Nilai Ekspor Turun

Ancaman Resesi Global Dirasakan Perajin di Ngawi dan Pacitan

Reporter : -
Ancaman Resesi Global Dirasakan Perajin di Ngawi dan Pacitan
Direktur Utama PT MAS Hendra Susena saat menujukkan tas anyaman yang diekspor ke pasar Amerika dan Eropa

ANCAMAN  resesi global 2023 dan menurunnya kegiatan ekonomi di negara maju seperti Amerika Serikat (AS) makin terasa kuat. Bahkan, dampak negatif dari melambatnya pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat Amerika sudah dirasakan perajin di Ngawi dan Pacitan, Jawa Timur.

“Omset penjualan produk-produk handicraft ke Amerika dan Eropa 2022 turun cukup besar, karena ekonomi di negara-negara tersebut sedang slow down, melambat. Akibatnya, petani, perajin, dan pemasok, yang menjadi mitra kami ikut terkena imbasnya,” ujar Direktur Utama PT Multiyasa Abadi Sentosa (MAS), Hendra Susena, Senin (30/01/2023).

Tahun 2021, ekspor handicraft PT MAS mencapai Rp 78 miliar. Tahun lalu, nilai ekspornya turun dratis menjadi Rp 52 miliar. Sekitar 70 persen negara tujuan ekspor adalah Amerika dan 20 persen negara-negara di Eropa. Tahun 2022, banyak buyer membatalkan pembelian dan atau meminta penjadwalan waktu pembelian serta meminta diskon.

MAS, peraih penghargaan Upakarti 2022 adalah perusahaan eksportir handicraft, produk kerajinan untuk perabotan rumah tangga dan dekorasi rumah dengan bahan baku alami dan limbah. Belakangan ini, konsumen di Amerika dan Eropa makin menyukai produk handicraft buatan Indonesia, karena dianggap natural dan unik. Keunggulan lain karena menggunakan material ramah lingkungan serta memiliki semangat go green, seperti rumput mendong, pelepah pisang, eceng gondok dan sebagainya.

Eksportir handicraft bisa menembus pasar Amerika dan Eropa, jika berhasil melewati persyaratan ketat. Tidak cukup hanya memiliki produk yang berkualitas tinggi dan inovatif, tapi harus juga mengedepankan kesejahteraan perajin dan lingkungan kerja yang sehat. Sebut saja itu sebagai model bisnis go green.

MAS sudah “mengadopsi” spirit go green tersebut dimana saat ini telah melibatkan sekitar 3.100 perajin dan 92 suplier mitra binaan di berbagai daerah di Pulau Jawa---guna mendukung kegiatan ekspor produk-produk kerajinan bernilai tambah tinggi.

“Ini sesuai dengan misi kami. Kami ingin menjadi perusahaan yang berkelanjutan secara ekonomi, lingkungan dan sosial. Fungsi sosial diwujudkan dengan memberi pelatihan dan pekerjaan agar mereka dapat meningkatkan ekonomi keluarga,” ujar Hendra Susena.

Di Amerika, MAS bermitra dengan sejumlah perusahaan ritel terkemuka. Salah satunya dengan “Pottery Barn”, situs jual beli perabotan rumah tangga.  Pottery Barn memiliki jaringan toko fisik di negara-negara bagian AS.

MAS juga bermitra dengan “West Elm” yang bermarkas di San Fransisco, California, AS, dan memiliki ratusan toko fisik serta e-commerce. West Elm khusus menjual furnitur dan aksesori rumah.

Pacitan dan Ngawi

Sementara untuk memperoleh bahan baku berkualitas, MAS bekerja sama dengan petani dan perajin rumput mendong (fimbristylis umbellaris) di Desa Mujing, Nawangan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, yang difasilitasi oleh pemerintah desa setempat. MAS memberi bantuan bibit tanaman mendong.

Dengan adanya sentuhan kreativitas, kini rumput mendong tak hanya dibuat menjadi tikar, tapi diolah menjadi produk handicraft yang unik--seperti keranjang-- untuk dipasarkan langsung ke konsumen di negara-negara maju lewat platform e-dagang asal AS, Inggris, Spanyol dan Australia. Kerja sama itu dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan perajin mendong.

Di Ngawi, Jawa Timur, perusahaan handicraft ini menjalin kerja sama dengan perajin bonggol kayu jati. Bonggol kayu jati yang berasal dari hutan di Ngawi itu memiliki bentuk unik. Produk setengah jadi dari Ngawi itu, selanjutnya mendapat sentuhan finishing dari perajin mesin di Sukoharjo, Jawa Tengah. Jadilah dia menjadi mangkok mewah dari bonggol jati.

Yulia Laksmindrawati, Marketing PT MAS, mengatakan, secara keseluruhan terdapat sekitar 22 kabupaten di Jawa yang terlibat dalam kegiatan ekspor handicraft tersebut. Oleh karena itu, ketika omset penjualan ekspor PT MAS turun, otomatis berdampak pula kepada para perajin dan suplier. “Semua perajin, petani, dan suplier berdoa, semoga resesi ekonomi global segera berakhir agar pekerjaan mereka pulih kembali,” ujar Yulia.

Tingginya inflasi dan anjlognya daya beli masyarakat di AS dan Eropa perlu disikapi dengan serius. Di antaranya dengan meningkatkan efisiensi dan daya saing agar bisa menekan harga jual produk handicraft. “Ini strategi kita untuk meningkatkan kembali omset. Upaya lain adalah mencari pasar ekspor baru, terutama ke negara-negara emerging market,” ungkap Hendra Susena. (Herry Sinamarata)

Editor : Redaksi