Catatan Mas AAS

Kita itu Sering Tidak Menikmati Hidup

Reporter : -
Kita itu Sering Tidak Menikmati Hidup

"Jangan lupa bahwa bumi senang merasakan kaki telanjangmu dan angin rindu bermain dengan rambutmu!" (Khalil Gibran)


Kenapa bisa begitu mas AAS. Ya, kerena polah nya pikiran kita yang begitu lincah laksana monyet yang bergerak ke sana dan ke mari tak tentu arah yang pasti. Pingin ini, itu, mau seperti ia, dia, dan pikiran berpikir sepertinya mudah saja! Orang lain memperolehnya.

Baca Juga: Menjadi Seorang kader Itu Pilihan Bung!

Meraih jabatan cepat, mendapat kekayaan berlipat mudah, dan membangun jejaring, koneksi, geraknya lancar. Tak mau atau sedikit berpikir, bahwa semua itu kudu dilalui step-stepnya. Pingin cepat saja semuanya. Ada prosesnya kawan. Terlalu mudah dan cepat kadang gak enak, nasi bisa gosong kalaulah matang kemletis ora enak dipangan! Karena apinya terlalu kebesaran.

Hidup kebanyakan manusia itu tidak lama di dunia ini sekira 80-90 lalu ada surat panggilan dari malaikat yang bertugas berisi informasi panggilan pulang ke kampung keabadian, dan kita tidak bisa menolak panggilan surat itu, hukumnya fardu ain bukan sunah. Nah, kalau semua terlalu cepat, lupa menikmati prosesnya kan sayang hidup di dunia ini. Sebab cerita dan karya yang kita lakukan selama di dunia ini, nanti akan kita laporkan ke juragan saat pulang, dapat nilai bagus kan lumayan, kalau nilainya jelek bakalan ngulang! Dan ngulang ujian hidup itu tak enak kawan, ngulang mata kuliah saja makan waktu, tenaga, dan duit, apalagi ngulang kehidupan, peh bisa tekor besar nanti! Emang iya, menjalani proses melewati step yang sudah ditetapkan sistem oleh manusia dan sistem oleh semesta itu tidak enak, terasa sakit dan melelahkan, karena kudu sesuai SOP (standar operasional prosedur). Tapi, bukankah sejarah hidup kita masing-masing ini, kalau kita mau mengingatnya kembali, sesuatu yang nikmat itu akan dialami sesudah mampu dan lulus melewati step kehidupan yang sudah dibuat!

Ada cerita suka, duka, yang bisa kita kisah kan kemudian hari. Cerita itu jadi alarm juga cermin bagi diri sendiri saat alami up & down kehidupan. Apabila ditulis bisa jadi inspirasi bagi para pembacanya!

Baca Juga: Sastra Melembutkan Jiwa!

Meski aslinya penulis juga terjangkiti virus ingin cepat saja menjalani proses yang dilaluinya, soal urusan studinya barangkali, eaeaea. Kalau bisa dipercepat kenapa mesti diperlambat agar bisa menjalani proses kehidupan yang lainnya! Anda juga demikian bukan? Jangan munafik lho ya, meski dalam konteks dan konten yang berbeda! Tapi, ada tapinya sih. Janganlah suka membandingkan diri ini dengan kehidupan yang dialami orang lain. Manalah matahari dan bulan, mampu dibandingkan satu sama lainnya, dimana saat terbitnya saja sudah berbeda. Matahari terbit saat pagi, dan bulan saat malam! Permisallan lakon dan proses tiap-tiap manusia kan juga tidak sama!

Sebenarnya tulisan ini juga dibuat oleh penulis. Setelah mengintip obrolan yang beredar di WAG juga tadi! Entah kenapa, membaca, menonton, dan mendengar pikiran yang negatif, apalagi ada nuansa julid bin nyinyir spontan rasa langsung muncul alarm, dan kirim pesan ke pikiran untuk memberi perintah ke seluruh indera skip saja semuanya itu berita, pesan, tulisan , dan meme yang ada!

Baca Juga: Inspirasi Pagi

Kebiasaan untuk mencoba fokus pada satu trek tertentu semisal selalu selaras seturut energi alam yang murni. Apabila cross dengan energi bawah yang muncul langsung feedback dari dalam. Ada benarnya juga, bahwa semesta ini sejatinya berupa pendaran-pendaran energi manusianya saja, getaran dan frekwensi yang sama akan sambung bertemu. Apabila berbeda pasti ada penyesuaian seperlunya!

Dalam level tertentu. Penulis menyadari satu hal, bahwa menikmati hidup dengan mencoba dan berani menjalani proses kehidupan, step by step adalah cara paling efektif untuk menyatu dengan energi semesta ini, tidak mau atau protes bisa keblangsak terkungkung berada pada energi bawah terus menerus seperti: malu, sedih, apatis, tidak ada empati dlsb. Berbekal kepasrahan yang diiringi oleh kesadaran yang murni dari dalam diri sendiri. Diharapkan semuanya akan berakhir dengan indah seturut waktuNya! Jadi tugas kita itu hanya satu saja di dunia ini, menikmati proses lalu berbahagia, sebahagia-bahagianya, karena itu perintahNya. Tidak mau, disuruh cari bumi yang lainnya. Njih Gusti, kulo pun manut mawon dateng panjenengan!

Editor : Redaksi