Catatan Mas AAS

Ini Jawaban Saya Mbak Novi Berlian

Reporter : -
Ini Jawaban Saya Mbak Novi Berlian
Catatan Mas AAS

Saya sendiri untuk mengaku sebagai penulis tidaklah berani secara lugas menjawabnya. Apabila ada pertanyaan," apakah Anda penulis?"

Saya kira lebih tepatnya cara saya menjawab adalah, saya memiliki kegemaran menata huruf-huruf secara sederhana, saya coba rangkai kata yang sudah saya pilih itu menjadi sebuah kalimat, lalu dari kalimat tersebut saya gunakan untuk menuangkan setiap paragraf dalam sebuah tulisan dari kejadian sehari-hari yang saya alami. Entah kejadian senang, sedih, atau keduanya sekaligus.

Baca Juga: Menjadi Seorang kader Itu Pilihan Bung!

Saya mengakui dari pengalaman empiris yang kerap saya alami. Menulis adalah sebuah terapi yang menyehatkan tubuh.

Sehingga dari kegiatan semacam itu, yang awalnya hanya coba-coba menganyam aksara secara terpaksa di awalnya, lalu kok enak, saya teruskan lah kemudian kegiatan itu hingga sekarang. Menulis untuk mengabadikan sebuah momen, dan sebagai saksi sebuah sejarah!

Bisa jadi soal genre dalam saya membuat tulisan. Saya pribadi diinspirasi bagaimana seorang wartawan di dalam menyampaikan berita yang ia dapatkan di lapangan dengan tulisan-tulisan yang dibuatnya.

Lalu oleh pimpinan redaksi diminta segera ditulis, informasi yang ia peroleh. Sering sebuah berita itu ditulis oleh si wartawan dengan polanya yang khas, berisi soal: apa, siapa, kapan, mengapa, dimana, dan bagaimana. Mungkin lebih dikenal dengan konsep menulis ala 5WIH. Jadi berita itu bisa dibaca dengan jelas apa isi dan maksudnya oleh para pembaca yang budiman.

Meski di dalam menulis, pola 5WIH itu kerap tidak secara disiplin saya gunakan di dalam setiap tulisan yang saya buat. Tapi secara jujur harus saya katakan, saya kerap terinspirasi menggunakan teori itu.

Baca Juga: Sastra Melembutkan Jiwa!

Selain itu konsep _free writing_ yang biasa saya lakukan dan mewarnai setiap tulisan-tulisan yang saya buat. Apa yang dilihat, dirasakan, didengar, apalagi ada emosi saya terlibat di peristiwanya. Secepat kilat tulisan itu jadi saya tulis melalui kedua jempol saya di atas gawai yang saya gunakan untuk menulisnya. Kadang kegiatan editing lupa saya lakukan secara mendalam di setiap tulisan yang saya buat, tapi itu dahulu. Namun, seiring bertambahnya jam terbang di dalam menenun huruf-huruf latin yang begitu rutin saya lakukan dalam setiap harinya. Saya mulai menyadari untuk membaca ulang tulisan yang sudah saya tulis, beberapa kali terlebih dahulu, sebelum saya share.

Saya kira, yang perlu juga saya sampaikan adalah kebiasaan menulis ulang. Saya senang sekali membaca tulisan dari penulis terkenal tepatnya dari penulis idola saya. Ada banyak nama di antaranya ada Romo Sindhunata, Eyang Ahmad Tohari, Kang Mohamad Sobari, dll. Tulisan dari para penulis terkenal itu, usai saya baca. Biasanya saya banyak mendapat pemahaman serta insight yang bernas. Bagaimana cara penulis itu memulai membuat paragraf awal di tulisannya, memilih pilihan kata yang tidak klise, menggunakan diksi yang kuat, disiplin memakai kalimat efektif, serta bagaimana sebuah tulisannya itu ditutup dengan kalimat yang cantik dan berbunyi sangat keras dan kuat di benak pembacanya. Hal itu benar-benar saya baca dan amati strukturnya. Dan biasanya langsung saya praktikkan ilmunya, untuk menulis. Meski saja, itu tidak mudah. Tetapi saya percaya _practice make perfect_.

Saya kira begitu saja, Mbak Novi. Gambaran jawaban soal pertanyaan dari Mbak kepada saya, bagaimana pengalaman saya di dalam membuat sebuah tulisan. Apa yang saya alami sudah saya ceritakan di atas kiranya bisa dimengerti. Dan, saya kira nantinya akan saya ceritakan ulang, dan tentunya dibarengi dengan praktik ya Mbak. Pelatihan nanti akan saya sampaikan, dengan gaya guyon maton parikeno di dalam kelas workshop kepenulisan yang diadakan oleh tim nya Mbak Novi.

Sebagai penutup. Tidak mungkin kita bisa menulis dengan baik, apabila kita tidak mau membaca. Jadi sebagai penulis harus senang membaca lalu apa yang sudah dibaca seyogyanya ditulis. Jadi kegiatan membaca dan menulis adalah satu paket. Keduanya adalah keterampilan yang terus-menerus kudu dilatih dan ditempa secara Istiqomah!

Baca Juga: Inspirasi Pagi

Demikian, mbak Novi. Terima kasih.


Salam literasi...????????????

AAS, 03 Desember 2022
Taman Bungkul Surabaya

Editor : Redaksi