Catatan Mas AAS

No Free Lunch Cak!

Editor : -
No Free Lunch Cak!
Catatan Mas AAS

Bila dalam hidup kita ingin mencapai yang high-class dan premium, kerahkan sumber daya terbaik Anda untuk itu!

 

 

Kata-kata seorang teman, juga kolega, juga seorang yang telah sampai pada level tertingginya di jalur pendidikan yaitu menjadi seorang profesor seorang Guru Besar di sebuah kampus ternama di Jawa Timur!

 

 

Omongan kawan yang saat itu diterima penulis sebelum kami berdua mengakhiri acara *guyon maton parikeno* tersebut.

 

 

Tak perlu nama si profesor itu penulis sebut, cukup menjadi sebuah memori indah dan mendalam di dalam benak saja. 

 

 

"Jangan ragu Gus, itu semua adalah investasi, kalau pun toh, awakmu harus habis-habisan keluarkan resource yang kamu miliki, untuk mendapatkan itu: ilmu, keterampilan, dan rasa percaya diri tentang apa yang harus kamu kerjakan," tegas si profesor itu, karena hal yang sama aku lakukan juga, mencoba meyakinkan diri penulis!

 

 

"Iyo, awakmu kan wis tekan kene, dan sudah di level yang sekarang prof," jawabku kepada si profesor muda tersebut!

 

 

Dengan gayanya yang low PROFILE, si profesor muda yang juga konco lawas itu, malah bersabda dengan bahasa Inggrisnya yang fasih dan cas cis cus kepada penulis: "There is no such a thing no free lunch, Gus!"

 

 

Sambil bercanda untuk membuat suasana obrolan siang saat itu agar tidak tegang bahas sebuah konsep-konsep besar dan sebuah *value* untuk diri sendiri. Penulis pun menggoda si profesor muda itu,"Opo iku artine prof?"

 

 

Dan profesor muda pun tidak kalah _selebor_ gayanya, saat penulis tanya begitu," buka saja google translate!" Hahaha, "siap prof!"

 

 

Dan kami berdua tertawa ngakak bersama disebuah warkop di kota Malang saat itu. Meski si profesor ini bisa saja mengajak penulis di cafe yang mewah, kami berdua memiliki habit yang sama, bukan karena pelit atau tidak punya 'piti' uang, kami lebih suka mengulang kehidupan darimana kami berdua berasal. Sama-sama bocah Soko ndeso, bejo esoh Urip ning Kuto dan punya pendidikan tinggi, hingga profesor!

 

 

Nah pagi ini, penulis dihadapkan sebuah fenomena dimana tadi harus diputuskan. Dan itu berkenaan dengan sebuah investasi terkait dengan jalan pendidikan yang sudah penulis pilih untuk melanjutkan kehidupan dan bisa jadi lewat profesi ini, penulis mencari cara untuk membuat *dapur* di rumah _ngebul_! Dan utamanya bisa ikut membantu banyak anak muda di negeri ini nantinya bisa meraih *mimpi* nya setinggi mungkin yang mereka mampu raih. Alangkah bahagianya kalau bisa berbuat yang demikian.

 

 

Di momen pagi yang ceria sekarang. Bismillah penulis memutuskan untuk belajar lagi, belajar sesuatu yang penulis butuhkan untuk menyokong kompetensi diri dalam menekuni pekerjaan di dunia pendidikan sekarang. Sekolah informal yang begitu penting dan penulis butuhkan! Bayar mahal pun akhirnya penulis ambil sebagai sebuah resiko ber investasi kepada diri sendiri, untung saja istri pun setuju, dan tentunya semakin percaya diri, saat mengingat omongan konco lawas yang sudah jadi profesor tersebut: No Free Lunch, titik!

 

 

Kuliah S3 saja belum lulus, masih harus belajar lagi, dan bayar lagi. Dan kesempatan nya juga tinggal pagi ini tadi harus penulis ambil keputusannya. Bismillah semoga Allah meridhoi.

 

 

Dan kemampuan spesifik itu, sudah lama penulis pikirkan untuk dimiliki. Karena di jalur formal kuliah tidak mungkin diajarkan, dan kemampuan itu sangat penulis butuhkan untuk membantu mengerjakan tugas-tugas dan pekerjaan di profesi penulis yang sekarang. Benar-benar belajar itu seumur hidup sifatnya, semakin sekolah dan semakin belajar, acap kali merasakan malahan semakin *bodoh* saja diri ini, karena faktanya masih banyak pengetahuan yang tidak diketahui.

 

 

Semoga dilancarkan mudahkan semuanya.

 

 

Duh Gusti pokok men dalem manut, amargi sampun ihktiar ngupadi kapinteran lan sakmeniko Kulo pasrah sepenuhnya dateng Panjenengan Njih, amin yra.

 

 

AAS, 10 Juni 2023

Kota Pahlawan Surabaya