Persatuan Jurnalis Sampang Gelar Kongres I di Sanur, Bali

Reporter : -
Persatuan Jurnalis Sampang Gelar Kongres I di Sanur, Bali
Peserta Kongres I PJS, Foto dok PJS for JatimUpdate.id

Sampang,JatimUpdate.id - Persatuan Jurnalis Sampang, (PJS) akan menggelar Kongres I sekaligus merayakan HUT ke-2 organisasi pewarta tersebut.

Kongres akan digelar di The King Villa, Sanur, Bali, 5 - 6 September 2023.

Sebelum menggelar Kongres I dan HUT ke-2, PJS akan ziarah ke makam Raden Ayu Siti Khotijah. Dia merupakan istri Pangeran Cakraningrat IV Madura.

Melalui keterangan tertulisnya, Khoirul Anam, Ketua Pelaksana Kongres I PJS mengatakan, serangkaian acara sudah diagendakan dari jauh-jauh hari.

"Serangkaian acara yang akan digelar oleh PJS sudah diagendakan dari jauh-jauh hari. Pertama kita semua akan melakukan ziarah ke makam Raden Ayu Siti Khotijah isteri dari Pangeran Cakraningrat IV Madura," ucap Anam.

Anam menjelaskan, bahwa Raden Ayu Siti Khotijah adalah puteri dari Raja Pemecutan. Sosok Raden Ayu Siti Khotijah yang dimakamkan di makam keramat tersebut. Dalam buku-buku yang diangkat dari cerita rakyat, disebutkan bahwa nama asli Raden Ayu Siti Khotijah adalah Gusti Ayu Made Rai.

"Gusti Ayu Made Rai atau juga dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Raden Ayu Pemecutan, adalah seorang putri dari Raja Pemecutan. Namun belum diketahui pasti, Gusti Ayu Made Rai ini keturunan dari Raja Pemecutan yang mana. Pernah jatuh sakit dan disembuhkan oleh Pangeran Cakraningrat IV," kata jelas Anam.

Anam pun menceritakan karena sebelumnya janji Raja Pamecutan akan menikahkan dengan seorang lelaki yang bisa menyembuhkan anaknya akhirnya Cakraningrat IV dinikahkan dengan Raden Ayu Pamecutan. Usai pernikahan, Raden Ayu Siti Khotijah akhirnya diboyong Cakraningrat IV ke Madura.

"Karena Cakraningrat IV merupakan penganut Islam, akhirnya Raden Ayu Pamecutan menjadi mualaf. Raden Ayu Pamecutan diberi gelar Raden Ayu Siti Khotijah, yang diambil dari nama istri Nabi Muhammad, Siti Kadhijah," ujar Anam.

Lebih lanjut Anam menceritakan, suatu ketika Raden Ayu Pamecutan yang telah bernama Raden Ayu Siti Khotijah pulang ke Bali. Kepulangannya ke rumah orang tuanya tersebut, dikawal oleh 40 orang prajurit terbaik dari Madura.

Saat berada di tanah kelahirannya, Raden Ayu Siti Khotijah tetap menjalankan salat sesuai ajaran Islam. Saat menjelang petang, Raden Ayu Siti Khotijah mengenakan mukenah, dan melakukan salat maghrip. Hal ini ternyata diketahui oleh salah seorang patih di dalam Puri.

Para patih dan pengawal kerajaan yang tidak menyadari bahwa Raden Ayu Siti Khotijah telah memeluk Islam, menganggap salat yang dijalankan Raden Ayu Siti Khotijah hal aneh, dan dianggap sebagai bentuk penganut aliran ilmu hitam," curiga sang Patih tutur Anam.

Akibat pengawal dan patih yang tidak memahami salat yang dilakukan Raden Ayu Siti Khotijah tersebut, akhirnya kejadian yang mereka anggap aneh itu dilaporkan kepada Raja Pamecutan. Hal ini membuat Raja Pamecutan murka.

Raja Pamecutan yang murka, langsung memerintahkan patihnya membunuh Raden Ayu Siti Khotijah. Putri raja yang cantik jelita itu dibawa ke sebuah pemakaman yang sangat luas. Raden Ayu Siti Khotijah ternyata sudah mengetahui dirinya akan dibunuh.

Raden Ayu Siti Khotijah juga berpesan kepada patih yang hendak membunuhnya, agar tidak membunuhnya dengan senjata tajam, karena senjata tajam tidak akan mempan membunuhnya.

"Bunuhlah aku dengan menggunakan tusuk konde yang diikat dengan daun sirih, serta dililitkan dengan benang tiga warna, merah, putih dan hitam (Tri Datu). Tusukkan ke dadaku. Apabila aku sudah mati, maka dari badanku akan keluar asap. Apabila asap tersebut berbau busuk, maka tanamlah aku. Tetapi apabila mengeluarkan bau yang harum, maka buatkanlah aku tempat suci yang disebut kramat," ucap Raden Ayu Siti Khotijah, sambil ditirukan oleh Anam.

Kematian Raden Ayu Siti Khotijah membuat seluruh prajurit pengawal, dan patih terkejut, karena dari badan sang putri muncul asap yang aromanya sangat harum. Para prajurit pengawal dan sang patih menangis tak henti, setelah mengetahui hal itu.

Penyesalan yang luar biasa juga rasakan Raja Pamecutan. Jenazah Raden Ayu Siti Khotijah akhirnya dimakamkan di tempat suci, dan sesuai dengan amanat yang diberikan, makam tersebut diberi nama Kramat, dengan dijaga oleh kepala urusan istana di Puri Pamecutan.

"Kita harus mengenangnya dan menghormatinya, makanya kita Jurnalis yang tergabung di PJS akan melakukan ziarah ke Pemecutan dan akan menggelar Kongres I di The King Villa, Bali," tegas Anam. (roy)

Editor : Ibrahim