Catatan Mas AAS

Juru Parkir Punya Mimpi Besar

Reporter : -
Juru Parkir Punya Mimpi Besar

"Dalam hidup, setiap momen dipenuhi dengan kebahagiaan yang hanya perlu kita lihat dan nikmati!"


Mulai saja dahulu. Realisasi ide, buat lapak, bikin podcast, membaca artikel, dan kemudian menuliskan apa yang bisa dan sudah dikerjakan. Dan begitulah inspirasi senantiasa bisa diserap dari mana saja!

Baca Juga: Menjadi Seorang kader Itu Pilihan Bung!

Percikan pemikiran bagaimana seyogyanya manusia menjalani kehidupannya di  alam ngarcopodo ini. Diuraikan dengan baik dan sarat motivasi untuk melihat ke dalam diri sendiri, justeru terjadi bukan di dalam bangku kelas kuliah juga di dalam kampus. Lalu di mana oase pengetahuan tadi saya peroleh? Di pinggir jalan, bertemu dan guyon maton dengan  jukir (juru parkir) , di sekitaran Oro-Oro Dowo Malang!

Bukan juru parkir biasanya. Terima uang lalu gerakkan tangan sedikit dan bilang hip-hop saja, kepada setiap kendaraan yang mau parkir, untuk beli bakso di Cak Toha.

Awalnya sih penulis menganggap biasa. Apa anehnya dengan si jukir. Sudah memberi aba dan atur parkir ditempat yang benar. Ya, sudah. Silakan sang sopir mau kemana. Menjadi rada aneh, saat aku perhatikan, si jukir lalu lanjutkan duduknya dan kemudian membaca buku kuliah berjudul "Manajemen Pemasaran Global". Yang benar saja, ini si jukir, pikirku.

Juru parkir, baca buku segala. Selidik ku. Tapi apa salahnya? Tapi aneh saja buku yang dibacanya, karena itu buku kuliah tentunya.

"Mas bro, awak mu kuliah ning endi," tanyaku spontan.

Si Jukir itu pun, ternyata mahasiswa beneran. Dan kampusnya tak jauh dari almamaterku dahulu UB. Gak perlu tunggu waktu lama," Nek ngono ayu mangan bakso sik yo?"

"Ndak usah, terima kasih pak,"ujarnya!

Terus lanjutan ceritanya bagaimana dengan si jukir? Begini, si Jukir tetap dengan pekerjaannya. Tapi justeru setelah makan bakso dari Cak Toha, aku lanjutkan  cangkruk sebentar dengan si jukir. Ia sedang susun skripsinya, dan rada kaget lagi. Si jukir aneh ini punya _kelangenan_ yang sama dengan penulis yaitu sering corat-coret aksara lewat gawai nya jadi sebuah tulisan yang disimpan saja, untuk ia baca sendiri. "Lho upload saja tulisan kamu di media sosialmu mas," kataku.

"Malu dan takut pak."

"Takut apa?"

"Takut dibully ya?"

"Iya pak," katanya!

Penulis tidak ingin meyakinkan sama si jukir, untuk sebarkan karyanya. Karena lambat laun, penulis yakin, si jukir ini akan memiliki sikap dan keberanian yang berbeda! Ini hanya soal waktu saja.

"Awak mu rutin menulis ya?"

"Iya pak."

Baca Juga: Sastra Melembutkan Jiwa!

"Apa topik yang biasa kamu tulis, dan kamu baca sendiri itu?"

"Ya tema keseharian, kehidupan sehari-hari yang saya alami pak," tegasnya.

Mendengar jawaban si jukir. Aku yang gantian malah ndelongop. Aku tadi seharian di UB malah tidak bertemu inspirasi yang semacam si jukir ceritakan.

Karena posisinya Malang tadi sore sedang hujan. Jadi obrolan saya dengan si jukir tidak bisa berlangsung lama. Aku segera masuk gerobak dan pamitan untuk pulang ke Surabaya.

Dan jemariku sudah kadung gatal. Buat dokumentasikan apa yang tadi aku alami saat bertemu dengan si jukir. Dari si jukir lah, banyak inspirasi dan kebijaksanaan hidup aku peroleh. Dan aku sempatkan parkir sejenak di Rest Area Pandaan KM 66, untuk menulisnya.

Si jukir anak yang melek teknologi dan anak yang introvet. Perlu sedikit kesabaran, untuk membuat banyak ngomong tentang dirinya, tentang harapannya, dan juga tentang cita-citanya. Dan waktu yang sejenak tadi, aku betul-betul menjadi pendengar yang aktif, saat si jukir berbicara banyak hal seputar skripsinya. Dan cita-citanya setelah lulus kuliah SI nantinya.

Kaget juga, si jukir mau lanjut kuliah S2. Spontan aku langsung jawab amin yang panjang sekali, sambil ku sedot dalam-dalam asap rokok garpit ku. "Tidak salah aku dengarnya ini mas?"

"Tidak pak, doakan ya pak," pintanya dengan serius!

Aku yakinkan dirinya bahwa cita-citanya pasti tercapai. Dan si jukir, sepertinya tidak percaya kalau ada orang yang mempercayai mimpinya itu akan tercapai nantinya.

Baca Juga: Inspirasi Pagi

"Tenang mas, aku percaya Anda bisa raih cita-cita itu. Karena posisi kita berdua tak jauh berbeda?"

"Maksudnya pak?"

"Kamu jadi juru parkir, sedang saya jadi ojek online, mas!"

"Masak pak, saya tidak percaya?"

Sekarang gantian si jukir yang tidak percaya dengan ceritaku. Dan aku kasihkan hapeku, lalu ia membuka aplikasi grab ku, dan eng ing eng. Tak berapa lama, akun grab ku, itupun berbunyi, nyantol, dapat orderan penumpang. Dan si jukir yang sekarang gantian _ndelongop_. Lalu aku cancel orderan itu, karena aku bawa gerobak tidak bawa si bejo motor Mio ku!

Seharian ini di UB juga Malang. Saya kira bertemu dengan si jukir tadi lah yang membawa kisah aneh tapi nyata.

Wis mas bro, pasang target mimpi yang tinggi, untuk masa depan kamu dan yakinlah itu akan tercapai. _"Aku pamit sik mulih Suroboyo yo!"_

Aku tinggalkan si jukir kemudian. Ia lanjutkan pekerjaannya. Dan aku sendirian di dalam gerobak ku dengarkan lagunya Ben E. King, Stand By Me.

Editor : Redaksi