Catatan Mas AAS

Bangkitlah Dan Lawan

Reporter : -
Bangkitlah Dan Lawan

"Keberanian sebenarnya bagaikan layang-layang, sentakan angin yang menentangnya bukannya melemparkan ke bawah, bahkan menaikkannya!"


Hanya Dia yang penulis andalkan di dalam hidup ini!

Baca Juga: Menjadi Seorang kader Itu Pilihan Bung!

Dari Kota Pahlawan saya ucapkan selamat malam. Semoga berkah Tuhan senantiasa meruah pada kita semua.

Mari bernyanyi mengenang kembali masa kanak-kanak kita. Cublak-cublak suweng, gundul-gundul pacul, sesekali bintang kecil di langit yang tinggi kala petang datang hingga jelang malam, lagu-lagu tersebut membayang dinyanyikan kembali di labirin ingatan memori. Memanggil kenangan itu, terasa riweh di kedalaman bilik jiwa malam ini!

Untuk membuatnya menjadi jernih di ingatan, butuh keheningan yang cukup untuk mengurainya satu demi satu. Atas semua peristiwa yang sudah terjadi.

Seharian tadi di kampus UB Malang. Ada banyak kisah serta cerita tentang anak manusia yang layak untuk dibaca, dipelajari, serta dimaknai. Sebagai cermin sebuah dinamika hidup! Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak layak untuk dimenangkan. Dan berpikir secara rasional, tentang apa yang kita mau juga tentang apa yang kita tidak suka meski berat disampaikan. Harus dilakukan!

Apalagi bangunan ekosistem sosial kita. Kerap dibingkai oleh kultur harmoni, yang sarat pemahaman dan olah roso agar mampu meletakkan sesuatu sebagaiman semestinya.

Disclaimer nya bahwa bisa berpikir rasional, dan mendudukkan sesuatu sebagaimana adanya. Bagi sebagian besar orang mesti dilatih secara terus menerus. Layaknya sebuah keterampilan akan kemampuan tertentu yang ingin diraih. Keterampilan menulis bisa jadi.

Penulis berkeyakinan, tidak ada itu manusia pintar di muka bumi ini. Yang ada hanyalah repetisi pengulangan secara terus menerus melakukan sesuatu hal dalam bidang yang sama. Sampailah seseorang itu layak menyandang mampu atau bahkan bisa disebut orang pintar di sebuah bidang tertentu! Tanpa mau melakukan pengulangan akan seterusnya menjadi manusia yang setengah-setengah saja tidak lebih. Dan jangan marah apabila Anda dianggap tidak ada.

Baca Juga: Sastra Melembutkan Jiwa!

Pertanyaan besarnya? Memilih satu bidang yang akan dikerjakan dalam waktu yang lama secara terus menerus, adalah persoalan klasik kita bersama yang tidak pernah secara yakin dan percaya diri mampu kita jawab secara lugas. Entah apa pasalnya. Mungkin pembaca bisa bantu penulis menjawabnya!

Dalam obrolan dengan berbagai kawan dengan berbagai topik dan juga latar kepentingan. Selama seharian ini tadi di kampus UB Malang. Penulis menjadi sadar. Bahwa belajar itu memanglah tak boleh berhenti, itu satu sisi. Sisi lain taruh dahulu itu perasaan dan gunakan pikiran, untuk berpikir secara rasional, kalaulah perlu berdebat dengan keras, kenapa tidak. Apabila sebuah solusi yang ingin dicari tidak bisa ditemukan. Karena ada kesombongan berpikir yang dilakukan oleh manusia yang merasa dirinya terlalu pintar. Apabila kepintaran ini dibangun oleh sebuah kehendak ingin diakui sebagai manusia hebat pilih tanding! Apapun yang terlalu berlebihan di atas bumi ini hemat penulis tidak baik. Tidak ada kata lain selain lawan itu pikiran kerdil, takut, bodoh, yang menghinggapi diri sendiri!

Menurut hemat penulis. Zat yang maha hidup itu pun, tidak akan bangga apabila melihat manusia itu lemah. Tidak berikhtiar melakukan sesuatu untuk merubah keadaan yang dialaminya. Berbekal rasa yakin akan pertolonganNya, layaknya manusia itu kudu obah disek! Dan akhirnya terbukti kembali obah yang dilakukan menghasilkan sesuatu pada hari ini tadi!

Ini semua, tidak mudah dilakukan semudah layaknya kalimat ini saat ditulis melalui hape di markas besar penulis di Taman Bungkul Surabaya malam ini! Tapi sudah menjadi sebuah rumus abadi, hanya manusia itu sendiri yang kudu merubah sesuatu yang ada di dalam dirinya, dan Sang Pemilik Semesta itu akan merubah takdir hidup yang akan dialaminya. Sekali lagi nasib adalah tanggung jawab sepenuhnya manusia. Jadi beranilah menjadi seorang manusia itu, obahlah jangan jadi manusia penakut apalagi pengecut, meratapi keadaan. Dan ada kalanya ketegasan itu menjadi sebuah indikator yang kuat tentang sebuah keberanian.

Baca Juga: Inspirasi Pagi

Dan di Taman Bungkul inilah. Penulis dididik sangat lama oleh kehidupan ini, agar tidak cepat lembek apabila ketakutan itu menghampiri diri, lalu berhenti surut langkah untuk maju. Malam ini, penulis sangat bersyukur, pernah diijinkan olehNya mengalami akumulasi pengalaman hidup yang acap kali, menguras eksistensi diri. Kadang di atas, di lain waktu juga di bawah, saat menjalani lakon hidup di kehidupan ini. Gengsi yang kadang muncul di dalam benak ini. Saat tertentu memanglah perlu dibuang ke laut saja! Manusia tidak akan kenyang makan dengan sesuap gengsi yang dipertahankan agar citra diri tetap bertahan, Anda boleh juga marah kok.

Kalau sudah di markas besar, sering penulis jadi spontan memiliki keberanian untuk menampar pongahnya kehidupan. Pengalaman selalu mengajarkan ilmu yang terbaik.

Matur Nuwun Gusti. Malam ini di markas besar saya di Taman Bungkul Surabaya. Penulis ingin kembali bersujud bersenandung indah untukMu. Alhamdulilah atas kehidupan yang telah Engkau berikan, dan tentunya pengalaman terindah yang sudah diberikan selama ini. Setidaknya bisa mengalahkan ketakutan yang dialami oleh diri sendiri pada saat itu, saat ini, dan saat mendatang, harapannya, amin!


AAS, 05 Desember 2022
Taman Bungkul Surabaya

Editor : Redaksi