Catatan Mas AAS

The Power Of Photo

Reporter : -
The Power Of Photo
Catatan Mas AAS

Kami berdua pada masa lalu, bisa jadi pernah jadi anak *nakal* yang satu frekwensi. 

Karena nakal kalau tidak satu frekwensi bisa nakal betulan. Jadi kenakalan yang pernah kami lakukan di masa lalu tidak terlalu keluar dari *silabus* dan kurikulum organisasi yang pernah membesarkan kami berdua, upps!

Baca Juga: Ontran-ontran Bak Sinetron FTV: Sebuah Drama yang Terus Berlanjut

Beragam cerita dan memori pernah terjadi berkelindan, terjadi dalam momen ingatan kami berdua dan dalam waktu yang tidak sebentar.

Kampus UB dan kota Malang, adalah saksi *bisu*, lakon kami berdua menjadi anak muda yang sedang mencari *jati diri* yang hilang seperempat, bahkan separuh, mungkin.

Dan momen bertemu di mana saja. Selain tentu temu kangen, juga tak jarang bersama dalam satu pekerjaan yang sama. Sebenarnya, kami berdua bila sempat bisa bertemu adalah untuk mengkonfirmasi *cermin* bahwa spirit dalam bekerja dan melangkah dari kami berdua masih tetap berada dalam *Galur* yang sama.

Yaitu, mengkreasi sebuah aktivitas, memberdayakan resource yang ada, dan kalaulah di ujungnya terkonversi menjadi sebuah kapital. Ya, itu, resiko dari kerja-kerja yang dilakukan selama ini.

Kawan lama yaitu Ratno Sulistyanto, saat dahulu bertemu, dan sekarang berjumpa. Topik yang menjadi *pembicaraan* kamu berdua saat bertemu tak akan lari, dari hasrat untuk mempertebal sebuah perspektif dari pekerjaan, dan kegiatan yang sedang kami kerjakan, tekuni, masing-masing.

Entah diakui atau tidak. Saat bertemu dengan kawan lama ini. Obrolan kami berdua selalu produktif, bagaimana mengisi waktu hidup dengan sebuah kerja-kerja yang berdampak.

Berdampak bagi diri sendiri, keluarga, organisasi, syukur kepada orang yang lebih banyak.

Bisa jadi Anda akan bertanya. Bahasan seperti itu kan obrolan saat dahulu pernah menjadi aktivis di dunia mahasiswa. 

Apakah sekarang saat setiap diri dari kami masing-masing sudah dikejar oleh tanggung jawab nyata kepada urusan keluarga, kepada perusahaan, kepada sedikit ideologi diri yang masih tersisa. Apakah masih membicarakan sesuatu hal yang sifatnya *substansial*.

Kami berdua tidak mencoba merekayasa. Namun, sebagian kecil obrolan seputar itu masih tetap kami lakukan. Di tengah sebuah kebutuhan praktis yang kami alami bersama-sama. 

Ya, yang sedikit itu, yang kami berdua *percayai* bisa membuat dampak kami berdua agar terus bersemangat serta mampu berjuang dengan spirit _fighter_ saat menjadi seorang *manusia* agar terus bisa melanjutkan langkah kedua kaki kami di tujuan kehidupan yang kami yakini sehari-hari!

Waktu telah berjalan, serta berjalam tidak sebentar, cerita yang terjadi pernah dilakukan bersama-sama di masa lalu, juga telah tersimpan *rapi* dalam folder memori kami.

Kami berdua hanya bisa mengingatnya menjadi sebuah _puzle_ dari perjalanan hidup. Yang pernah dijalani.

Nasib bisa berubah seturut _gentur_ nya seseorang tatkala menjemput rejekinya. Ada kebahagiaan yang selalu terselip dalam benak ini.

Baca Juga: Urip Ayem Tentrem: Menikmati Gending Lawas di Emper Omah

Ketika melihat ulang perjalanan persahabatan kamu berdua. 

Kawan bermain *bilyard* di masa lalu ini, saat pernah menjadi aktivis mahasiswa di kampus UB. Kini bertekun dalam dunia yang dahulu pun tak sempat kami gambar dalam *lakon* yang akan dijalani sebagai cara untuk menjemput rejeki.

Si anak dari Kencong Jember ini, sekarang, menjadi Direktur Indopol Survey. Sebuah lembaga survey yang kredibel di Ibu Kota. 

Sedangkan dahulu kami berdua sama-sama *gagap* kalau ditanya dosen, apa itu arti sampel, apa itu arti populasi. Dan apa itu instrumen penelitian. 

Yang kami tahu hanya *bola sembilan* dan cara yang baik untuk kasip spot masukkan bola yang kami pilih ke *lubang* nya, hanya itu saja yang kami _fasih_ menjawabnya. 

Lainnya kami berdua hanya bisa _plonga dan plongo_!

Namun, sekarang, diri ini pun tak berani untuk bertanya hal itu lagi, kepada putra daerah dari Jember tersebut.

Hidupnya sekarang tak akan lari dari urusan *survey*, urusan sampel, urusan populasi, dan urusan elektabilitas seorang *calon* yang akan turun gelanggang ikut berpartisipasi dalam momen pilkada dan juga pilpres. Asyik saja, membaca ulang *lukisan* lawas yang pernah kami dahulu buat. Setidaknya tidak ada _embrio_ untuk pakar di bidang statistik.

Baca Juga: Inspirasi dari Kebaikan Kecil

Esok akan menjadi apa dan siapa. Manusia benar-benar tidak tahu.

Yang kami berdua tahu, hanya mengerjakan dengan penuh integritas dan loyalitas yang tinggi, akan pekerjaan dan profesi yang kami terima, hadapi sekarang.

Sambil sesekali mengangkat kedua tangan kami ke atas, ke dalam doa-doa malam yang kami ajukan ke Tuhan, agar dipergilirkan kepada nasib yang lebih baik, seturut kehendak Nya.

Lalu esok paginya, kami pun bekerja keras, bekerja giat kembali jemput rejeki.

Itu saja, tidak lebih.

 

AAS, 9 Mei 2023

Bratang Surabaya

Editor : Nasirudin