Catatan Mas AAS

Menulis Adalah Persaksian Atas Sejarah

Reporter : -
Menulis Adalah Persaksian Atas Sejarah

Dua malam satu hari berkegiatan di  Malang dan sekitarnya. Memulai dan mengeksekusi peradaban pribadi yang akan aku toreh di masa depan.

Siapa kita sangat tergantung dengan kerja-kerja nyata yang berani kita eksekusi hari ini. Lelah juga penat sudah saja mesti terjadi, tapi itu semua semacam menu makanan terenak yang bisa kita santap dari juru masak terhebat dari semesta.

Baca Juga: Ibu Bumi

Di UB urus kepastian untuk ujian sekolah. Di Malang untuk urus penerbitan alias pecah telur untuk buku pertamaku. Selama dua malam di UB dan Malang layaknya mengalami penantian malam pertama saja, cie cie cie. Berdebar- debar jantung juga rasa ini. Dahulu ingin kuliah S3, apalagi buat sebuah buku sebagai sebuah legacy kehidupan, aku anggap mimpi di siang bolong karena biasanya mimpi itu dimalam hari, juga dinihari. Jadi serba tak mungkin, lupakan, dan tak perlu dibangunkan lagi keinginan lawas itu!

Saya sadar hanya dengan pendidikan  sajalah semua kemungkinan dan peluang itu bisa kita raih dan lakukan. Setidaknya melalui kuliah S3 ini aku bersyukur punyak banyak sahabat, teman, baik lama juga baru, serta jejaring dengan banyak komunitas dengan berbagai macam latar! Senang tentu saja. Namun lebih daripada itu jejaring persahabatan itu membuka peluang kolaborasi untuk menggarap hal-hal besar di masa depan. Bisa kolaborasi kerjasama antar fakultas dan kampus. Bagaimanapun aku memiliki keinginan besar untuk berkontribusi bagi kemajuan dan kebesaran kampusku dimana aku mengabdi di situ sekarang ini yaitu ITB YADIKA Pasuruan. 

Di antara jejaring perkawanan yang aku miliki. Bagaimanapun aku merasa bersyukur sekali, aku banyak memiliki sahabat yang bertekun dalam dunia literasi tepatnya penikmat dan pemahat huruf yang masuk dalam katagori bukan kaleng-kaleng. Salah satunya adalah Kang Lutfi pegiat literasi di kota Malang plus pengusaha juga di bidang penerbitan. Dan salah duanya adalah kang Yusri, akademisi, penyair, juga pemahat huruf kampiun dari UB, teruji dan terbukti dengan banyak buku yang sudah dihasilkannya!

Baca Juga: Menjadi Seorang kader Itu Pilihan Bung!

Seperti mengalami keberuntungan yang berulang. Kedatangan saya ke Malang kemarin. Jujur untuk urusan urusi masalah domestik saya sebagai mahasiswa program doktoral di FE UB. Tapi tidak saya duga sebelumnya, calon bayi pertama saya dalam bidang literasi sudah lahir, draft sudah jadi, cover juga, dan luar biasanya benar-benar digarap dengan sangat serius oleh penerbit intrans Malang. Indikator keseriusan salah satunya saya diundang untuk menghadiri podcast yang membahas soal buku pertama saya itu. Panel dengan tokoh hebat di kota Malang, seturut kepakaran yang mereka miliki, tapi tetap dalam perspektif dunia literasi!

Sepertinya kejadian yang aku alami di UB juga Malang. Mampu meyakinkanku secara tidak langsung, bahwa profesi sebagai fasilitator pendidikan, orang umumnya menyebut profesi itu adalah *dosen* pelan tapi pasti mulai aku cintai _tresno jalaran soko kulino_. Bisa jadi lewat kegemaran menulis, aku bisa melakukan banyak hal buat kampusku, buat orang-orang yang aku cintai, dan lebih daripada itu, adalah buat senior dan yunior ku yang selalu membantuku dalam memproses dan memoles diriku hingga bisa terbang sampai sejauh ini!

Baca Juga: Sastra Melembutkan Jiwa!

Buku dengan judul URIP IKU URUP adalah buku pertamaku. Dan aku berjanji tak akan berhenti hanya menghasilkan satu buku ini saja. Akan aku lanjutkan dengan terbitnya buku kedua, ketiga, keempat, sampai tak bisa aku hitung lagi. Apakah bisa? Apa yang tidak bisa kita lakukan di dunia ini, saat melakukannya dengan menggunakan hati juga mengandalkan sepenuhnya akan ridho Sang Illahi!

Di rest area Waru pada pagi ini. Aku berjanji, amin!

Editor : Redaksi