Catatan MAS AAS

Narasi Kecil Usai Bertemu Kawan Lama

Reporter : -
Narasi Kecil Usai Bertemu Kawan Lama
kawan lama mas AAS

Tidak bisa aku sangkal bahwa sebuah gambar kehidupan telah mampu mendorongku secara spontan. Untuk menulis.

Dengan sudut pandang apapun dan dimanapun rangkaian aksara itu harus dibuat dokumentasi nya. Bisa dibuat sesudah atau bahkan selama kejadian, saat terlibat di sebuah pertemuan, ataupun peristiwa apapun.

Baca Juga: Ibu Bumi

Apalagi sudah terlibat emosi di situ. Tak ditulis bisa sakit kepala semalaman akhirnya.

Sehingga usai bertemu dengan Ratno. Aku sejenak andok mampir di warkop. Buat mengajak kedua jempol ini menari sejenak di atas gawai tuliskan semuanya.

Begini, bertemu kawan lama adalah sebuah anugerah. Sore ini tadi aku bertemu kawan seperjuangan kala dahulu sama-sama jadi pegiat aktivitas di dalam dan di luar kampus UB Malang saat itu. Sekira dua dasawarsa yang lampau!

"Piye sehat Rat, awakmu."

"Alhamdulilah Broto!"

Itu sapaan pembukaan. Sapaan selanjutnya tak perlu saya kisahkan dengan panjang juga lebar melalui tulisan ini!

Karena kita berdua sama-sama penyuka permainan yang sama. Yaitu permainan bola sembilan saat itu. Jadi sudah terbiasa saat main bilyar dengan speed tunjek poin ke bola atau rada main kuncian untuk melatih kecermatan dalam menempatkan bola sembilan yang ingin dimasukkan ke lubang. Jadi kita bertemu tidak untuk basa dan basi, tapi untuk berbicara bekerja dan mengeksekusi sesuatu.

Kawan lama ini sangat jitu membuat spot tembakan langsung bibir meja jauh untuk bola yang dibidiknya. Dan yang saya akui adalah ketelatenan yang terukur untuk sukses mencapai target-target kerjanya.

Cerita sedikit ngalor-ngidul di atas. Itu sebagai satu media buat kami berdua memanggil memori yang sama saat itu. Dan tak lupa aktivitas lainnya adalah bawa toa pengeras suara buat demo, dan tentunya tiap malam di ruang-ruang formal bagaimana melatih berpikir kritis itu selalu kita mamah menunya saban malam saat itu. Dalam panggung diskusi organisasi dimanapun saja. Lengkapnya begitu.

Aku tidak bisa menemani kawan lama ini di Surabaya sampai nanti malam bahkan hingga pagi nanti. Aku pamit sejenak kepadanya. Karena aku ada urusan domestik malam ini yang butuh fokus untuk saya selesaikan. Karena ini juga amanat organisasi!

"Rat, kapan awakmu Bali ngulon Jakarta?"

"Sesuk Broto!"

"Yowis, fongo dinongo. Ji pinuji yo, aku pamit sik!" Begitu aku berbicara kepadanya tadi saat pamitan pulang ke istanaku tercinta di Rungkut Surabaya.

"Suwun Broto!"

Ok sampai di situ saja. Bagaimana sebuah bunga-bunga memori masa silam kami panggil ulang, sebagai media membuat prolog obrolan yang asyik untuk bahan berbicara juga tentunya untuk ditulis! Kita lanjutkan sejenak cerita kecilnya ya. Para pembaca tulisan AAS yang budiman.

Baca Juga: Menjadi Seorang kader Itu Pilihan Bung!

Kami berdua memiliki spirit belajar yang sama-sama besar. Cenderung loss doll kami berdua sama-sama tidak takut untuk keras mendidik diri sendiri. Karena kami berdua sama-sama tahu dan paham. Untuk sukses dan berhasil itu butuh kerja keras bukan sebuah nostalgia semata yang selalu di glorifikasi. Setiap waktu!

