Mengenal Sejarah dan Sepak Terjang Pasukan Elit Bhayangkara

Reporter : -
Mengenal Sejarah dan Sepak Terjang Pasukan Elit Bhayangkara
Ilustrasi/net

Jatimupdate.id - Keberadaan Pasukan Bhayangkara tentu tidak lepas dari sejarah berdirinya kerajaan Majapahit, yang dibentuk oleh Raden Wijaya sebagai Pasukan elit.

Sejumlah karya sastro kuno maupun modern menyebutkan, Bhayangkara mempunyai keahlian khusus dalam menjalankan misi. Sekaligus benteng terakhir raja dan keluarganya.

Baca Juga: Ngeri, Ini Dia Deretan Gerakan Makar Dharmaputra yang menyebabkan Tewasnya Jayanegara

Kakawin Negarakretagama buku 9 menyatakan, Bhayangkara ada di posisi kedua setelah para menteri dan pembantu raja. Dengan demikian, Bhayangkara betul betul dipercaya di Ring I pemerintahan.

Kendati begitu, anggota angkatan Majapahit memiliki hirarki sangat berbeda, untuk menghindari penyusupan yang menyamar sebagai anggota Bhayangkara sendiri.

Massa Singosari

Dalam sumber lain disebutkan, keberadaan Pasukan Bhayangkara terbentuk sejak zaman Singosari, yang mana pada saat itu, ketika Toh Jaya wafat di Pasuruan.

Pasukan ini bertugas menjaga Kraton, hingga masa pemerintahan raja Kertanegara.

Sayangnya, pasukan elit ini melenceng dari tugas utamanya. Sebagai pengaman pusat pemerintah. Hal ini terjadi ketika Singosari melakukan ekspedisi Pamalayu dalam waktu yang lama, di bawah pimpinan  Kebo Anabrang.

Melihat kerapuhan benteng Singosari, Jayakatwang tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan serangan yang matang, ia berhasil mejungkalkan Kertanegara.

Sebab, saat itu pasukan Bhayangkara yang tersisa sedikit tidak berhasil membentengi pusat pemerintahan, serta melindungi raja dan keluarganya.

Kertanegara pun terbunuh, dan sisa keluarga raja melarikan diri mencari perlindungan ke Sumenep, Madura, wilayah Arya Wiraradja.

Nah sejak saat itu pasukan Bhayangkara lenyap bagai ditelan bumi.

Tumpas Mongol Dipimpin Lembu Sora

Pararaton menyebut, Bhayangkara muncul kembali di bawah kendali Lembu Sora saat menumpas pasukan Mongol.

Pasukan Mongol saat itu sengaja dijebak masuk ke markas Bhayangkara di Majapahit, setelah diajak kerjasama meruntuhkan Daha.

Namun setelah itu, kabar pasukan ini  lenyap lagi. Dan diduga sebagian fungsinya digantikan Dharmaputra dengan dukungan pasukan yang mereka pimpin.

Kendati tugasnya dikurangi, namun Bhayangkara tetap eksis di masa kedua Majapahit. Yakni saat pemerintahan Jayanegara.

Adapun cikal bakal munculnya kembali Bhayangkara, tidak lepas dari gerakan makar yang dilakukan Dharmaputra, Ra Kuti

Saat Ra Kuti makar, Gajah Mada sedang mengepalai piket jaga bersama satu regu prajurit bawahannya.

Gerakan makar Ra Kuti ini, nyaris membuat Majapahit tidak berumur panjang, hingga Jayanegara harus dilarikan ke luar kota raja atas inisiatif bekel Bhayangkara, Gajah Mada.

Susun Kekuatan

Demi menjaga kerahasiaan pelarian raja dan keluarganya, Gajah Mada hanya membawa 15 prajurit, agar persembunyian mereka tidak diketahui kesatuan militer lain yang cerai berai.

Ia pun dengan pasukannya mengawal raja dan keluarga, serta sejumlah pejabat ke desa Pedander.

Setelah itu, mereka melakukan konsolidasi agar tahta Madjapahit bisa direbut dari tangan Ra Kuti.

Mada mengambil sikap ini, karena situasi saat itu tidak diketahui mana lawan dan kawan.

Di Pedander, Pararaton menuliskan, Mada terpaksa membunuh salah satu pengalasan karena ingin pulang ke kota raja. Mada curiga pengalasan tersebut  hendak membocorkan keberadaan Jayanegara bersama keluarganya.

