Grand Launching Film Bertajuk Yang (Tak Pernah) Hilang Diputar di Untag Surabaya

Reporter : -
Grand Launching Film Bertajuk Yang (Tak Pernah) Hilang Diputar di Untag Surabaya
Film Bertajuk Yang (Tak Pernah) Hilang

Surabaya,JatimUPdate.id - Grand Launching Film Bertajuk Yang (Tak Pernah) Hilang digelar di UNTAG Surabaya, pada Selasa 5 Maret 2024. Grand launching merupakan hasil kolaborasi GMNI UNTAG Surabaya, Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI), GMNI Unitomo Surabaya, ADREENA Media dan Gerakan Mahasiswa Surabaya (GMS).

Yang (Tak Pernah) Hilang adalah sebuah film dokumenter yang secara substantif menceritakan tentang perjuangan, pengorbanan hingga penculikan dua aktivis mahasiswa asal Universitas Airlangga Surabaya, yakni Herman Hendrawan dan Petrus Bima Anugerah. 

Baca Juga: KKN UNTAG Surabaya Kenalkan Penggunaan Internet of Things Kepada Karang Taruna Kabupaten Mojokerto

Melalui film ini diharapkan menjadi pemantik khalayak, khususnya generasi muda agar mempunyai referensi historis tentang otoritarianisme Orde Baru. 

Selain itu, sebagai upaya advokasi agar pemerintah segera menyelesaikan seadil-adilnya kasus penghilangan paksa aktivis pro-demokrasi pada 1998 tersebut.

Peserta yang hadir mencapai 250 orang dari berbagai entitas antara lain Sekretaris YPTA (Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 Surabaya).

Di antaranya IGN Anom Maruta, Rektor Untag Surabaya,civitas akademika UNTAG Surabaya, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Surabaya, kelompok NGO dan masyarakat umum lainnya. 

Grand launching film Yang (Tak Pernah) Hilang ini dipandu oleh Andre Abeng dari komunitas #KawanHermanBimo. 

Sebelum pemutaran film, grup musik Suar Marahabaya menyapa penonton dengan menyanyikan lagu-lagu seruan kritik sosial.

Acara dibuka langsung oleh Rektor Untag Surabaya, Mulyanto Nugroho. Dalam sambutannya, ia menyampaikan Untag Surabaya sebagai Kampus Merah Putih sudah selayaknya melahirkan generasi penerus bangsa yang patriotik dan peduli terhadap nilai-nilai kemanusiaan. 

Maka dari itu, Mulyanto berharap agar mahasiswa Untag Surabaya terus menjadi pelopor agent of change dalam konteks penegakan HAM dan kemanusiaan. 

"Kami mengharap mahasiswa Untag Surabaya terus menjadi pelopor agent of change dalam konteks penegakan HAM dan kemanusiaan." tuturnya.

Baca Juga: Mahasiswa Untag Sokong Peran Humas Polrestabes Lewat Desain Grafis

Produser film yang juga Koordinator IKOHI Jatim Dandik Katjasungkana, menyampaikan, film Yang (Tak Pernah) Hilang sudah digagas mulai tahun 2019. Tapi karena kendala pandemi covid 19 serta kekurangan dana, proses awalnya mengalami stagnasi. 

"Produksi film ini membutuhkan biaya besar, terutama untuk biaya perjalanan dan wawancara para narasumber di lima kota, yakni Surabaya, Malang, Jakarta, Jogjakarta dan yang paling jauh di Pangkal Pinang, Pulau Bangka, tempat lahir Herman,” kata Dandik.

Ia menuturkan, persoalan makin bertambah dan membuat seluruh crew film mengalami kesedihan mendalam, ketika sang penggagas film, Hari Nugroho, meninggal dunia pada tahun 2020.

Di tengah berbagai kesulitan dan kebuntuan yang dihadapi, lanjutnya, pada 2022, Dandik mengaku bertemu dengan Muni Moon dan Anton Subandrio yang berprofesi sebagai videomaker. 

Dari pertemuan itulah beber Dandik, produksi film tersebut mulai dijalankan lagi. 

"Dalam hal pembiayaan, sejak awal, kami mengupayakan kemandirian. Kami patungan, memproduksi kaos #KawanHermanBimo sebagai fundraising dan menerima sumbangan dari berbagai pihak yang peduli pada advokasi kasus penghilangan paksa aktivis pro-demokrasi 1998," sambung Dandik. 

Film Yang (Tak Pernah) Hilang tidak hanya berkisah tentang kasus penculikan Herman dan Bima, namun juga merekonstruksi kisah hidup mereka sejak kecil di mata keluarga, orang tua, kerabat, kawan sekolah dan masa kuliah, kawan sesama aktivis, dosen, hingga aktivis partai politik. 

Sementara Anton Subandrio mengungkapkan, dari 35 narasumber yang diwawancarai merupakan upaya untuk mendapatkan informasi selengkap mungkin agar film ini bisa memotret biografi Herman dan Bima, sejak masa anak-anak, remaja sampai dewasa. 

"Kami mau bercerita bagaimana karakter mereka terbentuk hingga mempunyai gagasan yang begitu kuat, teguh keyakinannya dan berjuang sampai menjadi martir demokrasi." terangnya.

Dia Puspitasari, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Tujuh Belas Agustus 1945, menyatakan, hilangnya Herman dan Bima merupakan tragedi kemanusiaan. 

Menurutnya, “Film Yang (Tak Pernah) Hilang ini adalah referensi penting. Film ini harus dilihat dalam konteks bagaimana seharusnya peradaban dibangun dengan sebuah tanggung jawab, kejujuran dan keterbukaan. 

"Anak-anak generasi milenial dan generasi Z bisa belajar tentang sejarah kemanusiaan dengan menonton film ini." ujarnya

"Supaya mereka bisa menjadi bagian dari gerakan melawan impunitas dan mencegah terulangnya kejahatan terhadap kemanusiaan terjadi di negeri ini." tandasnya.

Editor : Redaksi