Catatan Mas AAS

Kata-Kata Adalah Candu

Reporter : -
Kata-Kata Adalah Candu
Mas AAS

Memang sepele, tapi sekecil apapun sebuah perhatian, kalau hal itu rutin dilakukan.

Akan berubah menjadi candu bagi orang yang mendapatkannya.

Baca Juga: Menjadi Seorang kader Itu Pilihan Bung!

Juga apa yang sedang dialami penulis pada pagi ini. Duduk diam sambil melakukan blog-walking mengintip tulisan-tulisan dari penulis idola, telah membuat seluruh panca indera untuk ingin berbuat sesuatu. Yaitu menulis!

Kata-kata adalah candu. Sebuah kebenaran yang dalam perjalanan hidup kita masing-masing tidak akan pernah kita bantah!

Dan kata-kata di tangan penulisnya, mampu membuat haru biru perasaan pembacanya.

Coba saja baca novelnya Ahmad Tohari, Romo Sindhunata, atau malahan Singgih Hadi Mintarja, dengan karyanya "Api di Bukit Menoreh". Cukup sudah kata-kata dalam novel tersebut membuat si pembaca tak beringsut dari tempat duduknya.

Lupa mandi, lupa makan, lupa garap PR tugas sekolah saat itu.

Mungkin saja bagi banyak penulis legenda di atas. Menulis kata dan kalimat adalah sebuah cara hidup.

Cara hidup untuk memaknai setiap jengkal langkah serta masuk keluarnya nafas kehidupan itu sendiri.

Kadang tidak bisa membayangkan bagaimana seorang manusia bisa melakukan hal-hal besar di dalam hidupnya. Tanpa dirinya mencecap candu-candu berupa kata yang dituangkan dengan segenap hati dan jiwa penulisnya.

Baca Juga: Sastra Melembutkan Jiwa!

Manusia di jagat ini dengan segala profesi yang disandangnya membutuhkan candu itu. Untuk menghidupi setiap langkahnya.

Tentang hari ini, sudahkan Anda memungut candu-candu tersebut. Ia hadir bisa dari status, ia hadir bisa dari sebuah tulisan, ia hadir bisa dari sebuah pesan. Dari manapun datangnya.

Membaca itu semuanya. Mampu memotivasi jemari ini untuk menulis lagi, lagi, dan lagi!

Harus diakui, beberapa purnama mengajak kedua jempol tangan kanan dan kiri. Memahat kata melalui gawai. Dapat membuat seluruh panca indera ini menjadi sensitif.

Sensitif melihat peristiwa keseharian yang terjadi di lingkungan sekitar. Mendengar obrolan di ruang privat juga publik yang penulis hadir di situ. Merasakan keluh kesah sebagian kecil manusia yang sibuk menjemput takdir hidupnya saban hari di kota pahlawan Surabaya.

Baca Juga: Inspirasi Pagi

Darinya secara auto pikiran itu memerintahkan jari jemari ini untuk memahatnya. Dan sebuah tulisan yang selesai lalu dipublish melalui akun media sosial yang ada, seketika rasa bahagia itu hadir secara auto juga terselip dalam ruang jiwa yang selalu rindu untuk berkarya.

Dan harus diakui kata-kata itu candu adalah sebuah keniscayaan. Juga buat penulis pada saat ini.

Bagaimana dengan Anda? Apakah juga mengalami hal yang sama?


Semoga.


AAS, 4 Mei 2023
Bungurasih Surabaya

Editor : Wahyu Lazuardi