Petakan Lawan

Di Desa Pedander, Mada berfikir bagaimana caranya agar Jayanegara menduduki tahtanya kembali dengan modal 15 prajurit saja. Badi Mada, hal ini tentu membutuhkan strategi khusus dan nyali yang tinggi.

Setelah semuanya matang. Akhirnya, mereka menjalankan misi rahasia. Menyusup kembali ke kota raja yang telah kuasai Rakuti dan ribuan pendukungnya.

Di sana mereka memetakan mana lawan dan kawan, melakukan komunikasi dengan sejumlah pasukan, utamanya yang dipastikan masih setia kepada raja.

Kendati begitu, dengan melihat kekuatan besar yang dimiliki Ra Kuti. Memungkinkan dukungan juga berasal dari desa sekitar.

Mada bersama bawahannya secara sembunyi berhasil membentuk kekuatan sipil bersenjata. Dilatih secara diam-diam untuk melawan Ra Kuti, Dharmaputra dan pendukungnya.

Mada Kepala Pasukan Bhayangkara

Ketika misi Gajah Mada berhasil meredam pemberontakan Rakuti, dan mengembalikan Jayanegara ke tahtanya. Pararaton menyebut, Gajah Mada diangkat sebagai Kepala Bhayangkara  atas jasa besarnya itu.

Namun, kedudukan Gajah Mada disebut tidak lama karena mengambil cuti selama dua bulan. Selanjutnya dia diangkat Patih di Kahuripan.

Selang dua tahun, Patih Daha meninggal dunia, atas rekomendasi Mahapatih Amangkubumi Arya Tada, Mada kemudian dipindahkan lagi sebagai Patih di Daha.

Akhirnya Gajah Mada benar-benar dikukuhkan sebagai Mahapatih Amangkubumi, setelah Majapahit dipegang Tri Buana Tungga Dewi.

Sejak saat itu, Gajah Mada membangun pasukan Bhayangkara secara lebih profesional. Kemudian, dia juga meningkatkan kekuatan angkatan bersenjata Majapahit baik secara kuantitatif dan kualitas.

Seleksi Ketat

Di bawah kepemimpinan Gajah Mada, titik fokus pasukan Bhayangkara adalah melindungi raja justru dari ancaman diri mereka sendiri.

Karenanya, masalah penyusupan jadi perhatian utama berdasarkan pengalaman mereka dalam peristiwa Jayanegara.

Sehingga, calon anggota Bhayangkara ditelisik latar belakangnya secara ketat. Di samping itu, calon pasukan Bhayangkara diharuskan memiliki kepandaian diatas 30-50 personil, juga dituntut memiliki kecerdasan atau berpikir cepat selain memiliki naluri reflek tinggi.

Sellanjutnya, mereka dilatih menguasai berbagai keahlian senjata. Baik jarak pendek maupun jarak jauh. Misi intelijen, psikologis hingga ilmu kanuragan khusus.

Karena itu, pasukan Bhayangkara jumlahnya tidak begitu banyak, dan jumlah yang sedikit itu masih dibagi dalam beberapa unit yang semakin spesifik.

Bahkan ada yang menganalisa, anggota di Ring I dan sangat dekat dengan raja adalah mereka yg telah terbukti menomor satukan raja dan keluarganya ketimbang mereka.

Bahkan sampai level tidak menikah atau berkeluarga mengikuti jejak Gajah Mada, yang mana salah satu fungsinya tetu saja untuk menjaga rahasia negara.

Dengan gambaran itu, sepenuh hidup cinta dan jiwa anggota Pasukan Bhayangkara diabdikan pada raja. Sementara dari sisi hirarki kemungkinan besar Bhayangkara tidak berada di bawah komando panglima angkatan bersenjata getih getah yang kala itu dipimpin oleh Rakrian Tumenggung Lembu Nala.

Melainkan di bawah perintah langsung Mahapatih Hamangkubumi Gajah Mada yang bertugas layaknya Perdana Menteri saat ini. Karena itulah visi misi yang di emban Bhayangkara selalu memiliki legitimasi kuat.

Dan tidak mungkin mudah dikendalikan politisi atau bangsawan Majapahit yang memiliki kepentingan politik tertentu.

×Ibrahim Reporter Jatimipdate, disarikan dari berbagai sumber

Editor : Ibrahim