Catatan MAS AAS
Kuping Tipis

Menaksir kedigdayaan Anda sebagai pemimpin adalah sejauh mana Anda tetap melangkah melakukan kerja-kerja produktif. Agar visi organisasi tercapai diukur dengan pencapaian misi-misi yang sudah ditetapkan, dalam periodesasi amanat kepemimpinan yang diterima.
Ada noise suara berisik. Atas pilihan kebijakan yang Anda ambil sebagai pemimpin itu lumrah. Apalagi suara itu dilontarkan oleh orang luar kaum oposisi! Tugas orang oposisi haruslah begitu, tugas Anda sebagai pemilik otoritas untuk eksekusi jalankan tindakan itu.
Demikian rumus simple menjadi leader dan praktik leadership sebagai pemimpin dan pimpinan organisasi.
Di sini berlaku pemimpin dan kepemimpinan di level struktur kepemimpinan apapun. Mulai level RT hingga Presiden.
Anda kalau punya tabiat dan gampang baper bawa perasaan alias kuping tipis! Segera urungkan magang jadi pemimpin. Meski hanya di level pemimpin RT. Di level RT goncangan dan rintangan nya sebelas dua belas ngerinya sama kayak pemimpin di level berikutnya, bahkan di level Negera, Kepresidenan.
Satu dua pekan ini. Penulis ingin sekali melakukan dialog imajiner dengan pemimpin tertinggi RI.
Biarlah meski penulis hanyalah seorang ojek online dan penjual nasi goreng Mbah Joyo. Dialog ini dilakukan dengan tujuan ingin mengerti saja, apa yang tengah beliau rasakan saat mengalami perundungan yang tiada habisnya. Selama beliau memimpin negeri ini. Itu saja.
"Apik-apik ae, mas Agus, begitu kata Pakdhe Jokowi!"
"Nek menawi mekaten keadaanipun panjenengan, alhamdulilah Pakdhe Jokowi."
"Maturnuwun ugo, pandongamu, yo, mas Agus."
"Misami Pakdhe Jokowi."
Ikut bangga juga punya Presiden, Pakdhe Jokowi! Bukan apa-apa sih. Di dalam kereta tulisan ini aku rangkai kalimatnya satu demi satu. Di dalam kereta ini pula, aku merasa comfortable nyaman sekali.
Sepertinya ini polah kreativitasnya Pak Lik Jonan. Saat membantu Pakde Jokowi.
Pak lik Jonan selain mumpuni bangun konsep bagaimana membuat transportasi kereta api semakin diminati oleh penggunanya, karena pelayanannya, juga fasilitasnya. Pak Lik Jonan juga terampil eksekusi saat jadi Direktur PT KAI. Saat itu.
Pak Lik Jonan tentu diinspirasi oleh Pakde Jokowi. Ada kolaborasi efektif dan efisien di antara kedua tokoh publik saat itu. Soal kini ceritanya berbeda, itu bukan poin yang akan ditulis pada tulisan ini.
Lanjut ya. Begini, dalam era demokrasi yang sudah dipilih dan disepakati, sebagai guidance hidup bermasyarakat dan bernegara juga berbangsa bagi Republik Indonesia.
Lazim kemudian ada kaum partai pemerintah dan komunitas partai oposisi. DNA kedua komunitas partai di atas tentu saja berbeda. Baik pikiran, sikap, dan pilihan kerja serta gerpol gerak politiknya.
Satunya berusaha eksekusi, satunya berusaha gagalkan. Tabiat demokrasi pada level awam seperti saya ini, memahami apa yang tengah terjadi di ruang publik sekarang demikian. Tinggal kuat-kuatan saja. Suara nurani yang mana yang menang dalam adegan drama kehidupan itu.
Penulis sebagai kaum awam rakyat jelata di kota pahlawan Surabaya. Tentu saja menganggap ada manfaatnya dari kedua kubu di atas. Agar bandul peradaban bisa berjalan tepat waktu di pelabuhan tujuan bernegara. Note nya sedikit saja tidak banyak. Semoga para pemimpin partai punya jiwa kenegarawanan bukan hanya sebagai politikus an sich saja! Tak bermanfaat buat kursi dan jabatan ku, ya, tak mau aku dukunglah. Aku buat gaduh saja di akar rumput. Meski mungkin tulisan ini dianggap absurd ya bukan masalah. Tugas penulis kan menulis, tugas pembaca, lalu mengkritik itu mah biasa juga!
Ada ketimpangan di antara keduanya, membuat rakyat semakin berjarak dengan mimpi indahnya saja. Semakin jauh terwujud! Gaduh terus. Suara batin rakyat inginnya aman-aman saja di negeri ini: usaha lancar, dapat duit dapat cuan!
Doa terbaik dari salah satu anak bangsa, untuk seluruh pemimpin negeri. Agar mereka bisa kuat, sehat, lahir dan batinnya. Untuk memanggul amanah nan suci. Mensejahterakan rakyat di Bumi Pertiwi ini, amin yra
AAS, 04 Maret 2023
Dalam Kereta Ranggajati Otw Surabaya-Klaten