Catatan MAS AAS

Dikerjai Yuniorku Yang Jadi Profesor

Reporter : -
Dikerjai Yuniorku Yang Jadi Profesor
warkop mas aas

Pada suatu hari saya bertemu dengan yunior. Maaf kalimat pembukaannya di paragraf tulisan awal sangat klise ya 'pada suatu hari'. Tapi gak papa ya, soalnya saya sudah lama sekali tidak menulis pada suatu hari!

Ia, yunior saya itu sudah jadi profesor. Kemudian mendadak tanpa ba-bi-bu dan basa basi dahulu. Ia langsung menodong ku dengan sebuah pertanyaan susah. "Mas Broto. Tolong aku dijelaskan bagaimana bab 1 sebuah laporan penelitian itu dibuat entah skripsi, tesis, maupun disertasi?" Saat aku silaturahim kepadanya di kantornya.

Baca Juga: Kampung Halaman

"Jiangkrik prof, mbok yao minum dahulu, saya dibikinkan kopi kental begitu," ujarku!

"Baik, aka saya buatkan dan sudah saya suruh staf bikinkan dan juga belikan rokok kesukaan, mas Broto. Tapi ada catatannya. Mas Broto harus jawab pertanyaan saya itu bukan dengan verbal alias dengan menggunakan mulut, tapi gunakan tangan dan tulislah jawabannya. Semampu Anda, sebebas mas Broto!"

"Sing genah ae prof? Menjawab secara langsung dengan kata-kata saja sudah membuat saya kebingungan, dan bisa jadi kalau itu ditanyakan oleh dosen penguji, dalam ujian, keringat dingin saya pastikan langsung mengucur deras, semoga tidak semaput atau pingsan di ruang ujian. Apalagi prof, minta saya menjawabnya dengan ditulis." Ini tambah susah prof.

Dasar, yunior ku itu, yang kini sudah menjadi profesor itu. Adalah orang yang tak bisa dibantah omongannya. Setiap dia kasih perintah, harus dijalankan. Mungkin itu juga hasil didikanku dahulu, sekarang aku yang disuruhnya, gantian deh, "Gimana, mas Broto. Berani terima tantangan saya tidak?"

"Siapa takut, ok, aku terima tantangan mu!"

Aku sedikit menghela nafas tidak panjang lagi. Panjanggggggg! Tapi aku berusaha diam sambil pejamkan mata sejenak, karena ia yunior ku itu hanya kasih waktu aku 10 menit. Buat kerjakan apa yang dimintanya. Saat aku pejamkan mata itu, aku berusaha memanggil pengertian, pemahaman, bagaimana sebuah bab 1 itu kudu ditulis, darimana datangnya tulisan di bab itu dibuat, terus dan terus. Lamat-lamat nama-nama dosen yang ajari aku soal materi itu aku panggil lagi, aku doakan beliau-beliau itu, dan minta tolong hadir di ruangan ini, aku memanggil para guru-guruku itu dengan sebuah kalimat mantra "Para guru terbaikku, datanglah, aku butuh bantuan mu, buat kerjakan ujian dari yunior ku yang kurang ajar ini, hehehe!"

Dan mulailah jemariku bekerja di atas hape. Menulis. Berbekal menulis bebas, aku pahat jawabanku dalam bentuk tulisan bagaimana bab 1 itu biasanya harus ditulis, sekali lagi ini seturut pemahamanku. Harus dipahami ya, hakekat sebuah laporan penelitian itu dibuat atau ditulis adalah di bab 2 bukan di bab 1 hal demikian harus disamakan dahulu persepsinya. Kalau sekadar hanya menulis judul saja bolehlah. Semisal judulnya "Faktor Determinan yang Mempengaruhi Minat Wirausaha Mahasiswa....!" Sekali lagi kalau hanya itu saja boleh. Tapi cukup berhenti di situ saja! Jangan diteruskan dahulu tulisannya, untuk buat latar belakang dan selanjutnya. Kembali dan fokus di bab 2 dahulu.

Tahapan selanjutnya. Kita perlu pahami, bahwa syarat paling mendasar yang kudu dipahami juga. Bahwa penelitian itu dibuat karena ada masalah! Pahami ini dahulu. Lalu pertanyaan berikutnya, bagaimana masalah itu kudu dicari, bikin repot saja. Iya kadang sebuah penelitian itu kayak paradoks saja artinya. Sudah disuruh cari masalah, lalu disuruh cari solusi lewat penelitian yang kita buat. Ya, tidak usah banyak tanya dan protes dahulu. Itu esensi sebuah penelitian bisa dikerjakan. Adalah diperuntukkan untuk mencari dan menemukan solusi dari sebuah masalah penelitian.

