Catatan Mas AAS
Aku Memilih Jiwamu Bukan Chasingmu
Bidak papan catur sudah dibuka, lawan bertanding sudah duduk di kursi pada meja panjang pertandingan.
Para pion sudah pada bekerja giat, tak lupa para hulu balang: kuda, menteri, juga benteng sigap berjalan maju ke depan.
Baca Juga: Inspirasi dari Kebaikan Kecil
Sang raja duduk di singgasana mengawasi alur permainan, sembari memanggil kemenangan-kemenangan kecil yang dahulu pernah terjadi: menjadi bahan dan strategi bagaimana untuk melumpuhkan lawan tanpa harus keluar banyak amunisi: "Ngalah ke tanpo ngasorake!"
Ajaran Machiavellian yang identik: segala cara untuk memenangkan percaturan digunakan, kedua pemain kedua kubu memiliki dan paham sekali aplikasi dari konsep tersebut. Mereka yang punya *hajat* dalam momen sayembara dalam ajang demokrasi *pilihan presiden* sungguh menghitung begitu detail setiap gerak juga langkah dari kubu lawannya.
Teori mendapatkan konfirmasi dalam ujian di lapangan, ya, hari ini! Sesaat waktu pelaksanaan PILPRES 2024 sudah semakin dekat berhitung bulan saja!
Kaum cerdik pandai di setiap almamater juga di setiap institusi bahkan di setiap komunitas. Sedang kejatuhan *durian runtuh* untuk memberikan analisisnya bahwa capres A yang baik, daripada capres B, dan juga Capres C. Para God father dan Don Juan pendulang opini juga suara bergerak dalam ruang senyap juga ruang terbuka penuh selfish untuk memborbardir massa akar rumput melihat mereka, melihat calon mereka, dan melihat partai mereka.
Salah? Oh, tidak! Malahan semakin mendekati hari H, semua orang dari semua pendukung dari capres yang akan berkompetisi, dan semua partai akan berubah menjadi malaikat yang baik pemberi jawaban yang manis terhadap masalah bangsa dan umat banyak.
Baca Juga: Memasak: Sebuah Seni dan Cara Menikmati Momen Liburan
Bak obat ampuh di pasar malam yang sering ada di pertunjukan kampung pada masa kecil dahulu. Layaknya SIM salabim: "Obat teko loro lungo sakdek saknyet". Tapi hal-hal semacam itu yang disukai oleh pemilik suara dalam hal ini rakyat di negeri ini! Mau bagaimana lagi.
Akselerasi di tiga Matra: baik darat, laut, juga udara. Para bandar dan bebotoh yang duduk dipinggiran akan terus waspada melihat dari kejauhan perilaku para God father di sebuah partai. Kecermatan mereka melakukan selidik atas keputusan dan hasrat terakhir sebelum capres didaftarkan secara resmi, akan terus diamati sampai detik terakhir. Haru biru dan dinamika yang terjadi sekarang, seketika akan berubah, dan hanya akan menjadi angin sorga sesaat saja!
Itulah permainan bidak catur dalam hajatan demokrasi di negeri tercinta. Dan sebagai anak bangsa tentu saja penulis memiliki kepentingan juga, setidaknya membuat sebuah perspektif bagaimana momen pilpres dalam hajatan demokrasi itu benar-benar menghasilkan seorang *leader* bukan seorang pimpinan saja.
Seorang *Pemimpin* yang sudah lepas dari *kemelekatan* akan hasrat dan keinginan hidupnya di dunia ini. Layak dan harus ditemukan pada momen PILPRES 2024 ke depan!
Baca Juga: Momentum Itu Diciptakan
Entah siapa sosok dan figurnya, biarlah Sang Maha Memilih akan memilihnya, lewat suara yang akan diberikan oleh seluruh anak bangsa nanti di bilik suara!
Jaya selalu negeriku NUSANTARA
AAS, 7 SEPTEMBER 2023
Taman Bungkul Surabaya
Editor : Nasirudin