Catatan Mas AAS
Semangat, Ridho dan Doa Orang Tercinta Untuk Lulus S3
(Tulisan ini khusus, penulis dedikasikan teruntuk kakak kelas di PDIM UB yaitu mas Arya, yang kemarin barusan melaksanakan UAD nya)
Baca Juga: Inspirasi dari Kebaikan Kecil
Ibarat nyawa manusia tinggal di ujung nafas. Panggilan ke alam keabadian sebentar lagi datang, menunggu kesadaran terakhir memilih jalan kebajikan atau melekat kepada jalan yang berdimensi rendah!
Di titik itulah sebuah repetisi tentang sebuah keyakinan diri akan kasih dan sayangNya di uji begitu nyata! Dan berbuat kebajikan itu perlu dilatih apalagi perihal *TAUHID* tentu harus sering di repetisi dalam sikap hidup sehari-hari.
Saya kira tamsil yang demikian juga kemarin di jumpai oleh penulis. Bagaimana waktu kuliah S3 itu akan berakhir. Tinggal menunggu satu dua bulan saja terkena pinalti dari Fakultas, dari Kampus UB. Ujian akhir Disertasi itu mampu dijalani oleh seorang mahasiswa. Namanya Mashur menjadi *teladan* kehidupan dan lika-liku bagi seorang mahasiswa doktoral di kampus perjuangan UB. Mas Arya, seorang senior di Program Doktoral Ilmu Manajemen FE UB memberi contoh yang hidup, bagaimanapun *semangat* itu harus tetap hidup lestari di dalam benak serta jiwa, apabila masih ingin mewujudkan sebuah mimpi hidup! Menjadi seorang Doktor!
"Ini bukan tentang gelar doktor semata mas Agus. Ini tentang membuat sebuah *legacy* bagi anak saya satu-satunya, bahwa ayahnya bukan seorang bapak kaleng-kaleng, karena berani bertanggung jawab selesaikan apa yang dahulu sudah dimulai, yaitu lulus kuliah S3," begitu disampaikan oleh mas Arya kepada penulis. Meski tidak secara verbal namun gesture serta sikap yang di tunjukkan saat menjalani UAD dan _closing statement_ nya menunjukkan apa yang ditulis penulis!
Tentu penulis sadar dan paham betul. Bagaimana suka duka seorang mahasiswa doktoral tersebut. Ia tidak hanya harus fokus urusan kuliah dan disertasi nya. Namun demikian, dirinya juga dituntut: mengurusi urusan *dapur* nya keluarga agar tetap _ngebul_ sehingga anak dan istri tidak kelaparan dan anak-anaknya bisa sekolah bisa meraih juga pendidikan yang sama dengan ayahnya tercinta. Tidak cukup di situ si mahasiswa doktoral itu juga mengurusi mahasiswanya apabila ia bekerja sebagai *dosen* misalnya, ngurusi mahasiswa S1 itu butuh kesabaran juga yang tinggi. Dan apabila ia juga merangkap sebagai seorang praktisi entrepreneur misalnya, harus mengurusi lapak usahanya juga. Benar-benar lulus kuliah S3 dan menjadi seorang Doktor itu benar-benar luar biasa apabila itu berhasil diraih oleh seorang *mahasiswa*!
Di saat menghadapi tanggung jawab dan masalah hidup yang datang *silih berganti*. Di situ kadang urusan kuliah dan urusan disertasi terlupakan. Teronggok di labirin, tersembunyi tidak kelihatan *mengendap* di benak pikiran, dan kadang _saking_ sudah lamanya tak disentuh, karena begitu banyaknya masalah bisa jadi dengan disertasinya: urusan revisi draft yang tak ada habisnya, urusan dengan tim promotor yang tentu tidak mulus terus komunikasinya, karena menyatukan pikiran tim promotor yang terdiri dari tiga orang manusia bukan perkara mudah seperti cari orderan ojek online. Sama sekali fakta di lapangan tidak begitu Ferguso!!! Ada banyak _printilan_ yang terjadi yang acap kali membuat si mahasiswa tersebut jadi down mentalnya: tidur tidak nyenyak, makan tak enak, kumpul sama istri hambar rasanya, selalu kepikiran terus kapan kuliah S3 ku Iki bakalan rampung. Begitu yang dirasakan oleh mas Arya dan penulis yakin ???? prosen itu juga dialami oleh ratusan, ribuan mahasiswa doktoral tidak hanya di UB Malang namun bisa jadi di seluruh kampus di negeri ini!