Nah kami berdua bertemu di kota pahlawan sore tadi. Sejatinya secara substansial adalah bagian bagaimana kami ingin mewujudkan mimpi-mimpi besar kita saat itu saat berkecimpung dalam dunia aktivis di kampus, untuk terus berkarya dan berkontribusi membangun serta menciptakan kerja-kerja produktif. Baik bermanfaat untuk diri sendiri juga tentu harapannya melebar bermanfaat untuk umat.

Kami berdua sadar. Kami harus kuat dalam segala aspek dahulu. Agar bisa membantu orang lain serta umat, amin!

Secara karib lama ini sekarang sudah menjadi direktur lembaga survey nasional yang tengah naik daun. Yaitu lembaga survey INDOPOL.

Menengok ke masa silam kerjaan kami berdua tidak lain tiap hari hanya main bilyard, demo, dan kalau uang kiriman orang tua telat, cukup minum kecap pelepas rasa haus akan kopi karena tak mampu terbeli. Kuliah kadang jadi nomor dua. Soal IPK jangan tanya lagi mungkin sebutan nasakom nilai satu koma, kerap mampir di KHS kami berdua. Tapi sejarah tidak berhenti kawan.

Nasib orang di kemudian hari adalah misteri semesta. Kita tidak tahu akan mengalami peristiwa apa pada tiap fase di dalam perjalanan hidupnya. Dan akan berujung di mana?

Suatu ketika.

"Rat, sudah tak usah tengok sana dan sini lagi. Tegak berdiri besarkan saja Indopol ini, saya kira pilihan realistis. Begitu seorang ojek online bersabda memberi petuah kepada kawan lama ini, ups!"

Baca Juga: Sastra Melembutkan Jiwa!

"Ojo lali. Karo sekolahmu lanjutkan lagi. Masak direktur sebuah lembaga survey bonafide dan kredibel, di level nasional, cuman lulusan SI!" Dan sebentar lagi anak dari Kencong Jember ini akan menjadi seorang Sarjana Magister, dan kemudian lanjut masuk ke pendidikan program doktoralnya! Alhamdulilah.

Kami berdua sesama anak-anak nakal asuhan dunia yang tidak selamanya hitam dan putih saja. Sangat meyakini satu hal: bahwa hanya dengan pendidikan lah, adalah sebagai media membuka ruang-ruang kesempatan yang lebih luas di dalam hidup kami dimasa depan. Tinggal mau tidak membayar maharnya. Apa itu? Kerja keras dan semangat belajar yang tak kan pernah lapuk di dalam benak kami!

Dan mestakung itu pun terjadi. Semesta mendukung.

Meski persoalan privat juga publik. Tentu kami berdua pernah alami. Dengan caranya masing-masing kami berdua saling menguatkan pencapaian satu sama lainnya.

Saya kira persahabatan kami berdua di bijaksanakan oleh keadaan masing-masing yang pernah kami alami. Meski tidak jarang berbeda pendapat namun untuk kepentingan orang lain dan juga organisasi yang lebih besar. Tidak jarang kami berkolaborasi dan bekerjasama untuk wujudkan sesuatu. Sejarah mencatat itu.

Saya kira. Cerita narasi kecil ini. Khusus saya buat dan tulis sebelum saya tiba di rumah saya. Untuk memberi hadiah bagi persahabatan kami berdua. Ternyata usia persahabatan kami berdua sudah berjalan begini jauhnya, sejak pertemuan pertama di arena penerimaan mahasiswa baru saat itu di UB. Medio 90-an. Persahabatan dalam spirit guyon maton parikeno itu tetap berlangsung lestari hingga kini dan tentunya selamanya, amin!

Demikian.


AAS, 07 Februari 2023
Kota Pahlawan Surabaya

Editor : Redaksi