Catatan Mas AAS

Tindakan Kecil Yang Berdampak Besar

Reporter : -
Tindakan Kecil Yang Berdampak Besar
Mas AAS


"Tersenyumlah. Itu mengintimidasi mereka yang akan menghancurkanmu!"


KEMARIN saya duduk seharian di kampus UB Malang. Ngapain saja? Ya, biasalah, melaksanakan tugas sebagai mahasiswa bertemu dosen dan pembimbing tercinta. Selebihnya bertemu guyon maton parikeno dengan para intelektual muda alias para dosen muda UB. Pendidikan mereka ada yang jebolan kuliah di dalam negeri dan tidak sedikit yang dari luar negeri. Terus apa menariknya?

Baca Juga: Kampung Halaman

Sebentar, sebelum saya akan jawab, apa menariknya. Mungkin perlu sejenak saya kemukakan soal materi obrolan dan lokasi di mana nyangkruk dan diskusinya. Materi yang terbahas kemarin seputar materi organisasi, leadership, dan bagaimana meracik sebuah tulisan ilmiah. Dan dilakukan dimana saja. Utamanya di griya UB, emperan jurusan sosek FP, dan gazabo FE UB.

Tentu saja saya berjumpa dengan banyak orang, dan banyak pemikiran dan tentunya banyak insight yang bermunculan di obrolan itu. Tak jarang diri ini berucap alhamdulilah, bisa berjejaring dan berdiskusi bebas soal topik yang beragam setidaknya bersama dengan dosen yang mengalaminya, membaca materi itu, mengajar, dan utamanya bersenggama sehari-hari dengan materi tersebut! Mereka tidak jarang meneliti juga menulis tulisan-tulisan ilmiah tema itu.

Mari saya ajak Anda untuk membacanya lebih lanjut. Santai saja tak usah sampai mendelik bacanya. Ini bukan tulisan ilmiah, sekadar tulisan ringan sambil menunggu orderan datang saja!

Saat di griya UB. Seorang pejabat teras dari sebuah fakultas, memberi umpan menarik di obrolan cangkrukan pagi tersebut,"Ya, saya lebih memilih mengerjakan sesuatu yang sudah diamanahkan kepada saya seoptimal mungkin," sebelum berkiprah di jalur lainnya, ujar dosen dari daerah dekat Gunung Lawu itu! Dan aku pun langsung memakan umpan awal itu dengan sebuah pertanyaan balik: "Sik-sik karepe piye iku Kang?"
Sekadar informasi saja, di griya UB ini kita kumpul dengan banyak orang dengan latar yang beragam, ada dosen, ada mahasiswa, dan kadang ada tukang bangunan juga dan ramai suasananya, dan tiap-tiap orang beridiskusi dengan sesamanya selama berada di dalam satu meja. Meja yang lain sudah ada guneman dan diskusi lainnya.

"Ya, begini mas AAS. Dosen di fakultas, apalagi sedang memegang jabatan struktural, entah mulai dari kajur, wadek, dekan, hingga rektor, sekalipun, kudu memaksimalkan peran dan amanah yang sudah diterimanya. Jangan berpikir terlalu banyak untuk melaksanakan pekerjaan di kotak dan tempat lainnya, bila tempat pertamanya tidak optimal dibenahi dan dikerjakan tugasnya!" Ini tidak hanya berlaku di institusi tapi juga di organisasi. Disampaikan dengan cengkok slendro, namun tetap tak lupa menyeruput kopi pahitnya!

Itu sebuah permisalan yang kami angkat saat berbicara topik sebuah organisasi, meski berlanjut membahas juga bagaimana memanage manusia yang kudu bisa terlibat penuh di wadah organisasi. Apa ditakut-takuti, apa diberi punish dan reward yang sepadan, apa malah didekati satu demi satu, untuk memicu motivasi agar bisa berkontribusi maksimal. Si dosen dan juga pejabat yang berada di depan ku itu, mengulas satu demi satu. Semua pendekatan bisa jadi benar, disesuaikan dengan karakter orang dan organisasi yang dikelola oleh pemimpin itu sendiri! Di griya UB bisa jadi ilmu utama yang saya dapatkan kemarin itu. Lainya tak lebih sekadar cekikikan saja berjumpa kawan dan sohib lawas. Meski hanya dapat tertawa dengan terbahak laka-laka, tapi ini sangat menyehatkan tubuh, pikiran, dan hati ini. Lupa sama urusan disertasi sesaat, upps!

