Selain Ekonomi Kreatif, Eks Lokalisasi Dolly Bisa Dibangun Wisata Religi dan Museum

Reporter : -
Selain Ekonomi Kreatif, Eks Lokalisasi Dolly Bisa Dibangun Wisata Religi dan Museum
Ilustrasi/Masmoel

Surabaya,JatimUpdate.id - Langkah Walikota Surabaya Eri Cahyadi menjadikan kawasan eks lokalisasi Dolly, sebagai ekonomi kreatif didukung Direktur Center Development of Economics and Politics (CeDep), M. Badaruddin.

Ia menjabarkan, pengembangan ekonomi kreatif hendaknya melibatkan warga sekitar, kolaborasi kaum milenial serta orang tua. Sebab, setiap generasi melewati masa industrialisasi berbeda.

"Ide Cak Eri sangat baik, mengubah dari sesuatu yang negatif menjadi hal yang positif," kata Badaruddin, Selasa (18/7), kepada JatimUpdate.id

Ia meyakini, bila pemkot benar-benar mengembangkan industri kreatif secara serius, bisa mengurangi angka pengangguran. Sekiligus income perkapita masyarakat makin membaik.

"Tingkat kemiskinan ini akan semakin berkurang," ujarnya.

Sehingga Badaruddin menekankan, pemkot harus melibatkan semua instansi. Kemudian melakukan pengawalan, untuk meningkatkan taraf hidupnya.

Namun, tak cukup itu saja, menurut Badaruddin, ekonomi kreatif ini harus jadi kebanggaan bagi mereka. "Namun, produknya harus sesuai dengan permintaan pasar," paparnya.

Langkah Kongkret

Senada dengan itu, Pimpinan DPRD Surabaya AH Thony menjabarkan, semangat pemkot menjadikan eks lokalisasi Dolly sebagai sentra ekonomi rakyat, pusat pendidikan, dan kerajinan harus dilakukan lebih serius.

Sebab, ia menilai rencana tersebut masih jalan di tempat. Maka urai legislator Gerindra ini,  identifikasi pengembangan kawasan itu harus bekerjasama dengan pihak lain.  

"Hal ini untuk melakukan riset dan penelitian," kata Thony

Thony memaparkan, pemkot sebenarnya sudah melakukan pelatihan dan pendampingan kepada mereka. Namun karena belum tumbuh dan berkembang secara pesat, ia minta pemkot mengambil langkah kongkret. 

"Agar produknya bisa masyhur di pasar komersial," ungkapnya.

Ia menegaskan, pihaknya mendukung apapun yang akan dikembangkan pemkot. Baik pengembangan sebagai sentra ekonomi kreatif, ekonomi kerakyatan, juga sentra wisata religi. 

Terlebih lagi di kawasan itu, juga ada makam keramat Mbah Kapiludin. “Yang penting pemkot harus serius,” ujarnya.

2 Kebun Jeruk

Sementara legislator PDIP Sukadar (Cak Yo) mengusulkan, di kawasan eks lokalisasi Dolly tidak hanya dijadikan industri kreatif, tapi juga dibangun wisata religi.

Karena tambah Cak Yo, disitu juga ada makam keramat Mbah Kapiluddin, dan pemkot juga mewacanakan akan menjadikannya destinasi wisata religi.

"Ini terobosan baru, sebab di sana sebelumnya terkenal dengan dua kebu  jeruknya, Dolly (sendiri) dan Jarak." tutur Cak Yo.

Namun, harus dibuka akses jalan, melakukan pembebasan lahan, agar peziarah mudah menuju ke makam Mbah Kapiluddin. Utamanya di Jalan Girilaya.

Cak Yo menyebutkan, Jalan Girilaya tidak begitu lebar, terkadang menimbulkan kemacetan luar biasa, pun juga pemkot  tidak hanya mengandalkan akses jalan kembar Dukuh Kupang.

"Itu hanya akses masuknya saja," kata Cak Yo

Ia menambahkan, pembebasan lahan menuju akses ke Makam Mbah Kapiluddin tidaklah susah. Pemkot hanya perlu melakukan komunikasi dengan masyarakat.

