Catatan MAS AAS

Serba Serbi Kisah Mahasiswa Doktoral

Reporter : -
Serba Serbi Kisah Mahasiswa Doktoral
warung nasi punel

Seseorang yang memutuskan sekolah doktoral isi di dalam kepalanya mungkin jadi banyak, tidak hanya satu atau dua saja: tidak mikirin uang kos, dan malam Minggu akan ngapel ke mahasiswi yang mana di kosan apa? Seperti anak mahasiswa S1 dahulu.


Maklum mereka belum berkeluarga!

Baca Juga: Menjadi Seorang kader Itu Pilihan Bung!


Seharian ini tadi di kampus UB Malang. Bertemu silaturahim dengan banyak orang, dengan berbagai latar dan strata pendidikan. Juga dengan teman kuliah di berbagai fakultas yang ada di UB.


Sehingga bisa memiliki banyak cerita dan kisah yang begitu epik dituturkan oleh para pelaku kejadian!


Ada yang baru lulus sarjana, ada yang sedang sekolah di magister, ada juga yang sudah menyandang status doktor, malah ada yang sudah menjabat guru besar!


Nah, dari berbagai latar dan macam orang yang ditemui tadi dengan beragam latar pendidikannya. Memang yang paling complicated kisahnya adalah seseorang yang sedang berjuang sekolah kembali di strata S3 atau di program doktoral.


Apa masalahnya? Ternyata di dalam kepala si mahasiswa itu banyak kali yang dipikirkan: keluarga, anak, istri, pekerjaan, Disertasi, tim promotor, dan ada lagi dan ini rada anti mainstream mikirin istrinya orang, juga sempat-sempatnya mikirin perawan.


Aneh tapi nyata, ya, begitulah hidup. Kisah dan ceritanya tak bisa di duga, macam film FTV saja.


Kurang ajar," Jik sempat awakmu mikir anak e wong jek! Disertasi mu iku garapen, ndang rampung no," kataku kepada seorang kawan! Bolo perjuangan lawas.


"Lha, yok, opo, Gus, wis kebacut!"


"Kebacut enak yo, hehehe!"..."Enak e gor pas awal-awal ae Gus!"

Baca Juga: Sastra Melembutkan Jiwa!

"Lambemu jek, tanggung jawab awakmu hehehe. Jo pek penak ae!"


Ala biyung! Kudune nggodak tim promotor, lha kok malah nggodak anak e wong.


Memang benarlah kata seorang kawan dahulu: Kuliah S3 iku bukan modal pengetahuan dan isi kepala, namun justeru Sinau Urip yang nyata dan sebenarnya. Sabar dan ikhlas tidak menjalani semuanya!


Sinambi menunggu jam mengajar di jam pertama di Kampus ITB Yadika Pasuruan. Pada pukul 16:30 WIB sebentar lagi. Karena perut yang lapar karena sedari tadi belum di isi, maka gerobak lawas itu pun diparkir sejenak, di warung Punel langganan di Bangil Pasuruan. Sebelum masuk ke kelas sebentar lagi.


Biar ngajar bertemu mahasiswa awake ora oleng!

Baca Juga: Inspirasi Pagi


Dan berbagai kisah selama setengah hari tadi di UB. Kalau dituliskan menjadi sebuah kumpulan esai, pastilah akan menarik, menurutku. Namun, tulisan ini berusaha untuk mengikat dalam bentuk yang sederhana dahulu, sebelum lain waktu di edit kembali untuk dijadikan sebuah karya buku selanjutnya.


Kalau tidak ditulis lalu titip simpan di aplikasi, takutnya memori dan momennya akan hilang. Bukankah momen itu begitu wigati bagi seorang penulis!


Duh, Gusti semoga kami semua yang sedang nyantri luru ngelmu di kelas doktoral UB, segara selesai. Semua urusan disertasi kami dilancarkan semuanya, amin yra.

 

AAS, 29 Mei 2023
Nasi Punel Setia Budi

Editor : Wahyu Lazuardi