Masalah itu adalah hakekat penelitian kita. Biasanya menjadi variabel utama di dalam penelitian kita, biasa disebut variabel Y kita. Bagaimana cara mendapatkan masalah. Sekali lagi ini juga tidak ujug-ujug ditemukan. Kita mesti observasi, gali data di lapangan, dan amati fenomena yang ada, buka mata dan telinga selebar-lebarnya. Sesudah didapat, kita tak berhenti di situ, lalu yang kita kerjakan adalah membuat sebuah mapping jurnal dari artikel yang temukan dan usahakan yang terbaru kemudian disadur dan di jelaskan secara detail di bab 2. Semuanya kita kumpulkan di situ. Baik kronologis perjalanan materi utama penelitian yang kita angkat dan sudah diteliti dan dijelaskan oleh para peneliti sebelumnya mulai nama peneliti, tahun, obyek subyek penelitian, metode, sampai finding, terus apa beda dengan penelitian yang mau kita angkat, ini yang dikenal dengan bahasa kerennya adalah state of the art atau disingkat SOTA. Ini sudah ditemukan baru bisa ditulis dengan mengalir. Lalu baru boleh kita mulai menulis bab 1 nya. Perlu dipahami juga, dari bab 2 ini, peneliti bisa mengetahui kira-kira grand teori, middle, dan applied teori yang mau dipilih dan digunakan nanti apa saja di dalam penelitiannya!

Baca Juga: Buku Baru Warisan Baru

Urgensi bab 1 penelitian. Bab ini adalah sebuah etalase bagi pembaca kenapa penting kita melakukan penelitian. Meski ditulis dengan singkat namun kita berusaha untuk membawa pembaca memahami apa yang akan kita lakukan dengan penelitian ini. Biasanya oleh peneliti dan penulis yang sudah berpengalaman, bab 1 penelitian ini tidak lebih dibuat dalam 10-11 paragraf saja. Secara lengkap serta detail seorang peneliti akan berusaha menjelaskan fenomena terkini, kemudian variabel utama atau variabel Y lalu variabel-variabel pendukungnya, baik independen, intervening, juga moderasi kalau ada. Tak lupa disampaikan juga peta tentang stat of the art nya sedikit, tapi sedikit saja, karena detail dan lengkapnya sudah kita kupas dan bahas di bab 2. Tidak cukup di situ, setelah kita paham kronologis penelitian yang dikupas di dalam materi utama penelitian kita, kita sebagai peneliti juga harus mampu menawarkan kebaruan di dalam penelitian kita, yang biasanya disebut dengan novelty. Novelty atau kebaruan ini bisa diperoleh dari banyak hal: bisa dari metode, indikator, obyek juga subyek penelitian, pada intinya kebaruan itu adalah kemampuan seorang peneliti mengisi celah dari gap penelitian. Apa yang membedakan penelitian punya peneliti dengan penelitian empiris sebelumnya, apanya? juga di mananya?! Adanya novelty ini membuat sebuah alasan yang kuat kenapa penelitian yang kita lakukan itu menjadi penting dilakukan.

My yunior, yang juga my profesor. Begitu saja penjelasan singkat tentang pertanyaan bagaimana sih bab 1 sebuah penelitian meski dibuat. Saya paham juga sadar, bahwa jawaban saya itu masihlah prematur di mata Anda. Tapi saya berusaha dengan sebaik-baiknya saat menjawabnya tadi dengan cara ditulis. Semoga prof berkenan. Jawaban itu kurang dan lebihnya hasil dari apa yang saya pahami dari para guru-guru terbaik saya, saat beliau menjelaskan prinsip serta hakekat sebuah bab 1 penelitian itu dibuat!

"Piye prof, opo bener jawaban sing tak tulis," kataku kepada yunior ku itu!

"Jawabane sesuk mas, nek jenengan mampir mrene maneh. Saiki ngopi sik, lan rokok'e iku di sumet sik!"

"Siap matur nuwun prof!" Karo batinku ngedumel. Ngene tok tak kiro dibahas, malahan kon ngopi. Tapi, ya, sudahlah. Entuk kopi karo rokok gratis aku wis seneng! Karo aku nyawang rautnya si prof juga yunior ku itu sambil mesam-mesem moco tulisanku. Mungkin ia tertawa terbahak dalam hatinya bisa ngerjain aku!"

"Jiangkrik tenan yunior sitok Iki, tapi ya, ada manfaatnya sih, aku dikerjai olehnya. Setidaknya aku dipaksa untuk semakin paham, dan memahami bagaimana bab 1 harus dibuat dan ditulis!"

Baca Juga: Hidup adalah Mengenai Menerima dan Memberi!

"Di entekno kopine mas Broto!"

"Suwun prof, aku tak pamit sik ae. Mergo arep ning fakultas ketemu tim promotor ku sik. Suwun kopi, rokok, karo dikerjainya Yo!"

Dan si prof itu hanya ketawa saja. Saya pamitan seperti itu.

Itulah suka duka saat menjadi murid yang kudu hormat dan tabik kepada para guru-guru terbaik di sebuah padepokan dan pondok pesantren saat tengah tirakat menjadi murid. Semoga saja status menjadi murid ini segera kelar dan berubah status menjadi manusia biasa lagi yang bebas hehehe...

AAS, 11 Januari 2023
Warkop Rungkut Surabaya

Editor : Redaksi