Sekali lagi, urusan kuliah S3 dan Disertasi adalah urusan tidak hanya berkaitan dengan sekadar isi otak, dan IQ si mahasiswa S3 itu berapa digit jumlahnya, sekali lagi bukan itu masalah utamanya. Kalau hanya sekadar itu semua orang ingin kuliah S3.
Baca Juga: Memasak: Sebuah Seni dan Cara Menikmati Momen Liburan
Di dalam kuliah S3 semua sendi *kehidupan* si mahasiswa tersebut ikut kuliah, sekolah di kehidupan yang *fana* ini, tempat sekolah nya bisa jadi di bangku kuliah sebuah institusi pendidikan tinggi. Namun ujian yang dialaminya tidak sekadar di dalam kampus semata, justeru terbanyak di luar kampus, di lorong-lorong malam yang sepi, saat dimarahi penumpang karena terlalu kencang bawa motor saat kerja ngojek, berburu waktu karena segera mau ke kampus menemui tim promotor esok pagi, kalau itu kisah penulis.
Kalau mau di *buka* tentu kisah mas Arya semakin dramatis juga *epik* pastinya. Hanya karena mas Arya tipe orangnya _humble_ dan low PROFILE, bisa jadi kisah perihnya menjadi mahasiswa S3 hanya dipeluk dalam sepinya malam saat tunaikan salat tahajud, untuk *curhat* adukan semuanya dalam *momen* sujud yang syahdu kepada Allah SWT.
Kalau sudah demikian yang terjadi. Apa yang harus di banggakan apalagi di kemudian hari di dalam diri ini berani muncul *secuil* rasa sombong atau malah takabur karena sudah bergelar doktor Tentu saya begitu yakin, mas Aria juga di sini penulis tidak akan berani melakukan itu semuanya. Pamali dan kualat!
Karena sapaan dari semesta kepada kami akan datang secepat kilat, bila kami berdua berani mencoba apalagi menyengaja melakukannya.
Baca Juga: Momentum Itu Diciptakan
Maka dari itu, tulisan ini khusus penulis persembahkan kepada Promovendus mas Arya sekeluarga yaitu istri dan anak semata wayangnya, benar-benar berhak menyandang doktor usai ujian berikutnya di pengesahan atau yudisium. Kolaborasi tiga orang manusia: suami, istri, dan seorang gadis, telah mampu membuah Sang Khaliq mengabulkan hajat. Yaitu mas Arya dinyatakan lulus dengan catatan *revisi* saat UAD kemarin, dengan sendirinya beliau layak menyandang predikat seorang Doktor beneran. Bukan doktor abal-abal, semoga _just kidding_ ini tidak membuat senior tersebut bersungut-sungut wajahnya hehehe!
Sekali lagi selamat, penulis haturkan untuk mas Arya njih. Atas kelulusan dalam pelaksanaan Ujian Akhir Disertasi kemarin! Di Program Doktoral Ilmu Manajemen FE UB Malang.
Saya kira pada pagi ini, silakan mas Arya merayakan secukupnya atas hadiah yang diberikan Allah SWT tersebut, karena berhasil menggondol gelar doktornya. Tentu silakan pada hari ini: tidurlah dengan nyenyak, makanlah yang enak, dan bercengkrama dengan istri serta anak tercinta dengan kasih dan sayang secara mesra. Setelah bertahun-tahun tentu tidak mengalami itu semuanya.
Ganbatte
AAS, 20 Juni 2023
Taman Bungkul Surabaya
Editor : Nasirudin