Catatan Mas AAS

Dialog Tuhan Dengan Manusia

Editor : -
Dialog Tuhan Dengan Manusia
Mas AAS sedang belajar

Bagaimana caranya Tuhan berdialog dengan manusia? Ada-ada saja mas AAS ini!

Berbilang windu, juga dasawarsa. Seorang anak dari desa ini, melihat kampus UB dahulu tidak ada gedung menjulang yang tinggi.

Kini jaman berubah, waktu berjalan, perubahan wajah dan tampilan mengikuti.

Melihat kembali kampus perjuangan ini, UB. Seakan melihat wajah lain!

Lalu mantan mahasiswa yang dahulu kerap berlindung dibawah pohon yang tinggi saat hujan, waktu kuliah S1. Kini mencari pohon yang besar itu tidak ada lagi.

Berganti tembok yang kokoh tegak berdiri. Dan mantan mahasiswa S1 itu duduk di pojok sebuah lorong gedung yang tinggi itu.

Memang semua telah berubah. Benarlah *perubahan* itu adalah yang abadi!

Ia tampak _udik_ memanggil-manggil kembali kisah-kisah nya, mengenang kembali memoar-memoarnya.

Kepada orang, kepada satpam, kepada kawan, kepada pejabat pemilik otoritas pada kampus perjuangan itu! Senang saja, dan ingatan itu datang tiba-tiba.

Lalu *semesta* dengan caranya yang misteri.

Anak dari desa itu dipertemukan dengan saksi hidup, bahwa dahulu ada pohon-pohon yang tinggi di UB.

Siapa orang itu? _Mak bedunduk_ bertemulah anak dari desa itu dengan Prof. Mangku Purnomo.

Seakan tak percaya, di saat pikiran sedang _mendedah_ sebuah pilar-pilar hidup dan kehidupan, ditemukanlah dengan ahli sosiologi itu, lalu _welfie_ lah kami berdua.

Kemudian kami berpisah tunaikan tugas dan pekerjaan masing-masing.

Benar saja. Dunia ini hanya sebongkah energi semesta tidak lebih.

Di bumi barat, dan bumi timur. Ada rasa yang sama. Ada tujuan yang sama. Ada harapan yang sama.

Ah ini adalah sebuah tesa sederhana mahasiswa bermazhab kualitatif bukan kuantitatif.

Berlanjut ceritanya ya, setelah _tandang_ buat dokumentasi, anak dari desa berjibaku kembali!

Datang tak diundang pergi tak diantar. Tapi ini bukan bicara tentang _jailangkung_ tetapi bicara tentang sebuah _landscape_ diri, dan juga *penghayatan* terhadap sebuah perjalanan hidup dan kehidupan!

Dialog *batin* kepada Sang Pemilik Hidup. Berlangsung cair, mengalir, saling berhimpitan, beriringan antara tanya dan jawab silih bergantian!

Dijawab sendiri. Untung dibatin sehingga tampak biasa saja tidak mengundang sakwa dan sangka!

Bukan kah gelisah tanda seorang intelektual bekerja begitu kata *kang Gramsci*. Dan bukan kah pula diri itu selalu berpikir, membuat ide juga gagasan di masa depan, sebagai tanda masih *hidup* begitu fatwa *kang Descartes*.

Tapi kata Tim Promotor ternyata lebih _mandi_ tak bisa aku sangkal apalagi lawan. Revisi lagi!

Pergi ke kampus UB dari rumah peraduan di Surabaya, saat pagi-pagi benar tadi. Melakukan tugas sebagai murid, yang harus rutin menghadap kepada para Guru. Yaitu Tim Promotor juga Penguji. Semuanya harus digenapi. Agar misi segera selesai. Lulus kuliah S3 terjadi.

Apa hasilnya, tetap sabar, terus berjalan, hingga tujuan akhir.

Masih kudu menikmati prosesnya yang menyenangkan hati, begitu kata senior yang sudah sukses!

Saatnya akan indah pasti terjadi. Dan sekarang kudu pulang ke _gubug_ tercinta. Keluarga telah menanti dengan segenap rindu yang terjadi.

Setelah tugas sebagai mahasiswa ditunaikan, kewajiban sebagai manusia digenapi! Hasilnya bukan domain diri ini.

Tuhan selalu punya caranya untuk berdialog dengan makhluk-nya. Dan caranya sungguh halus tak terprediksi.

Hanya kuasaNya saja yang terjadi. Dan anak dari desa di lereng Gunung Merapi-Merbabu Klaten Jateng itu hanya bisa mengulas *senyum* panjangnya.

Kota pahlawan aku kembali memelukmu. Mari kita lanjutkan cerita kemarin yang belum tuntas kita genapkan.

Duduk di bus antar kota, diiringi rinai yang jatuh ke bumi.

Membuat aku ingin hidup seribu tahun lagi, rasanya.

Indah sekali sore ini.


AAS, 29 Maret 2023
Dalam Bus Patas Kalisari Otw Malang-Surabaya