Catatan Mas AAS

Kulakan Kata

Reporter : -
Kulakan Kata
Sayur hidroponik mas AAS

Jujur, cara saya berkulakan kosakata selama ini untuk bahan membuat tulisan. Biasanya justeru saya dapatkan dari orang lain. Yaitu mengamati kegiatan yang dikerjakan orang lain! Lalu saya menyimak nya dengan saksama. Aktivitas mereka.

Caranya berbicara, caranya menulis, caranya bergurau, bahkan caranya  membuka sebuah obrolan ringan! Beragam aktivitas itu tak sekalipun luput dari perhatianku.

Baca Juga: Buku Baru Warisan Baru

Kadang saat ada kata asing, ungkapan yang jenaka, dan gaya parodi yang membuatku muncul decak kagum yang dibuat oleh lawan bicaraku. Spontan saya catat via gawai! Tidak satu, bahkan banyak. Karena tidak jarang di dalam satu hari yang sama. Aku banyak bertemu dengan banyak orang dengan latar yang tidak selalu sama!

Pejabat, intelektual, pegiat dunia malam, bakulan, ustadz, dan tak jarang kaum bromocorah juga! Asyik saja membaur dengan mereka!

Mengamati lalu menyimak mereka, adalah salah satu kesukaanku. Tak jarang banyak tulisan-tulisan aku buat, setelah bertemu dan berbincang dengan mereka.

Tidak itu saja, juga adalah fenomena sehari-hari yang tengah terjadi! Dan aku jadi saksi dan pengamat sebuah fenomena tersebut. Kegiatanku naik bus di Terminal Bungurasih saat mau pergi ke UB Malang. Mengamati obrolan para kru bus mulai sopir, kondektur, bikin aku bersyukur.

Wajah para mahasiswa di dalam kelas saat diriku mengajar. Antusias mereka, sikap mereka, tak jarang secara auto aku catat dahulu di dalam kepala. Usai kuliah, lalu sambil tunggu bus yang akan membawaku pulang ke Surabaya dari Bangil, aku tulis lah fenomena itu menjadi sebuah kisah!

Kisah mahasiswa dan dosen yang sedang gabut meraih masa depan hidupnya. 

Mau-mau saja. Si mahasiswa itu diajar oleh tukang sego goreng dan seorang ojek online. Dan mereka pun tahu, dan faktanya malahan senang-senang saja!

Seorang dosen gaul tak ayal sebutan itu sering dialamatkan kepada diriku oleh mahasiswa! Memang ada yang salah? Kadang aku bertanya kepada para mahasiswa itu di dalam kelas. Kenapa mereka mesti muncul rasa malu untuk jalani banyak hobi juga profesi!

Untung saja stereotip bahwa dosen itu harus bisa menulis dan suka dunia kepenulisan. Aku berhasil yakinkan itu kepada para mahasiswa di dalam kelas. Aku ajari mereka cara menulis sebuah tulisan agar mereka selalu diterima apabila menembak pacarnya! Kalau ini bercanda, tapi kadang iya juga sih. Mereka butuh cara menulis yang lugas dengan sedikit bumbu mendayu sedikit, yang biasa disenangi oleh wanita saat membacanya.

Kembali kita ke laptop lagi ya, becanda melulu mas AAS ini.

Baca Juga: Hidup adalah Mengenai Menerima dan Memberi!

Saya selalu ajak mahasiswa untuk menyukai dunia kepenulisan. Tidak saja mengajak, saya secara tekun memberi contoh kepada mereka. Karena setiap tulisan yang saya buat tiap harinya, para mahasiswa itu juga membacanya, karena saya share ke mereka.

Kenapa begitu? Karena selain materi kuliah yang harus dijelaskan dengan ceramah seturut RPS yang telah aku buat. Mereka para mahasiswa yang mengikuti kuliahku semacam ada tugas menulis, untuk tuangkan pikiran dan gagasan mereka terkait materi kuliah! Dengan cara ditulis, tidak saja dengan cara oral dan diskusi semata saja yang sudah ia dapat saat mengikuti kelas yang aku ampu.

Agar mereka insaf, tetap mencintai bahasa Indonesia ini. Tetap mencintai apa itu subyek, predikat, obyek, di dalam membuat sebuah kalimat. Faktanya mereka sudah abai soal itu. Jangankan mahasiswanya, dosen nya pun sudah lupa juga, termasuk penulisnya! Kalaupun menulis karena sebagai *beban* saja bukan dijalani karena muncul rasa senang dan rasa butuh untuk *menulis*.

Kembali ke laptop lagi!

Selain kulakan kosakata dengan cara di atas. Tak jarang aku selalu membaca dan menyimak semua status yang dibuat oleh para netizen di medsos. Kadang kata dan kalimat yang *mangkus* serta *sangkil* banyak aku temukan. Yaitu nama lain dari kata efektif dan efisien.

Terus tidak itu saja. Aku bergeser lagi untuk membaca buku yang bagus dari penulis yang bagus pula. Tak jarang aku menggunakan bantuan teknologi. Aku pun sering berselancar di mesin pencarian, buat unduh file PDF dari buku-buku yang bagus, biasa melalui *Pdf Drive*.

Baca Juga: Manusia akan Terus Bergerak Membangun Legacy di Dalam Hidupnya!

Biasanya selain suka cangkruk di warkop pada mode offline. Kalau di dunia Maya, aku cangkruk nya di situs-situs penulis idola!

Dan secara auto pikiranku mendownload kata-kata yang bernas itu. Tak jarang hal itu berguna sekali saat dipakai buat menulis. Kosakata yang sudah tersimpan di memori kepala akan keluar satu persatu saat dipanggil memorinya! Ketika dibutuhkan tentunya.

Penulis tanpa bacaan yang kuat. Tulisannya akan gersang bagai hutan yang tandus. Dan aku sadar hal itu!

Itulah cerita tentang kulakan kosakata dariku. Kalau Anda bagaimana caranya? Cerita ya di kolom komentar.


AAS, 31 Januari 2023
Emper Rumah Surabaya

Editor : Redaksi

Catatan Mas AAS

Inspirasi Pagi

Salah satu anugrah terbesar hidup itu ketika orang tua kita masih ada sampai kita dewasa, tentu tidak ada orang tua yang sempurna, tapi kita ada di dunia ini