Catatan Mas AAS

Sarapan Di Surabaya, Ngopi Di Malang

Reporter : -
Sarapan Di Surabaya, Ngopi Di Malang
Mas AAS

"Pendidikan seharusnya tidak cuma mengajarkan soal kerja tetapi juga mengajarkan tentang kehidupan!" ---W.E.B Du Bois

Sarapan di Surabaya, ngopinya di Malang. Benar-benar lelaku yang diniatkan oleh penulis. Karena ingin menggenapkan sebuah pertautan yang terjadi antara: perasaan, hati, juga pikiran. Atas makna akan sebuah pendidikan tinggi. Tentu saja sependek pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki, dialami, penulis.

Baca Juga: Mahasiswa Otentik

Berangkat pukul 3 dinihari dari kota pahlawan, lalu tiba di kampus perjuangan UB pukul setengah 7 pagi. Dan tibalah di markas besar, Kafe CL UB.

Bertemu sedulur: senior, yunior, kolega di UB semuanya. Silaturahmi adalah sebuah hasrat yang sedemikian disenangi penulis.

Semoga Zat Yang Maha Sayang senantiasa meridhoi, aamiin!

Pagi ini benar-benar merasakan metime sebagai mantan seorang mahasiswa. Belum lama jaraknya perpindahan status tersebut, baru berbilang Minggu, atau mungkin bulan saja.

Kafe CL UB boleh dikatakan sebagai saksi bisu penulis. Bagaimana menjalani pendidikan S3 di Pascasarjana FEB UB Malang. Empat tahun persis proses pendidikan level doktoral dijalani. Sekira dari tahun 2019 masuk, dan kemudian tahun 2023 ikut Yudisium dinyatakan lulus. Hal ini bukanlah waktu sebentar, jikalau di maknai sebagai sebuah perjalanan menjalani proses sebagai seorang promovendus. Betul kata Promotor, benar kata senior, mengalami dan menjalani sebuah pendidikan tinggi, kudu mempersiapkan wadah yang juga cukup besar: wadah jiwa, wadah hati, dan wadah pikiran.

Kolaborasi dari ketiga wadah ini. Diharapkan seorang promovendus tidak hanya menjadi seorang Doktor yang Sujana, namun demikian menjadi manusia yang sebenarnya: penuh antuasias terhadap hidup yang dijalani, penuh attitude akan sikap hidup yang senantiasa tapaki dan di ujungnya jalan penuh kerendahan hati sebagai seorang jalmo yang senantiasa sadar. Yaitu menjadi Menungso kang tansah Hamemayu Ayuning Bawono!

Serangkaian ilmu yang pernah didapat selama proses kuliah S3. Seyogyanya menjadi cahaya dalam meneruskan lakon hidup nya sang doktor tersebut di kehidupan nyata kelak kemudian hari. Begitu persepsi dan perspektif yang senantiasa diterima oleh seorang promovendus manakala menjadi mahasiswa doktoral. Tidak sekadar mengejar pakaryan yang bajik, akan tetapi segala perilaku perihal hidup saat menjadi seorang promovendus bisa ditularkan spiritnya pada orang lain nya.

Karena di dalam hidup ini tidak ada yang kebetulan. Begitu yang banyak disampaikan oleh para bijaksana.

Agar menjadi sebuah amal jariah, yang akan membuat semesta itupun turut bangga dan bahagia.

Sebuah literasi yang sarat makna filosofis. Memang lah makanan rutin yang diterima seorang mahasiswa S3. Di setiap kelas kuliah, di setiap konsultasi dengan tim promotor, dan di setiap malam yang sedemikian panjang, saat benak itu bertanya: "Tuhan, kapan kuliah S3 ini lulus nya!"

Baca Juga: Eri Cahyadi Hingga Bayu Airlangga Masuk Bursa Cawali Kota Surabaya Versi ARCI

Dan perilaku yang lazim dilakukan oleh seorang promovendus. Seketika tangan itu terpaksa atau dipaksa oleh keadaan untuk di angkat ke atas bermunajat, dan berharap sedemikian besar tangan Tuhan turun seketika ke bumi menyelesaikan semua urusan. Alhamdulillah dan itu semua terjadi!

Dan ingatan itu masih membayang membentang sedemikian kuat siang ini di CL UB. Maklum karena cukup lama proses itu dialami: menjadi mahasiswa S3 selama kurang lebih 4 tahun. Waktu yang sedemikian panjang itu, tak jarang penulis sadar terlalu keras kepada diri sendiri, meski senantiasa dibalut dengan perangai guyon maton parikeno sebagai cara exit efektif untuk meredakan sedikit stress yang acap kali menghampiri.

Dan hari ini, tepatnya siang ini. Penulis ingin menengok, melihat, ke belakang sejenak, bahwa pernah menjalani proses yang cukup melelahkan juga sebagai mahasiswa doktoral. Dan merasakan banyak miracle sebagai bentuk kasih dan sayang Nya terjadi. Tak ayal, jadi rada mewek deh siang ini: "Tuhan terima kasih. Wahai diri ku terimakasih, dirimu senantiasa sabar dan mau menerima serta menjalani semuanya!" Siang ini nikmatilah kopimu dan duduklah dengan nyaman di Kafe CL UB, tak perlu segera pulang ke Surabaya. Siang ini nikmatilah anugerah indah dari semesta itu.

Dan segelas kopi hitam ini, benar-benar terasa nikmat tiada tara siang ini, meski pahit! Karena sudah tidak dipusingkan lagi: kerjakan tugas yang bejibun. Konsultasi rutin ke tim promotor. Dan tiap dinihari harus bangun dan segera mandi lalu melakukan perjalanan rutin saban hari ke kampus UB, dari Surabaya.

Sedikit diam lalu menghela nafas yang panjang: "Bahwa benar, sebuah kenikmatan yang sejati itu akan didapat setelah menjalani serangkaian ujian, aral, dan rintangan yang cukup berat!" Dan indah pada akhirnya itu bukan kata-kata klise namun fakta.

"Nikmat mana lagi yang akan penulis dustakan!"

Baca Juga: Tidak Ada Mimpi yang Terlalu Besar Untuk di Kejar!

Please kakak senior, adik AAS jangan ditanya "Kapan raih Profesornya?" Biarlah adik AAS mensyukuri dan menikmati anugerah semesta ini dahulu karena telah menyelesaikan kuliah S3.

Insyaallah pikiran itu ada untuk meraih profesor. Dan pastinya adik AAS akan buat kontrak lagi dengan Tuhan, sebagai Junjungan dan kekasih agung. Karena tanpa Nya, tak akan mungkin, level selanjutnya itu akan dicapai.

Ilmu level doktoral yang barusan didapatkan selayaknya diuji dahulu oleh adik AAS. Dalam ruang kontribusi yang nyata kepada semesta. Lalu untuk selanjutnya siap dengan sepenuh hati untuk memasuki level selanjutnya. Menjadi seorang Guru Besar AAS.

Kiranya mestakung terjadi dan aamiin yra...


AAS, 4 Januari 2024
Kafe CL UB MALANG

Editor : Yuris P Hidayat