Catatan Mas AAS
Sumber Ilmu

Ternyata Ada 3: Observasi, Pengalaman, dan Intuisi!
Di perempatan lampu merah Kertajaya Surabaya. Motor yang aku tunggangi untuk bekerja sebagai OJOL ojek online berhenti cukup lama. Menunggu lampu hijau menyala saatnya berjalan kembali!
Posisiku sedang membawa penumpang seorang mahasiswa dari PTN di kota pahlawan. Ia mau ke teman kuliahnya kerjakan bersama tugas dari dosennya!
Dan spontan smartphone itu aku keluarkan dari saku jaket kebesaran berwana hijau hitam itu. Dan kedua mataku melihat share sebuah informasi di grup WhatsApp: seorang profesor muda tengah memberi tausiah usai salat dhuhur di Masjid Raden Patah UB Malang! Beberapa waktu silam.
Terperanjat lah aku, siapa si profesor itu, yang memberi tausiyah!
Tenang, nanti namanya juga akan aku tulis. Sekarang kita lanjutkan dahulu ceritanya ya.
Ok, sudah sedari pagi tadi, aku tengah menyimak, membaca, bahkan menonton aksi panggung seorang musisi dunia.
Benar, beberapa hari ini aku tengah serius mencari sisi melik siapa musisi dunia itu. Karena aku sedang kesengsem dengan salah satu lagunya yang berjudul: Simply The Best!
Jujur aku bukan seorang pengamat musik, lebih tepatnya kalaulah boleh disebut hanya sebagai pengamat manusia! Menurutku lirik lagu di atas sangat luar biasa, terlebih bagaimana si penyanyi itu saat menyanyikan di panggung. Benar-benar: energik, antusias, seluruh panca inderanya bekerja mulai dari pikiran, hati, juga jiwanya, benar-benar loss dol. Benar-benar manusia otentik!
Nama aslinya Anna Mae Bullock yang kemudian terkenal dengan nama Tina Turner! Seorang Ratu Rock'n Roll dunia atau Queen of Rock'n Roll dari negeri Paman Sam, yang sudah berganti menjadi warga Swiss dan beberapa waktu yang lalu beliau sudah marak sowan kepada Gusti, meninggal!
Sepertinya energi dunia pada hari ini sedang: antuasias, positif, dan riang gembira. Karena banyak peristiwa positif dan kebaikan yang hadir bak hujan badai, yang bisa aku lihat mulai dari pagi, siang, hingga tulisan ini sedang dibuat dan diedit sebelum di publish! "Bukankah dunia ini hanya sebongkah energi begitu kata para pegiat ilmu Neuro science!" Untuk mengkonfirmasi atas semua kejadian yang terjadi dalam setengah hari ini!
Aku cukupkan sampai di sini dahulu prolog tulisannya. Baik saya seruput kopi plus ngudud nya dahulu. Sambil saya lepas jaket kebesaran ojol ini, karena saking semangatnya menulis, tak ingat kalau keringat mengucur deras ke seluruh tubuh hingga kaos dan dalaman yang aku pakai basah semua!
"Bos njaluk banyu putih segelas,"pintaku kepada penjaga warung kopi langganan di Rungkut Surabaya!"
"Siap bos," jawabnya!
Mari kita lanjutkan perihal judul tulisan di atas, apa maksudnya?
Obrolan seputar sumber ilmu terdiri dari tiga konsep besar: observasi, pengalaman dan juga intuisi. Barangkali telah menjadi konsen pembicaraan yang dilakukan sambil guyon maton parikeno antara diriku dengan sang profesor muda tersebut. Banyak inspirasi dan terangnya pikiran karena banyak perspektif yang muncul ke permukaan saat si Ojol dari Surabaya ini berdiskusi dengan profesor tersebut.
Meski diri ini besar dan hidup di jalan. Bagaimanapun diri ini harus mengenal dan memahami tiga konsep besar itu: observasi, pengalaman, dan juga intuisi.
Apalagi profesi sekarang tidak berjarak terlalu jauh dengan dunia penelitian, mengajar, juga pengabdian kepada masyarakat. Di tengah tsunami informasi yang begitu besarnya terjadi, konsekuensi karena pesatnya kemajuan teknologi, internet, juga tak lupa adalah digital.
Pertanyaan besarnya. Masihkah? Lembaga pendidikan formal akan tetap eksis, ditengah semua para anak didik: mahasiswa, siswa, sudah dengan gampangnya berburu informasi terkini dari internet. Bagaimana besarnya jasa Mbah google dalam mem bypass kemampuan seorang guru, dosen, bahkan institusi pendidikan macam sekolah dan kampus untuk men deliver informasi dan pengetahuan kepada anak didik!
