Catatan Mas AAS

Kebaikan Dan Keburukan Di Balas Spontan Pada Zaman Sekarang

Reporter : -
Kebaikan Dan Keburukan Di Balas Spontan Pada Zaman Sekarang

"Hidup ini indah, seindah saat kita dapat berbagi dengan sesama!"

Ragam kepenulisan bisa dibuat dengan selera yang dimaui oleh penulisnya. Bisa membuat tulisan bergenre gagasan, sebuah perspektif, atau sebuah cerita dengan gaya story telling yang unik dari pemahat aksaranya.

Baca Juga: Berlomba Menabur Sebuah Karya di Semesta!

Tidak jarang sebuah tulisan berupa cerita keseharian memiliki penggemarnya yang fanatik, coba saja Anda buat tulisan semacam itu lalu Anda unggah di platform media sosial yang Anda miliki. Pasti akan banyak yang membacanya. Dan Anda sudah turut berbuat kebajikan di semesta dengan tindakan semacam itu.

Cerita keseharian yang kerap disebut dengan _personal literature_ atau di singkat *pelit* tak perlu riset mendalam karena kejadian serta info terbaru sudah dialami langsung oleh penulisnya. Namun demikian tulisan berupa cerita mampu mengundang kerumunan untuk setidaknya pembaca mengalami _kepo_ ingin tahu apa yang diceritakan oleh si penulis.

Juga pada cerita yang tengah aku alami pada pagi ini tadi. Alih-alih saya mau menulis perihal "Kenapa Timnas Argentina, bisa berhasil meraih Juara Piala Dunia di Qatar?" Atau "Siapa yang bakalan jadi Presiden di Pilpres 2024. Apakah Ganjar, Prabowo, atau Anies?" Saya tak punya data yang cukup untuk menyokong argumen tulisan yang akan saya buat soal itu, tak sempat riset, karena sudah _riweh_ bekerja _ngegrab_ jemput antarkan penumpang saya ke lokasi! Karena pagi ini, meski saya sedang _andok_ di warkop sambil menyeruput kopi, namun akun grab saya tetap on!

Sambil melototin kedua jempol saya tengah bergerak cepat menulis di atas gawai, dan sambil merasakan debar-debar yang ada, kalau akun _nyantol_ berbunyi dapat orderan!

Jadwal kegiatan saya pada hari ini juga tidak seperti jadwal para pejabat papan atas di negeri ini yang begitu padat merayap kayak situasi lalu lintas di jalan utama kota pahlawan. Serangkaian agenda sudah disiapkan secara rapi oleh sekretaris lengkap dengan protokoler acaranya.

Sekali-kali tidak seperti itu, jadwal acara saya pada hari ini. Saya paling hanya ada 1, 2, 3 kegiatan saja untuk menjalani kehidupan yang bahagia pada hari ini: satu antarkan istri ke kantornya, dua hidupkan aplikasi grab sesudah memastikan istri tiba dikantornya dengan aman serta nyaman dan tiga, siang nanti jemput lagi istri di kantornya untuk pulang kembali di rumah.

Dan rejeki itu tak bisa ditolak dan tidak bakalan lari ke mana-mana. Apa yang sudah jadi takdir Anda, pasti akan mencari mengejar menemui Anda! Meski konsep perihal rejeki itu sudah jadi kebenaran purba, acap kali akal manusia selalu membantahnya alias tidak *YAKIN*.

Istri sudah tiba di kantornya di RS Dokter Soetomo. Dan _eng ing eng_ akun grab ku berbunyi spontan usai dinyalakan. "Bisa antar ke Rungkut pak?" Siapa takut pikirku. "Tentu bisa Tante, ih maaf, maksudnya Mbak!"

Baca Juga: Manfaat Bangun Pagi!

Itulah percakapan di aplikasi yang tengah terjadi. Dan tidak perlu jauh-jauh saya menuju ke lokasi penjemputan penumpang. Google map menunjuk posisi orderan sekira seratus meter dari tempat saya menurunkan si istri di kantornya. Dan GPL (gak pakai lama) saya pun telah tiba di tempat penumpang. Lengkap memakai jaket kebesaran! "Anda mbak Linda ya?" "Iya pak." Dan penumpang cantik itu sudah duduk manis di jok belakang si Bejo, tarik mannnngggg! Ternyata duduk dengan wanita berparas ayu di atas jok motor butut itu, rasanya berbeda juga ya, upps!

Biaya di aplikasi tertulis cukup lumayan juga, 33 ribu, antar penumpang dari Karang Menjangan ke Graha YKP Rungkut Surabaya. Dan tugas kehidupan itu pun aku kerjakan dengan senang hati. Sekira 35 menit tibalah penumpang itu di lokasi yang diinginkannya. Dan si driver selanjutnya mampir dahulu ke Warkop langganan untuk menuangkan pemikiran, perasaan, atas kejadian yang dialaminya tadi. Dengan membuat tulisan ini untuk dipersembahkan kepada para pembaca yang budiman, yaitu Anda.

Sedang duduk di warkop langganan, lagi menulis, ada yang menepuk bahu saya. Ternyata satpam perumahan di mana saya tinggal di Rungkut, memakai seragam dinasnya yang kaya seragam nya pak polisi itu. "Mas, pesan dua bungkus kopi Good day ya," ujarnya!" Dan tak perlu aku berpikir panjang, aku mengatakan yang hampir bersamaan dengan si Satpam kepada si bartender nya," Nanti pesanan bapak ini, aku yang bayar mas," kataku spontan.

"Ashiap, mas Agus," kata Bartender di warkop langganan.

Aku pesan kopi satu gelas, dan makan gorengan dua, dan dua bungkus kopi nya pak Satpam perumahan tadi. "Semua berapa mas?" Di jawab oleh si bartender," 17 ribu rupiah!"

Baca Juga: Mangayubagyo Hari Pendidikan Nasional

Dan, tadi aku terima uang dari penumpang ku sebanyak 33 ribu, buat bayar di warkop habis 17 ribu, sisa 16 ribu. "Lumayan masih banyak juga, buat jatah isi bensin si Bejo nantinya yaitu motor merk Mio J!"

Baru saja membayar di warkop, uang kembaliannya saja, belum sempat dikembalikan kepadaku oleh si bartendernya. Akun grab ku berbunyi kembali, dan aku _mendelik_ karena dapat orderan penumpang yang nilainya dua kali dari nilai orderan yang pertama tadi. Dua kali harganya dan dua kali jauhnya. "Waowww, gila bener!" Dan pola orderan yang seperti ini biasanya aku alami berulang selama menjalani profesi sebagai ojol. Sepertinya balasan berbuat baik, spontan langsung diterima oleh pelakunya. "Masak balasan aku membayari pak Satpam tadi ya?" Pikirku.

Di saat lagi bengong memaknai fenomena yang sedang terjadi dan penulis alami. Terdengar notifikasi berbunyi di hapeku, bahwa orderan mau di up atau tidak! Itu saja mas bro cerita ku pada pagi ini! Mana cerita Anda?


AAS, 20 Desember 2022
Warkop Rungkut Surabaya

Editor : Redaksi