Setelah itu, melakukan penyelesaian terkait komponen yang bisa menghubungkan antara wilayah titik yang sering macet (Girilaya), dengan wilayah sasaran destinasi.

Cak Yo menguraikan, akses jalan menuju makam Mbah Kapiluddin, tidak bakal memakan anggaran besar seperti pembangunan frontage road, A Yani. 

"Karena perkiraannya, antara 200 sampai 500 meter," beber Cak Yo

Maka, sekali lagi ia menegaskan, pembangunan destinasi itu, butuh keseriusan pemkot. Agar masyarakat tidak hanya mengingat dua kebon jeruknya (eks lokalisasi Dolly dan Jarak).

Sedangkan di tempat tersebut, terdapat makam keramat. Dan layak dijadikan sebagai destinasi baru wisata religi.

"Maka akses harus dibuka, yang menuju dari Kupang masuk ke wilayah Dolly tempo dulu," tegas Cak Yo.

Bangun Museum

Di samping pengembangan ekonomi kreatif, Legislator PSI Alfian memandang, eks kawasan lokalisasi Dolly dibikin satu museum, mengenang sejarah Dolly sebagai lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara.

Menurutnya,  museum tersebut bisa dibangun dibekas salah satu wisma. Dengan memanpilkan kisah masa lalu Dolly. Walau ia mengakui, ide ini terlalu ekstrim

"Harapannya agar warga dapat belajar, ternyata ada sisi gelap dulu di Dolly," urai Alfian, kepada JatimUpdate.id.

Ia menyebutkan, museum nantinya akan jadi suatu pembelajaran, agar ke depannya lokalisasi di Kota Pahlawan tidak terjadi lagi.

Seperti di Kamboja, yang mana Killing Fields tempat pembantaian dijadikan museum, agar seluruh dunia mengetahui, pernah terjadi suatu kejadian tidak manusiawi. Sehingga, kejadian serupa, diharapkan tidak terulang di masa depan.

"Cukup terjadi sekali dan tidak terulang lagi." papar Alfian.

"Jadi kalau kita pernah lihat Killing Fields
Kamboja, itu bahkan baju dari korban yang seperti pembantaian masih ada di sana," tuturnya.

Sosialisasi

Supaya tidak menimbulkan kontroversi, pembangunan museum perlu disosialisasikan. Berembuk bersama tokoh agama, masyarakat, arsitektur dan sejarawan. Bagaimana membikin suatu metode pembelajaran ini, menjadi lebih menarik.

Maka menurut Alfian, generasi Z nantinya bisa belajar. Karena mereka tidak tahu betul tentang sejarah sisi gelap Dolly, sehingga masa lalu itu, harus dihentikan, di stop, tidak perlu muncul lagi, apalagi menimpa kehidupan mereka.

"Jadi kita bisa belajar dari dua sisi ya, yang jelek tidak perlu dipertahankan, harus dihindari dan dihentikan." ujarnya.

"Tapi yang baik harus dipertahankan, ditingkatkan agar hidup ini jadi imbang," demikian Alfian.

UK Tunjuk Perguruan Tinggi

Sementara Walikota Surabaya Eri Cahyadi mengklaim pengembangan ekonomi kreatif di kawasan eks lokalisasi Dolly terus bergerak.

Pelaku ekonomi kreatif, sebut dia, didampingi langsung perguruan tinggi yang ditunjuk United Kingdom (UK), dengan melibatkan disabilitas untuk dilakukan pembinaan.

"UK menunjuk perguruan tinggi mendampingi mereka," tutur Eri di Jalan Yos Sudarso.

Kemudian, tambah Eri hasil produksi dari ekonomi kreatif diberangkatkan juga dipamerkan di mancanegara.

Sedagkan yang melakukan pendampingan, bukan hanya pemerintah kota (pemkot) Surabaya, melainkan perguruan tinggi dan UK.

"Jadi sudah bergerak terus," demikian Eri Cahyadi. (roy)

Baca Juga: Guyon Maton Parikeno Wayah Sore

Editor : Ibrahim