Obituari Malik Ishak (1943-2021): Ganyang PKI dari Pendopo Kabupaten Malang

Reporter : -
Obituari Malik Ishak (1943-2021): Ganyang PKI dari Pendopo Kabupaten Malang

Jatimupdate.id, Malang – Minggu malam sekitar pukul 20.30 WIB (15/08/2021) notifikasi dari WhatsApp milik saya memunculkan tanda ada yang baru. Setelah dibuka, ternyata berita duka datang dari Malang.

Abdul Malik Ishak, mantan dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (UB)  Malang meninggal dunia karena sakit di Rumah sakit Universitas Brawijaya. Beliau merupakan dosen legendaris yang memiliki julukan  “BW Berjalan”. Pria kelahiran Bima, 15 Desember 1943 ini adalah dosen yang sangat menguasai barisan pasal demi pasal Kitab Undang-undang Hukum Perdata terbitan kolonial Belanda tersebut.

Baca Juga: Gandeng Muhammadiyah, KPPU: Tingkatkan Kolaborasi Dalam Mendorong Ekonomi Berkeadilan

Dari cerita saat menjadi dosen yang mampu memberi makna pada mahasaiswanya, ternyata beliau juga mempunyai cerita tersendiri saat menjadi mahasiswa pada era 1960an. Malik muda mampu membuat sejarah pada zaman pergolakan tersebut.

Seperti dikutip dari buku Perjalanan Hidup Abdul Malik Fadjar berjudul “Darah Guru Darah Muhammadiyah” karya Anwar Hudjiono dan Anshari Thayib terungkap peran seorang “Malik Item,” julukannya waktu itu karena berkulit hitam legam. Peristiwa yang paling menghebohkan Indonesia adalah kejadian 7 Maret 1965 di Pendopo Kabupaten Malang.

Pada waktu itu sedang berlangsung rapat akbar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Pendopo Kabupaten Malang. Acara tersebut dihadiri para petinggi PWI, salah satunya Sekretaris Jenderal PWI Karim DP yang diidentifikasi lebih dekat dengan PKI.

Kegiatan tersebut mengundang organisasi masyarakat, organisasi politik, petinggi militer, dan lain-lain, hanya HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yang tidak diundang. Lantaran PKI saat itu sangat membenci HMI.

Pada hari yang sama, HMI sedang mengadakan halal bi halal akan berlangsung di SD Muhammadiyah, Jl Kawi no 7 Malang. Jarak pertemuan PWI dengan acara HMI sangat berdekatan. Malik merupakan aktivis HMI yang menjadi panitia diacara tersebut, sekaligus mahasiswa Hukum UB.

“Saya memang tidak masuk dalam struktur kepengurusan cabang, tetapi kalau ada kegiatan HMI saya ikut aktif,” kata Malik Ishak di buku Darah Guru Darah Muhammadiyah.

Diungkap pada buku tersebut, saat sedang menyiapkan acara HMI tersebut, seorang kawannya yang aktivis Pemuda Muhammadiyah memberi informasi bahwa pertemuan PWI di Pendopo Kabupaten Malang isinya mengolok-olok HMI. “Mas ada orang teriak-teriak ganyang HMI,” kata pemuda itu.

Tanpa pikir Panjang, bergegas jalan kaki sendiri untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Setiba di pendopo darah Malik Ishak langsung mendidih, di pertemuan PWI itu dibumbui terikan yel-yel dan bentangan spanduk serta poster “Ganyang HMI”. Dan ternyata banyak aktivis CGMI (Central Gerakan Mahasiswa Indonesia, underbouw PKI) duduk di depan.

Baca Juga: Pj Gubernur Adhy Apresiasi Kontribusi Muhammadiyah Jatim Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat Jatim

Ia kemudian mengontak teman-temannya dari Pemuda Muhammadiyah, Anshor dan lain-lainnya. Dalam waktu singkat ribuan massa telah memenuhi depan pendopo. Peserta dalam pertemuan tersebut meneriakkan yel-yel “Ganyang HMI” dibalas dengan teriakan yel-yel “Ganyang PKI”. Membuat acara itu menjadi gaduh, dengan cepat Malik Ishak maju merebut mikrophon dan meneriakkan “Allahu Akbar” yang langsung disambut massa teriakan yang sama membuat acara tersebut menjadi kacau  balau.

Berlanjut, massa gabungan dari HMI, Pemuda Muhammadiyah, Anshor dan ribuan umat Islam lain bergerak ke kantor CGMI yang membuat kerusuhan pecah lebih besar, Patram pentolan CGMI tewas.

Bergeser ke kantor PKI di utara kantor Walikota Malang. Praktis hari itu Malang menjadi kota mati, panser dan tank berseliweran. “Massa HMI Cuma berapa sih. Yang bergerak ya umat Islam, massa dari NU, Muhammadiyah dan yang lain-lain,” tegas Malik Ishak di buku tersebut.

Berita kerusuhan di Malang ini cepat tersebar, karena sudah tersiar lewat radio Australia dan BBC London. Membuat peristiwa ini tidak hanya berskala nasional, tapi sudah menjadi perhatian dunia. Dampak kejadian itu, PKI dan pengaruhnya ke kekuasaan menangkap Malik Iskak serta memenjarakannya di penjara Wanita selama 6 bulan.

Dari peristiwa 7 Maret 1965 merupakan titik balik HMI. Kalau sebelumnya HMI tidak berani melawan tekanan PKI yang selalu mengumandangan slogan “Bubarkan HMI”, tapi peristiwa itu membuktikan bahwa HMI berani melakukan perlawanan secara frontal, yang didukung oleh kekuatan-kekuatan Islam yang lain.

Baca Juga: Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa Ramadhan 11 Maret 2024, Idul Fitri 10 April 2024

Selamat jalan Kanda Abdul Malik Ishak, catatan sejarah 7 Maret 1965 akan selalu dikenang dan diceritakan. (Red2)

 

 

 

Editor : Redaksi