Catatan Mas AAS
Guyon Maton Parikeno Wayah Sore
Menulis lah saat dirimu sedang antusias, bersemangat tentang sesuatu. Boleh jadi bisa lancar menulisnya selancar air jernih yang mengalir dari sumber mata air di desa kita di kampung halaman masing-masing.
Lalu menulis tentang apa? Bisa jadi tentang aktivitas yang dijalani sehari-hari barangkali. Tentang inspirasi yang bisa dipeluk ketika membaca buku serta bisa membuat diri bergegas melakukan sesuatu. Atau perihal lainnya yang mungkin kita temukan sewaktu-waktu, bertemu orang yang memiliki frekuensi yang sama barangkali!
Baca Juga: Harga Bawang Putih di Kota Blitar Hari Ini Kompak dengan Kabupaten Pasuruan, Segini Perkilogramnya
Tentu saja sebuah pemikiran di atas ditemukan oleh penulis saat pada suatu ketika tengah berbincang guyon maton parikeno bersama kolega sesama perajin kata-kata di Kota Pahlawan Surabaya. Bahwa kami berdua semacam memiliki kesamaan perihal sumber ide sebuah tulisan bisa dibuat! Ide tulisan kadang sudah ada di dalam diri tinggal dipanggil saja, ujar seorang kolega saat itu.
Boleh jadi penulis pada sore ini saat tengah melakukan perjalanan ke kampus di ITB Yadika Pasuruan. Juga sedang dihampiri perasaan dan rasa yang bahagia, bahkan sebab dari bahagianya pun tidak diketahui asalnya. Boleh jadi sembari duduk di bus melihat sekeliling di kanan dan kiri selama dalam perjalanan melewati jalan tol lalu melihat suasana di atap langit dengan view yang mendukung: tidak terik cenderung mendung. Semesta sepertinya memberi kabar kepada penulis, mungkin sebentar lagi rinai itu akan datang dari langit tumpah ke tanah! Fenomena alam yang menemani penulis dalam perjalanan makaryo yang seperti itu: cukup memantik rasa senang hinggap di benak, dan memicu jari jemari ini menuangkan rasanya dalam sebuah aksara pada sore ini, menulis lewat sebuah hape!
Tentu saja inspirasi menulis itu bisa datang dari mana saja. Usai bertemu kawan lama yang berprofesi sama sebagai dosen dan berbagi cerita misalnya, lalu selesai mempersiapkan materi kuliah yang akan diajarkan nanti di kelas boleh jadi bisa mendatangkan rasa kelegaan juga dan ujungnya hati ini pun merasa senang. Sesederhana itu!
Namun, kesederhanaan sumber kebahagiaan diri itu kadang kita lupakan. Karena kita semua ini acap kali sedemikian keras berhitung tentang sesuatu yang tak sempat dimiliki.
Sudah bawaan pabrik atau default dari setiap manusia memang begitu. Rada susah menengok sesuatu yang sudah dimilikinya, malahan sibuk dan rempong melihat orang lainnya.
Baca Juga: Liveaboard Indonesia dan Alvin Jaya Group Ajak 100 Anak Yatim Bermain dan Wisata di KBS
Boleh jadi untuk selanjutnya bukan saja gelar akademik hingga sekolah di level tertinggi menjadi seorang doktor, serta jabatan fungsional saat berprofesi sebagai dosen yang mesti dikejar hingga level tertinggi yaitu menjadi seorang seorang guru besar.
Kadang benar-benar hadir di momen sekarang lalu benar-benar menikmatinya dengan sepenuh raga juga jiwa. Kadang juga perlu dikejar. Dan tidak usah terlalu riweh dengan urusan aksesoris diri!
Sepertinya bus yang membawa penulis sudah keluar dari pintu tol. Alamat sebentar lagi penulis akan tiba di kampus dalam beberapa menit ke depan, mengajar.
Bertemu anak-anak muda tunas bangsa ini di masa depan. Boleh jadi sedikit memberi inspirasi diri, bahwa hidup ini ada arti juga maknanya. Dan berusaha memaknai adalah satu perjuangan tersendiri agar tidak sekadar menjadi sebuah rutinitas yang kosong nir makna!
Baca Juga: Kunjungi Kota Lama, Ketua DPD RI Terpukau Surabaya Tempo Dulu
Demikian saja, sedikit guyon maton parikeno dari Mas AAS guna mengusir waktu agar tidak terasa boring sesaat sedang duduk di dalam kendaraan.
Terima kasih...
AAS, 23 April 2024
Dalam Bus Otw Surabaya -Pasuruan
Editor : Nasirudin