Acap kali ada kegamangan dan kegugupan seorang guru juga dosen: "Jangan-jangan mahasiswa dan siswaku sudah tahu dan paham materi yang aku berikan ini, karena semalam, sehari, bahkan seminggu sebelumnya. Materi itu sudah mereka oprek pelajari secara mandiri! Dijelaskan dengan begitu apik, sederhana, dan mudah dimengerti," dijelaskan dengan gamblang oleh Mbah google dan Chat gpt, atau mesin Artificial Intelijen (AI) lainnya tinggal main klik saja!
Selain kegamangan dalam perihal meng handling kelas. Yang tak kalah kuatir nya apabila para giant teknologi dunia yang telah kenyang dengan sarapan teknologinya setiap pagi semacam: Google, Microsoft, Oracle, Java, bahkan Cisco barangkali.
Mereka membuat inovasi yaitu dengan melahirkan ijazah bagi yang mau sekolah belajar dengan mereka. Dan para principal teknologi itu juga bekerjasama dengan profesor terbaik dari perguruan tinggi, dan kasih salary yang gila-gilaan. Dan gilanya lagi para stakeholder dalam hal ini para pencari pekerja yaitu perusahaan lebih percaya kepada mahasiswa yang dapat ijazah dari para gajah teknologi di atas!
Tentu saja disrupsi lembaga pendidikan benar-benar akan terjadi di masa depan tinggal tunggu waktu saja. Layaknya kemunculan gojek, grab, yang tanpa ampun dan rasa kasihan secuil pun kepada alat mode transportasi lawas macam: ojek pangkalan, taksi, angkutan umum, dan banyak lainnya lagi!
"Terus piye nasib ijazah, sekolah, lan kampus ku prof, " ujar si ojek online ini kepada si profesor tersebut!" Saat si ojek online itu tengah silaturahmi ke kantornya profesor yang megah itu pada suatu ketika!
"Yo, terus ke sing ngojek lan dodolan sego goreng Mbah Joyo AE, mas Broto!"
"Masuk pak Eko, eh salah ,masuk Prof!"
Tentu saja itu kelakar yang saya kira bisa menunjukkan suasana genting akan situasi pendidikan kita, itu yang bisa aku maknai dari materi yang disampaikan oleh sang profesor muda tersebut. Karena faktanya, entah ini masih disebut asumsi ataukah telah menjadi sebuah teori. "Kita bisa kalahkan kemajuan teknologi dan internet tersebut dengan intuisi yang dimiliki oleh manusia," begitu sabda sang profesor. Dan tentu sedikit pengalaman. Soal observasi bisa jadi kita semua jadi makanan empuk para principal itu! Tegas si profesor muda tersebut!
Dan tidak diduga sedikitpun obrolan yang tengah berlangsung lama itu. Pagi tadi, aku melihatnya tersampaikan juga di momen keramat penuh hikmah, di acara tausiyah sehabis salat dhuhur di Masjid Raden Patah UB Malang! Sekitar pada bulan April yang lalu, sebuah pertanyaan, lebih tepatnya sikap pesimistis yang merupakan tools seorang ilmuwan dan akademik, mempertanyakan semua hal di atas muka bumi ini, tentunya dalam spirit untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang hakiki!
Dan tentunya dari situ para pengambil kebijakan para pemimpin sekolah dan kampus dan juga tentu negara lewat kementerian terkai. Harus segera mengambil policy agar pendidikan dalam hal ini: sekolah juga kampus akan terus relevan dengan perkembangan jaman. Jangan sampai di Gilas tanpa ampun, dan akhirnya hanya tinggal sebuah artefak sejarah, ironis! Apabila itu terjadi.
Dan kabar baiknya: intuisi dapat diperoleh apabila si mahasiswa serta siswa itu juga dengan tekun serta persisten dan memiliki semacam daya tahan untuk mau terus belajar melakukan observasi, karena darinya akan muncul pengalaman. Nah, dari sini akan terjadi sebuah mekanisme yang secara auto untuk membuat INTUISI itu semakin reflek bisa diperoleh dan dialami oleh seorang siswa dan mahasiswa di dalam proses belajar dalam menggali ilmu pengetahuan. Tanpanya akan terjadi mitos-mitos sebuah pengetahuan yang tidak diperlukan!
Itu selintas bagiamana ditengah rehat dari bekerja sebagai ojek online pada siang ini. Menulis untuk mengikat infomasi dan pengetahuan dari profesor muda di atas, dimana informasi dan pengetahuan tadi diperoleh dari menonton video yang di unggah di YouTube oleh akun dari Masjid Raden Patah UB Malang!
Terus mungkin pembaca akan bertanya? Siapa nama si profesor muda tersebut mas AAS.
Sepertinya bukan saya setuju tentang apa yang disampaikan oleh sastrawan besar dari Inggris yaitu William Shakespeare: "Apa arti sebuah nama?"
Namun agar tidak mengundang curiosity yang begitu besar kepada pembaca. Dalam bentuk inisial saja ya menjawabnya.
Nama profesor muda tersebut adalah profesor MP!
Sekian dan terima kasih.
AAS, 11 Juni 2023
Warkop Rungkut Surabaya