Catatan MAS AAS

Si Penjual Nasi Goreng, Memikirkan Aplikasi Sijali Dan Sijago

Reporter : -
Si Penjual Nasi Goreng, Memikirkan Aplikasi Sijali Dan Sijago
Mas AAS

Pagi ini, ditengah menjalani rutinitas urusan domestik. Banyak sekali pikiran yang dipikirkan.

Visi hidup akan menggantungkan masa depan pada jalur pendidik (sebut menjadi dosen). Selain berkecimpung dalam dunia lapak usaha yang cepat dengan mudah melahirkan uang keras! Seribu dua ribu diopeni!

Baca Juga: Rapat Kerja ITB Yadika Pasuruan

Berharapan besar, saat menjadi pendidik. Sistem nya jelas, tidak berubah secepat kilat mengikuti kebijakan menteri terpilih, dalam kabinet negeri! Namun, sudah menjadi jamak dan rahasia umum. Peraturan baru selalu dibuat, dan ditambah, untuk dijalankan oleh pendidik!

Di setiap pergantian kepemimpinan baik dilevel lokal, regional, bahkan nasional!

Beberapa hari ini kaum pendidik yang menjadi dosen sedang berduka cita, memikirkan nasibnya! Dosen sepertinya telah berubah pekerjaan nya menjadi juru admin semata, alih-alih diajak untuk berpikir dan menjadi seorang intelektual sebarkan gagasan-gagasan besarnya untuk negeri, dan lalu dieksekusi dalam bentuk kerja-kerja kongkrit. Sepertinya semakin berat saja, visi itu akan dijalani dan mewujud nyata!

Karena raganya sudah rempong selesaikan urusan-urusan administrasi yang bejibun banyaknya!

Beda dengan jualan sego goreng Mbah Joyo. Yang penting bumbu ada, nasi ada, minyak ada, dan kompor ada, tak lupa sothil ada. Jadilah itu duit!

Tak perlu kumpulkan laporan yang begini banyaknya, dibuat manual lagi!

Malam di hari-hari ini semakin panjang saja. Karena banyak dosen yang lembur kerjakan laporan, input data pekerjaan mereka!

Ya, ini semacam uneg-uneg seorang bakulan sego goreng, yang sewaktu-waktu menjadi seorang ojek online juga! Yang juga incip-incip menjalani profesi juga sebagai pendidik!

Satu dua minggu ini. Merasakan sekali ternyata menjadi dosen itu, juga sama saja layaknya menjadi seorang buruh atau karyawan pabrik saja! Tidak manut aturan dan sistem, siap-siap tidak dapat gaji, dan karir mungkin hanya akan stuck berlari ditempat! Kalau perlu jejak karya intelektual nya akan hangus tersebab beratnya beban administrasi yang disandangnya!

Alamak!

Sepertinya enak menjadi pemilik usaha sendiri, merasakan jadi bos kecil meski usaha dibilang receh tidak soal!

Baca Juga: Berlomba Menabur Sebuah Karya di Semesta!

Hari ini dipaksa oleh semesta untuk mau berpikir. Setidaknya berpikir tentang diri sendiri.

Dalam rangka memantapkan visi pribadi. Karena penulis meyakini, manusia tidak memiliki visi hidup layaknya mayat hidup saja!

Suatu ketika masih meyakini sekali apa yang disampaikan oleh Nelson Mandela: 'bahwa pendidikan adalah alat utama untuk meraih dunia yang bisa dilakukan oleh manusia'! Dan itu juga diamini oleh anak ajaib keturunan Bangladesh-Amerika yaitu Prof. Soborno Isaac Bari yang masih berusia belia!

Dan memasuki profesi ini, tentu akan menyenangkan sekali. Dengan peran dan tanggungjawab yang bakalan di sandangnya.

Dan seorang bakulan Sego goreng pun, pagi ini, berpikir keras dengan mengajukan satu pertanyaan besar," sampai kapan negeri ini memiliki sebuah kebijakan atau sistem yang bisa dibuat untuk jangka panjang, tidak berubah terus, seperti mengikuti selera sang pemilik pulpen, atau sang pemilik tongkat komando saja!"

Jadi teringat akan apa yang disampaikan oleh Mr. Soepomo, diharapkan kaum pendidik itu harus bebas dan merdeka, tidak tergantung oleh sebuah jawatan, juga peraturan yang justeru akan mengkebiri ruang berpikir, dan ruang aksi untuk berkontribusi kepada ilmu pengetahuan untuk memajukan negeri! Namun dengan beban administrasi yang super duper harus dikerjakan oleh seorang dosen. Apa masih sempat sang pendidik itu mau membaca, mengajar, meneliti, dan berkontribusi kepada negeri dengan sikap dan jiwa riang juga senang hati! Karena fisiknya sudah dipukul bertubi-tubi dengan beban pekerjaan yang luar biasa banyaknya!

Jadi teringat juga sajak anak muda dari WS Rendra. Sepertinya untuk membuat pendidikan di negeri ini, tidak seperti isi sajak yang disampaikan oleh si Willibrordus Surendra Broto itu, semakin jauh "api dari panggang". Karena sang pendidiknya sedang resah berkepanjangan sekarang!

Baca Juga: Manfaat Bangun Pagi!

Saya kira menurut hemat seorang ojek online siang ini. Bahwa tidak saja pelaku dunia UMKM yang mengharapakan kepastian hukum juga sistem yang tidak berubah-ubah. Utamanya juga untuk profesi dosen, dimana pendidikan tinggi dari setiap anak bangsa digantungkan pada pundak mereka!

Tetapi hidup harus terus berjalan. Dan bekerja ngojek pun juga harus dilakukan, agar dapur tetap ngebul.

Biarlah yang pusing juga bukan diri ini saja, pagi menuju siang sekarang. Sepertinya hampir semua dosen di negeri ini, beberapa hari ini tengah sakit: makan tak enak, tidur tak nyenyak, kepikiran aplikasi si jali dan si jago, dan juga harus input manual kembali.

Lha terus apa manfaatnya, hidup di jaman internet dan teknologi. Sepertinya tidak membantu secara signifikan!

Demikian


AAS, 12 April 2023
Surabaya

Editor : Wahyu Lazuardi