Catatan MAS AAS

Memberi Hadiah Kepada Diri Sendiri

Reporter : -
Memberi Hadiah Kepada Diri Sendiri
buah mangga

Memang sih orang yang berusaha keras itu belum tentu segera berhasil. Namun kalau kita tetap tidak berusaha, sudah pastilah akan gagal total!

Benar-benar aktivitas pada hari ini cukup melelahkan raga namun melegakan batin.

Baca Juga: Sastra Melembutkan Jiwa!

Sehingga patutlah ucap terima kasih kepada raga pada malam ini. Atas kesediaannya menjalani sebuah etape perjalanan, sedari dini hari tadi, hingga malam akan menjelang berganti hari lagi, dan barusan saja tiba kembali di gubug peristirahatan tercinta, Rungkut Surabaya!

Seharian ini menjalankan dua peran yang harus diperankan secara maksimal: setengah hari berstatus sebagai mahasiswa yang begitu lemah tanpa bargaining . Yang namanya murid memang lah harus mengalami dan menjalani itu, biar benar-benar tahu arti menjadi seorang murid! Lalu setengah hari berikutnya berperan menjadi seorang fasilitator teman diskusi mahasiswa di dalam kelas!

Menarik tentu saja. Karena kedua peran itu benar-benar dijalani dengan karakter nan otentik dari diri sendiri yang tadi sempat hilang saat berstatus sebagai mahasiswa, disitulah menariknya, hehehe.

Usai membasuh raga tak lupa memurnikan batin kembali, menyatu dengan alamnya di halaman rumah tercinta. Dengan beratapkan langit dan beralas bumi. Di situlah cara memberi hadiah kecil kepada diri sendiri!

Rasa lelah itupun berubah menjadi rasa segar, seiring angin sepoi malam menerpa tubuh, dan suara dedaunan mangga manalagi di halaman rumah ber-gemerisik pelan.

Malam yang terasa hening berteman kan angin, dan warna gelap di langit.

Di bawah pohon mangga, terlihat ranting tua satu dua jatuh, terlihat jelas disinari lampu neon. Dan sekelebatan terlihat beberapa bunga yang telah berubah menjadi buah.

Pohon mangga pun memberi pelajaran yang berarti pada malam ini: untuk berbuah si pohon ini begitu panjang menjalani proses yang ia sandang. Bisa jadi analog itu juga berlaku bagi manusia.

Bertemu banyak orang dengan berbagai macam frekuensi dan vibrasi tentu saja memberikan atmosfer yang beraneka warna. Pada hari ini tadi.

Ada banyak spirit yang terjadi dalam obrolan sehingga memunculkan antusias akan hidup yang akan dijalan di masa depan. Namun tak jarang ada juga rasa pesimis yang tidak terduga muncul, sesaat bertemu orang yang berbeda, beragam pertanyaan muncul dalam sebuah obrolan lain: apa bisa, waktunya terbatas, dan segala macam over thinking yang kerap muncul di tengah perbincangan.

Baca Juga: Inspirasi Pagi

Nah, pada kasus yang demikian jam terbang, dan sejauh mana hidup kita sudah berkelana jauh di bumiNya, menjadi sebuah petunjuk, bagaimana batin itu harus berpijak, memimpin sang raga, lalu sejumput keyakinan tetiba muncul dengan caraNya.

Dalam hal yang demikian seonggok raga ini hanya kuda tunggangan sang batin tentunya.

Pasti ada terang, pasti sampai di ujung gua, yang ada celah sedikit itu, dan keyakinan sang batin lah yang membuat si raga itu tetap dengan percaya diri melangkah!

Meski kadang nalar membantahnya. Tapi biarkan saja memang kerja akal dan logika ya begitu itu, yakin sang batin kepada diri!

Dan menyengaja duduk diam di atas kursi kelangenan di halaman rumah, sambil melihat ke atas ke angkasa yang luas.

Hal yang demikian, sekali lagi adalah cara yang pasti memberi reward atas apa yang sudah dikerjakan oleh raga dan batin seharian ini tadi!

Baca Juga: Kampung Halaman

Dan tentu saja, sebentar lagi, raga itu pun berhak mendapat upeti berikut nya.

Bobok, istirahat malam. Dengan mimpi indahnya!

Dan batin pun berbisik lirih semua akan indah pada waktunya.

Alhamdulilah. Maturnuwun Gusti.


AAS, 29 Mei 2023
Halaman Rumah Rungkut Surabaya

Editor : Wahyu Lazuardi

Catatan Mas AAS

Ibu Bumi

Sadar bahwa asal muasal raga ini dari tanah. Kembali pun pada suatu ketika juga ke sana. Demikian para tetua dahulu mengajarkan, dan para anak-anak duduk