya!

Kadang aku jadi berpikir. Manusia, juga sebuah institusi, itu perlu mengalami kejadian yang sama untuk bisa maju semaju-majunya! Di Warkop Giras Beji, aku mencoba mengambil kesimpulan itu, setelah menyaksikan peristiwa dan kejadian dalam dua hari ini, hehehe!

Baca Juga: Ibu Bumi

Bukankah, kesakitan, penghinaan, dan segala macam hal yang bisa jadi disebut kejadian yang negatif oleh orang lain. Sejatinya itu adalah pupuk dan obat paling mujarab untuk menjadi berhasil. Asalkan si manusia itu punya mental yang pilih tanding, bukan pecundang!

Sepertinya waktu di jam tangan ku, sudah menunjuk pukul 11 malam. Sudah saatnya aku kudu pulang ke Rungkut Surabaya, memberi raga ini haknya untuk beristirahat!

Selamat malam teruntuk Anda semuanya.

Editor : Redaksi