Anugerah Kebudayaan PWI Pusat 2023, Dorong INOVASI Kebutuhan Pokok

Reporter : -
Anugerah Kebudayaan PWI Pusat  2023, Dorong INOVASI Kebutuhan Pokok
ilustrasi Sembako

 

JAKARTA (Jatimupdate.id) -Anugerah Kebudayaan PWI Pusat  2023, Dorong INOVASI Kebutuhan Pokok. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Sulawesi Utara dan beberapa dinas kabupaten/kota, yang hadir saat sosialisasi Anugerah Kebudayaan (AK)PWI Pusat 2023, mempertanyakan kebaruan apa yang ada pada AK-PWI Pusat pada perayaan Hari Pers Nasional (HPN) di Medan, Februari 2023 nanti.  

Baca Juga: Apresiasi Polres OTT Oknum Wartawan Pemeras Kades, PWI Pamekasan: Tidak Ada Istilah Cabut Aduan!

Dengan tegas Ketua Pelaksana AK-PWI Yusuf Susilo Hartono menjawab, kebaruan itu ada pada tema yang diajukan kepada para bupati/ wali kota yang ikut acara ini, yaitu inovasi. Lengkapnya   adalah “Inovasi pangan, sandang dan papan berbasis informasi dan kebudayaan (kearifan lokal)".

Tema inovasi tersebut diurai dalam sub tema inovasi.   “Inovasi Pangan Berbasis Kearifan Lokal dan Informasi Global  Menuju Swasembada”, kedua, “Inovasi Sandang yang Berkepribadian Berbasis KearifanLokal dan Informasi Global”, dan ketiga “Inovasi Papan Berbasis Kearifan Lokal, Keselarasan dengan Alam dan Informasi Global”.

“Bupati / wali kota cukup memilih salah satu saja yang menonjol di daerahnya," papar Yusuf yang membidani dan melaksanakan acara ini sejak pertama era Ketua Umum PWI H. Margiono (alm) pada HPN 2016 di Lombok, berlanjut era Ketua Umum Atal S.Depari, pada HPN 2020 di Banjarmasin, HPN 2021 di Ancol, Jakarta, HPN 2022 di Kendari, dan HPN 2023 mendatang di Medan, Sumatera Utara.

Reka baru

Dalam sosialisi via daring, Jumat, 19/8/2024, Yusuf menekankan makna  “inovasi”. Bahwa,  yang dimaksud dengan inovasi adalah reka baru, yang dapat diartikan sebagai proses dan/atau hasil pengembangan,  pemanfaatan/ mobilisasi pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk, proses, dan/atau sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan,” ujarnya.

Baca Juga: Kantor PWI DIY Akan Dirobohkan Akan Dibangun Grha Pers Pancasila Empat Lantai

Ia mengingatkan, bahwa  produk pangan lokal Indonesia sangat melimpah. Sayangnya kita terfokus pada beras sehingga bergantung pada impor. Pada hal kalau kita mau menyadari bahwa setiap daerah memiliki kearifan lokal dalam keragaman pangan, dan mau melakukan inovasi dengan teknologi dan informasi, maka beragam produk pangan lokal tersebut, sangat potensial mewujudkan kemandirian pangan suatu daerah, yang pada gilirannya kemandirian negara.  "Dengan sendirinya akan mempercepat tercapainya ketahanan dan swasembada pangan nasional," tandasnya.

Berkaitan dengan subtema sandang, ia menjelaskan, bukan sekadar pakaian sebagai penutup tubuh, akan tetapi lebih jauh daripada pakaian sebagai identitas diri, kedaerahan dan kebangsaan. Kita tahu, pemerintah terus berkomitmen mewujudkan kedaulatan sandang  melalui Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (GBBI). Dalam mewujudkan sandang sebagai ekspresi nilai, identitas, dan gaya hidup, banyak daerah mengembangkan desain motif. Juga menanam (kembali)  berbagai pohon untuk pewarnaan alami. Sekaligus menghijaukan lingkungan. Juga melakukan berbagai inovasi terkait industri sandang: mulai dari produksi, marketing, pemasaran, hingga penjualan, secara luring maupun daring.

Sedangkan subtema papan, menekankan pada basis kearifan lokal, keselarasan dengan alam dan informasi global. Hal ini agar, pada zaman yang terus berubah, per(rumah)an, per(kantor)an, per(hotel)an, per(sekolah)an, tempat ibadah, pasar dan lain-lain, tidak semata fungsional dan ‘ngetren’, melainkan tetap menjadi jiwa (ruh) bagi penghuni, daerah, hingga bangsa. Inovasi arsitektur modern yang ‘menusantara’ dan kebijakan yang mengutamakan identitas dan keselarasan dengan lingkungan alam, merupakan sebuah jalan keluarnya,” tandas Yusuf.  

Pendaftaran hingga November

Baca Juga: Kanwil Kemenkumham Beri Penghargaan PWI Jatim di Hari Bhakti Imigrasi ke 74

Menjawab pertanyaan peserta sosialisasi,   Yusuf menjelaskan syarat pendaftaran. Pertama, bupati dan/atau walikota yang masih aktif, tidak sedang berurusan dengan KPK, dan masa kerjanya belum habis pada saat AKP-PWI 2023 berlangsung hingga 9 Februari 2023. Kedua, mendaftarkan diri dengan terlebih dahulu mengisi formulir pendaftaran yang ada pada scan barcode atau https://s.id/AnugerahKebudyaanPWI2023. Ketiga, mengirim proposal sesuai subtema pilihan, sepanjang 25 halaman, diperkuat secara visual dengan video berdurasi 7-10 menit. Via email: [email protected]. Keempat,  proposal dan video, dibuat atas nama bupati/wali kota yang diperkuat dengan pernyataan tertulis, bertandatangan, dan cap basah. Kelima, pendaftaran dibuka tanggal 1 Agustus hingga 1 November 2022.  

Tim Juri yang terdiri dari akademisi, wartawan senior, budayawan, hingga praktisi seni budaya akan memilih 10 terbaik proposal dan video. Lalu ke-10  bupati/wali kota terkait akan diundang ke Jakarta (PWI Pusat) untuk presentasi dan tanya jawab dengan Tim Juri , pada  7 - 8 Desember 2022. Para bupati/wali kota itu wajib berpakaian adat, dan diiringi pengurus PWI setempat. (Red)

 

Editor : Redaksi