Lalu diskusi pun bergeser di emperan jurusan sosek FP UB. Bertemu dengan kadepnya yaitu Prof. HT plus seniman legenda dari kota Malang, si gondrong yaitu Redy kolega lawas. Pertemuan tidak sengaja usai saya bertemu sesepuh yang begitu saya hormati di UB yaitu Prof. Nuhfil Hanani AR, mantan rektor UB. "Habis dari mana mas Broto, sapa dari Prof HT, saat aku mau ke fakultasku di FE UB bertemu promotor!"

Baca Juga: Buku Baru Warisan Baru

"Habis menyerahkan dami buku saya, prof, jawabku!"

Sedang duduk di emper dengan suasana yang cerah dan angin sepoi-sepoi saat sore. Mebuatku pingin duduk sebentar di kursi usang yang justeru sangat menarik bagiku ini. Serasa lungguh ning emper ngomah di desa saja! Dan di situ sudah ada intelektual UB yang gemar dan tahan berdiskusi dalam waktu yang lama, yaitu Prof HT. Dan kebetulan aku juga suka diskusi. Dosen jebolan luar negeri dari negeri Australia ini, banyak ilmu utamanya soal ilmu kepenulisan ilmiah dan tulisan non fiksi.

Di buka obrolan bertema klise yaitu soal wanita yang sama-sama jadi kesukaan kaum lelaki saat ngobrol nongki bareng. Tema pun bergeser sendirinya menyoal bab kepemimpinan, dan tindakan-tindakan kecil seorang pemimpin yang membawa dampak besar bagi anak buah di institusi dan organisasi. Apa itu tindakan kecilnya? Sapaan kecil bisa jadi, bahkan minta rokok ke bawahan, meski bos atau pemimpin bisa beli, kadang dilakukan meski jangan jadi kebiasaan bisa buat anak buah merasa dihargai. Selain itu kalau pemimpin dapat amplop banyak dari kerja dan project jangan pelitlah, berbagilah, tidak harus amplop yang berisi uang yang banyak, uang yang sedikit pun tak soal. Anak buah merasa punya pemimpin, bukan pimpinan!

Aku yang awalnya nerocos duluan. Hampir 1 jam lebih aku hanya jadi pendengar yang aktif dan antusias di dalam obrolan sore kemarin. Setelah tema itu usai. Diskusi pun berlanjut membahas tulisan ilmiah dan jurnal. Bagaimana memahat sebuah tulisan, bagaimana penting nya mengetahui grand teori, middle range teori, dan applied teori oleh seorang peneliti yang akan melakukan sebuah penelitian. Semua dikupas secara detail oleh prof HT sambil lungguh jegang ning kursi tua. Tak jarang kursi itu bergoyang ke kanan juga ke kiri, beberapa mili. Tapi jujur diskusi dengan piyantun saking Bojonegoro itu, aku dapat banyak sekali: dapat bakso, rokok, kopi, dan dapat ilmu cara menulis sebuah tulisan disertasi yang baik!

Baca Juga: ICAM Center dan Halal Center KAHMI Jatim Berbagi Berkah Ramadhan Dengan Lansia di Panti Jompo

Karena sudah kenyang, kenyang perut dan kenyang isi kepala ini. Aku pun pamit ke prof HT, untuk melanjutkan langkah kedua kaki ini menemui promotor di fakultas ku FE UB. Alhamdulilah berangkat ke fakultas diantar seniorku yang namanya Busron Rausan Fikri, yang dua bulan ke depan ia akan berangkat ke negeri penjajah indonesia dahulu yaitu negeri Belanda. Untuk apa? Untuk mengejar titel doktornya, kuliah S3 di negeri kincir angin itu!

Tak ada sekelebatan mata. Aku pun sampai fakultas ekonomi UB. Biasanya aku nongki dahulu di gazebo FE. Tapi kemarin aku putuskan untuk langsung menuju gedung F lantai 3, dan dengan berjalan pelan-pelan. Alhamdulilah aku bertemu promotor, dan menyerahkan tugas yang sudah aku kerjakan, dan diterima oleh blio.

Lalu aku pamit, dan terus menuju ke Terminal Arjosari naik grab, pulang ke Surabaya!

Satu hari kemarin, benar-benar hari yang melelahkan. Namun sepadan dengan yang aku dapatkan. Bahwa tak jarang tindakan-tindakan kecil yang kita lakukan ke orang lain, ke anak buah, ke pimpinan kita, bahkan ke umat Tuhan yang lainnya, akan membawa dampak besar tidak saja kepada yang menerima tindakan kecil kita, namun diri kita sendiri langsung berlimpah menerima balasan seketika. Matur nuwun Gusti...

Editor : Redaksi