Dewan Pers Gelar  UKW di NTB 7 Peserta Dinyatakan Tidak Kompeten

Reporter : -
Dewan Pers Gelar  UKW di NTB 7 Peserta Dinyatakan Tidak Kompeten
Peserta UKW dari jatimUpdate.id

Mataram _ JarimUpdate.id _  UKW (Uji Kompetensi Wartawan) yang digelar Dewan Pers, diikuti oleh  70 peserta, di Hotel Golden Palace, Mataram, NTB, selama dua hari, sejak Jum'at (17/05/2024) hingga  Sabtu (18/05/2024) sore.

UKW itu dihadiri oleh  Komisi Kemitraan dan Infrastruktur Organisasi Dewan Pers, Asep Setiawan,  Ketua Komisi Pendidikan PWI Pusat (2023 - 2028) Marah Sakti Siregar, Perwakilan Unitomo Syaiful Anam, PWI NTB M Nasrudin Zen, Perwakilan IJTi  Ahmad Sudiono.

Baca Juga: Yuyung Pengusaha Muda Yang Jatuh Cinta Pada Dunia Jurnalistik 

Saat penutupan UKW, Ketua PWI NTB M Nasrudin Zen, membuka sambutannya dengan membawakan pantun.

"Beli kangkung di Mataram, selamat datang di kampung yang tenteram," kata Nasrudin, disambut tepuk tangan.

Nasrudin, memperkenalkan NTB sebagai daerah, yang dikenal sebagai pulau seribu masjid.

"Semoga nanti kawan - kawan bisa menuangkan dalam tulisan  feature," harapnya.

Pada kesempatan itu, dia menyampaikan bahwa Peserta UKW dari PWI, semula terdaftar sebanyak oleh 41 orang, sedangkan yang hadir 40 orang

"Dari 40 peserta itu, 39 peserta dinyatakan kompeten, sedangkan 1 orang belum kompeten," katanya.

Pada kesempatan berikutnya, Syaiful Anam, perwakilan dari Lembaga Pers Unitomo, menyampaikan bahwa dari hasil UKW, kemampuan wartawan di NTB sama dengan di provinsi lainnya.

Hanya memang dari yang terdaftar di Unitomo, 30 orang, tidak hadir 6 orang, sisa 24 orang, dari 24 orang, yang mengikuti UKW Muda 19 orang, dan UKW Madya 5 orang.

"Peserta yang tidak lolos, karena datang terlambat lebih dari satu jam, bagi yang mengikuti dari awal dinyatakan semua kompeten," tegasnya

Berdasarkan tahapan UKW yang telah dilaksanakan, Anam  mengingatkan bahwa wartawan bukan hanya harus menguasai pengetahuan, kepandaian, terampil menulis dan menyiarkan namun juga perlu juga disiplin

"Bagi yang sudah dinyatakan kompeten, kami berharap menjadi contoh bagi yang belum mengikuti UKW," ujarnya.

Saat menyampaikan laporannya, Ahmad Sudiono, perwakilan IJTI juga membuka dengan pantun.

"Kerajaan Berjaya di Masa Lalu, Kalau ke Mataram tidak lengkap tanpa membawa madu," ucapnya.

Baca Juga: Saat UKW di NTB, Jamaludin Abdullah: Penguatan Literasi Membangun Peradaban

Sudah kesekian kali IJTI melaksanakan UKW, kata Sudiono tidak ada yang baru, karena mengalami setiap hari.

"Hanya mungkin karena menghadapi penguji, maka para peserta agak grogi," ujarnya.

Secara keseluruhan anggota IJTI sekitar 3000, telah mengikuti UKW 1938 orang.

"Sedang yang ikut pada UKW kali ini sebanyak  6 peserta, sebagian besar dinyatakan  kompeten," ujarnya.

Komisi Kemitraan dan Infrastruktur Organisasi Dewan Pers, Asep Setiawan, menyampaikan bahwa dari sekira 50 ribu wartawan, sebanyak 27.768 wartawan sudah tersertifikasi.

"Setelah mengikuti UKW muda, kami berharap terus ditingkatkan berikutnya," ujarnya.

Karena Wartawan menurutnya merupakan aset nasional, dalam mengawal demokrasi, informasi, kontrol sosial.

Baca Juga: Ini Dua Alasan Dewan Pers Menolak Revisi UU Penyiaran

"Sehingga Wartawan sangat dibutuhkan bagi para pemangku kepentingan, bukan hanya pada level nasional, bahkan  di lembaga internasional ," ujarnya.

Untuk itu, Asep berpesan agar Wartawan jangan merendahkan profesi dengan melakukan tindakan yang tidak etis,

"Seperti banyak kasus yang terjadi, misalnya pemerasan, penyalahgunaan, sehingga wartawan bisa menjaga Marwah," pesannya.

Menurut Asep, melalui UKW wartawan dapat meningkatkan kapasitas dan  profesionalisme nya.

"Untuk itu hendak nya tidak berhenti, untuk terus belajar, tetap punya cita cita yang baik dibidang masing masing, sehingga dapat memperluas hubungan. Dengan demikian maka pengguna kita juga menghargai kita," tegasnya.

Diujung sambutannya, Asep menyampaikan bahwa Jurnalistik kian  mengarah kepada multi platform jurnalism,  vidio jurnalism dan AI Jurnalism.

"Tetapi jangan sampai pemanfaatan AI digunakan untuk  plagiat, tetapi gunakan sebagai  sumber data," ujarnya. (MMT)

Editor : Miftahul Rachman