Catatan MAS AAS

Guyon Maton Parikeno, Hari tadi Di UB Malang

Reporter : -
Guyon Maton Parikeno, Hari tadi Di UB Malang
rest area

Kenapa mesti datang ke Malang hari ini? Kenapa tidak kemarin saja? Atau malahan Minggu depan?Aku tidak tahu.

Namun krenteg yang muncul dari dalam benak itu pun aku ikuti saja. Aku harus datang ke Malang hari ini. Di UB. Terus ada apa saja di Malang tepatnya di UB pada hari ini tadi? Ternyata banyak sekali cerita, kejadian, dan momen-momen indah yang terjadi serta saya alami.

Baca Juga: Kampung Halaman

Dan semua kejadian itu layak diikat dengan tulisan agar kisahnya tidak menguap begitu saja!

Gerobak roda empat itupun setelah masuk tol Singosari tinggalkan kota Malang. Si gerobak baru jalan beberapa km, aku sudah tidak tahan menahan jemari ini hendak ingin menulis kejadian yang terjadi di UB.

Spontan aku langsung mampir saja di Rest Area terdekat dari Pintu Tol Singosari. Aku parkir gerobak roda empat itu di Rest Area 66B Purwosari, untuk mengusir rasa gatal jemari ini. Menulis lah kemudian kedua jempolku di atas hape. Sebelum lanjut pulang ke kota pahlawan.

Tiba di UB pagi tadi tepat pukul 08:00 WIB. Tepat pukul delapan pagi itu pula, aku berperan menjadi mahasiswa yang kudu sabar nyanggong dosen, sambil mulut ini merapal mantra dan doa-doa terbaik yang diajarkan guru ngajiku dahulu waktu jadi santri kalong di kampung halaman. Agar bisa bertemu salah satu tim promotor.

Apakah bisa bertemu akhirnya? Bertemu sih, tapi suruh pulang kembali. Minggu depan datang lagi. Alamak. Lika-liku jadi lelaki upps, jadi mahasiswa.

"Sabar, mas bro! Bisik batin ini kuatkan diri hehehe!"

Tapi kata senior dahulu, saat masih menjadi mahasiswa, tidak boleh malas! Hajar terus, maju terus. Hajar siapa? Dan kudu maju kemana senior? "Senior itu tadi aku tanyai, lha malahan ngekek tok sang senior itu!" Dasar! Tidak bertanggung jawab hehehe.

Dan itu baru cerita pertamanya, ya. Dari cerita pertama itu, anehnya aku bisa menertawakan diriku sendiri, dan bagiku itu keren! Kisahnya berlanjut kepada cerita kedua, ketiga, dan seterusnya.

Nah, soal cerita yang kedua. Kejadian yang muncul tadi mengajariku tentang praktik cinta. Bahwa cinta kepada manusia dan kemanusiaan di alam yang fana ini seyogyanya tidak perlu memihak. Apakah itu teman kita atau bukan. Sekali lagi saat krenteg itu datang, sebagai bentuk rasa yang ada serta bergemuruh di jiwa, saat klik datang lakukan saja. Segera budal gak pakai lama mikirnya! Apalagi mikir apa untung ruginya buatku.

Berlanjut kepada cerita ketiga. Dari cerita ketiga ini. Aku dikonfirmasi tentang aplikasi sebuah value berkenaan soal pernak-pernik kisah hidup manusia dan kapan seorang manusia itu bisa disebut sukses! Setiap manusia di kolong langit ini pasti punya definisi sukses seturut pemahaman yang dimilikinya, dan jumlahnya tentu sebanyak
manusia yang hidup di dalamnya. Sukses adalah saat Anda mampu dan bisa merasakan bahwa diri Anda sudah sukses! Itu saja. Sesederhana itu.

Baca Juga: Buku Baru Warisan Baru

Apakah harus tunggu jadi seorang Doktor, Profesor, atau malahan harus jadi Koordinator Presidium sebuah organisasi, Ketua Partai? Kelamaan itu mas bro! Kalau menyebut diri Anda sebagai orang yang sudah sukses dengan ukuran-ukuran di atas!

Yang bilang seperti itu kebetulan juga seorang Profesor. Bahkan beliau meyakinkanku lagi," sukses itu sesederhana itu mas AAS. Anda sudah merasa sukses dengan diri Anda yang sekarang, cukup miliki rasa itu saja!" Sukses itu dirasa bukan di status apalagi aksesoris yang kita miliki!

Karena yang jadi Profesor adalah yunior ku, aku sambil berkelakar menjawabnya,"Tenane Prof?"

Dan anak-anak muda yang turut bersama guyon maton parikeno di sebuah cafe di dalam kampus itu pada ketawa ngakak tak berkesudahan akhirnya. Sambil semuanya meraba akan rasa dirinya sendiri-sendiri. "Opo wis sukses yo!" Dan ngakak itu terjadi lagi pada akhirnya!

"Ajur Mbok Jum!"

Dan cerita ketiga adalah pamungkasnya. Karena aku bisa bertemu senior yang sudah menjadi Profesor dalam waktu yang cukup lama. Berbincang dengan beliau, aku tadi minta ijin untuk aku rekam dan diijinkan. Karena isi perbincangan antara kami berdua adalah suatu yang berharga bagiku dan sebagai puncak pemahaman akan makna dari sebuah ilmu yang boleh jadi baru aku peroleh, ya, sore tadi, selama aku sekolah di UB, dan berlangsung tadi di sebuah fakultas, saat bertemu beliau.

Baca Juga: Hidup adalah Mengenai Menerima dan Memberi!

Dan beberapa video hasil rekaman itu aku tonton kembali, sebelum aku memulai menulis tulisan ini di dalam Indomaret yang berada di Rest Area sambil numpang nge-charge hape.

Saking aku merasa berterima kasih. Suatu saat aku ingin menulis khusus tentang beliau.

Dan kenapa aku harus datang ke UB hari ini, bukan kemarin atau malahan Minggu depan! Karena kisah yang tidak biasa itu sesuai jadwal semesta memang lah harus terjadi pada hari ini. Saat aku datang kemarin atau malahan Minggu depan, aku tidak mungkin bisa tertawa ngakak sambil memuja keagunganNya seharian ini tadi di UB.

Bentuk kasih juga sayangnya Tuhan benar-benar hadir di tempat-tempat yang bukan biasanya. Hanya bermodal rasa cinta yang tak bersyarat saja, kehadiranNya mampu kita rasakan, dan ujungnya mampu melegakan sebuah jiwa!

Matur nuwun Gusti. Dan saatnya aku harus injak gas gerobakku itu kembali untuk membawaku pulang ke kota pahlawan. Karena hari sudah larut malam.


AAS, 04 Januari 2023
Rest Area 66 B Purwosari

Editor : Redaksi