Catatan Mas AAS
Sedihnya Untuk Diri Sendiri, Senangnya Untuk Orang Tua Dan Keluarga

Semua tentang Wisuda. Mengintip statusnya para pejabat di kampus, banyak yang upload acara wisuda di kampus dan fakultasnya. Asyik dan menarik gambar photo juga unggahan dalam videonya: begitu bergembira sekali itu para mahasiswa, hingga rasa bahagia nya sampai menular ke kota pahlawan Surabaya, di mana penulis tinggal, sedangkan acaranya wisuda ratusan kilometer dari tempat tinggal penulis di Rungkut Surabaya.
Mungkin saja fenomena di atas selaras dengan apa yang disampaikan oleh seorang filsuf Yunani yaitu Aristoteles: "Energi pikiran adalah inti kehidupan!" Dan para mahasiswa yang tengah berbahagia itu sedang berada pada peak session sebuah keberadaan yang berada di dalam: pikiran, hati, juga jiwanya. Bahagia!
Getaran nya mampu menembus ruang dan waktu. Seketika penulis ikut bahagia serta bergembira pula!
Memanglah benar adanya yang terlihat di acara wisuda semacam itu adalah: para mahasiswa yang ganteng juga cantik, manusia yang sedang bahagia, foto-foto, dan sebuah frasa cumlaude atau malahan Summa cumlaude dihadiahkan oleh kampus bagi lulusan terbaik pada acara wisuda!
Dan bisa jadi pembaca tulisan tidak pernah sempat melihat: atau malah pelakunya langsung alias para mahasiswa yang di wisuda itu pada lupa untuk sesaat, atas proses mereka bisa sampai di level itu!
Hal ini berlaku untuk mahasiswa di semua strata, baik S1, S2, S3. Apa saja itu: hampir gila, berteriak kepada semesta tak akan menyerah untuk memotivasi diri sendiri, menangis, begadang berhari-hari, sakit menghampiri, malah ada yang alami godaan senang terhadap gadis atau malahan istri orang alamak, fokus, kecewa, bagi waktu urus urusan studi, pekerjaan, dan keluarga, dan acap uang serta biaya sekolah yang terbatas, dan di ujungnya merayu sedemikian kuat dan seriusnya dalam doa kepada Sang Pemilik Kehidupan untuk meridhoi semua jalan yang dilaluinya, agar bisa lulus lalu di wisuda pada akhirnya!
Dan saat di wisuda, sejenak para wisudawan lupa semua proses yang di atas. Namun sesudahnya mereka pastilah akan sujud ke bumi usai mengalami semuanya.
Dan harapannya sang wisudawan itu, hidupnya kelak semakin rendah hati, dan selaras seturut kehendakNya dalam melanjutkan kehidupan di masa depan. Bukan malah sebaliknya: manusia tidak punya adab, jumawa, dan lupa darimana berasal, dan lupa pernah mengalami pertolongan Tuhan yang sedemikian hebatnya! Jangan sampai itu terjadi.
Dan itu semua adalah fakta dan bukan cerita rekaan atau malah narasi picisan. Dan sejujurnya para mahasiswa itu layak menerima kebahagiaan dan kesenangan yang tengah mereka alami di acara wisuda tadi!
Dan di atas semua yang sudah di lihat dan isi dari tulisan ini. Penulis jadi pingin segera pulang ke kampung halaman, untuk marak sowan ke pusara kedua orang tua. Masih ingat di pikiran ini: kalaupun toh pada saatnya nanti semoga tidak lama, penulis juga bisa mengikuti acara wisuda. Kebahagiaan itu akan penulis haturkan kepada bapak dan ibu utamanya. Mereka lah sebenarnya motivator yang luar biasa, sehingga penulis berani dengan sangat keras mendidik diri sendiri untuk tidak mau menyerah satu langkah pun, untuk selesaikan sekolah di level doktoral ini.
Dan di hadapan pusara kedua orang tua itulah: penulis berharapan mendapatkan sebuah insight mau diapakan dan ingin mewujudkan mimpi besar apa lagi, kalau nanti diijinkan oleh Allah SWT bisa lulus S3 serta bisa mengikuti acara wisuda.
Kembali pada kehidupan yang begitu-begitu saja, atau bergegas untuk membuat sebuah terobosan besar untuk membawa diri ini bertumbuh dalam spirit berbakti kepada Gusti untuk mempercantik dunia yang sudah indah ini agar semakin indah dan lestari seturut yang selalu disampaikan oleh kedua orang tua: "Lee nek esoh urip ning ngalam donyo kang sedelo Iki, esoho Memayu Hayuning Bawono!"
Dan kata-kata bak mantra hidup bagi penulis itu, terngiang keras dalam benak penulis sore ini!
"Mangestoaken dawuh, bapak kaliyan ibu, amin yra!"
Maturnuwun Gusti, untuk semua yang telah Engkau ijinkan terjadi, amin,
AAS, 29 Juli 2023
Kota pahlawan Surabaya